Panic Of Love 24

4.1K 7 7
                                    

Chapter 24

:: kencan part 3 -akhirnya-

"Ng, dimana aku?"

"Oh, kau sudah bangun kepala jagung?"

Tae won POV

Eh, apa tadi katanya? Kepala jagung? Dia kira kepalaku ini nampak seperti sayur-sayuran ya?

"Bisakah kau berhenti memanggil dengan sebutan itu?" ujarku sinis seraya bangkit untuk duduk. Kepalaku sakit sekali!

"Lha? Ada masalah gitu sama sebutan kepala jagung?" tanyanya polos.

Aku geram lalu ku angkat wajahnya agar mendekat dengan wajahku.

"A-apa yang kau lakukan tae won bodoh?!" wajahnya panik dan memerah. Cepat sekali wanita ini merona wajahnya.

"Apa aku tampak seperti jagung?" aku menepuk keningku ketika sadar bahwa aku melontarkan pertanyaan bodoh padanya.

"Ng..ti-dak. Akh, reseh sekali kau sih! Ugh, lepaskan!" ia menggeliat mencoba melepaskan tanganku dari wajahnya yang bulat.

"Dasar tidak tahu malu! Sudah bagus aku mau meminjamkan tubuhku agar kau bisa istirahat seperti tadi, tapi apa yang kudapat? Kau malah kurang ajar seperti ini!" umpatnya kesal. Wajahnya merah padam karena bercampur marah dan malu kurasa.

"Tubuhmu?" tanyaku bingung.

"I-iya tubuhku. Akh, lepaskan tangan kotormu!" sahutnya geram sambil melepas cengkraman tanganku diwajahnya dengan kasar.

"Kau tidak salah bicara apa? Aku hanya meminjam lututmu saja untuk tidur dan tidak lebih. Dan ini 'tubuh'? Tidak salah dengar apa ya telingaku?!" seruku membela diri. Ia terhenyak dan buru-buru membungkus mulut kecilnya dengan kedua tangan kasarnya itu.

"Ups.." wajahnya kembali merona. Ia membuang muka, tak berani menatap wajahku.

"Atau jangan-jangan kau ingin lebih meminjamkan bagian tubuhmu yang lain dari sekedar lutut ya?" tanyaku menggodanya. Ia hanya menggelengkan kepalanya cepat.

"Jangan-jangan kau mau aku untuk.."

"U-untuk a-apa?!"

Sekarang raut wajahnya berubah pucat. Sepertinya asyik kalau ia kukerjai dulu. Hh..

"Untuk.." aku mendekatkan tubuhku kepadanya. Ia menggeser posisi duduknya dengan cepat. Butiran keringat keluar perlahan dari keningnya.

"Mau apa ka-kau?" tanyanya panik. Aku hanya menjawabnya dengan sebuah seringaian kecil.

"Lee tae won aku tidak main-main ya! Kau mau apa?!" ia berteriak histerik kemudian berdiri dengan wajah kesal.

Kasihan juga wanita ini lama-lama ku kerjai. Hmm, tapi..

"Tunggu!" aku menarik tangannya kencang hingga ia terjungkang kebelakang.

'BRUUK!'

"HAHAHAHA KAU LUCU SEKALI!"

Aku tertawa terpingkal-pingkal melihat ia jatuh dengan bokong tepat mengenai tanah. Ekspresinya itu lho, datar dan lucu sekali!

"OUCH!! Tae won bisakah kita hentikan semua kekonyolan ini?!" ujarnya sewot sambil mengusap-usap bokongnya yang kesakitan akibat menghantam tanah dengan keras tadi.

"Ok." jawabku singkat yang dibalas oleh sebuah jambakan dari tangan kasar wanita samson ini.

"Hei, hei lepaskan! Iya, maafkan aku maaf!" erangku kesakitan. Lalu ia melepas jambakan tangannya. Wanita ini benar-benar menakutkan ya!

"Aku benci padamu! Pokoknya 100% membencimu!" teriaknya sangat keras sambil menjambak-jambak rambutnya sendiri.

Aku menggeleng ngeri menatapnya. Sepertinya aku sudah keterlaluan.

"Hei, riika sudah hentikan! Ayo kita pergi makan saja?! Kau mau makan apa? Aku yang traktir." ujarku berusaha menenangkannya.

"..."

Ia tak bergeming. Aku tak menyerah untuk kembali membujuknya. "Makan apa saja riika, sungguh aku tak berbohong!"

"Makan apa saja? Sungguh?!" tanyanya berbinar. Ia sudah tidak lagi menjambak rambutnya sendiri. Syukurlah.

"Iya, sungguh." jawabku meyakinkannya.

"Baiklah, ayo kita pergi sekarang!" serunya riang. Ia bangkit kemudian membersihkan debu yang mengotori pakaiannya dan menarikku berdiri.

"Ayo cepat bodoh! Aku sudah lapar!" katanya lagi. Aku menggeleng heran. Aku bingung wanita ini otaknya terbuat dari apa sih? Mendengar kata makanan saja sudah membuatnya segar kembali.

"Iya, kau jalan duluan saja."

"Ok."

Aku menatap punggungnya dari belakang. Wanita ini adalah tunanganku? Cih, menyeramkan sekali!

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

"Wah enak sekali! Paman tambah ramennya!"

"Lagi? Wah, baiklah. Hoho."

Aku menatap riika setengah mual. Perut macam apa yang dimiliki seorang wanita berumur 19 tahun seperti dia? Sudah 1 jam kami dikedai ini dan ia masih asyik menikmati ramennya.

"Kau lapar ya? Ini sudah mangkuk ke-5, aku salut padamu." seruku seraya bertepuk tangan. Ia menatap sewot ke arahku.

"Bukan urusanmu! Makan sajalah!" celetuknya sinis. Aku langsung menutup mulutku rapat-rapat. Percuma bicara dengan makhluk kelaparan seperti dia :S

Lalu aku mengambil segelas air dan meminumnya.

"Ini nona, silahkan dinikmati. Wah, senangnya ya kalau masih muda bisa berkencan kapan pun. Haha."

'huweeeks!!'

Aku memuntahkan seluruh isi air yang tadi ku minum. Kaget sekali aku. Bicara apa pelayan tadi?!

"Anak muda, anda baik-baik saja?" tanya pelayan itu cemas sembari mengambil sapu tangan membersihkan bekas tumpahan air dicelana putihku.

"Aku ba.."

"Biarkan saja dia pak! Dia memang biasa begitu sehari-harinya!"

Aku menoleh kesal ke arah riika. Benar-benar wanita ini!

"Oh, begitu. Haha. Ya sudah, selamat menikmati makanannya ya!" ujar pelayan itu sambil beranjak pergi melambaikan tangan.

"Sial kau!"

"Hahaha.."

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Rumah keluarga endou

"Kami pulang!"

"Wah, kalian sudah pulang ya? Bagaimana kencan kalian hari ini?"

"Baik sekali." jawab riika semangat. Aku hanya diam membisu.

Panic Of LoveWhere stories live. Discover now