Panic Of Love 18

4.3K 8 3
                                    

Baiklah ini benar-benar keitai shousetsu bagiku. Haha. Terima kasih untuk moqmoq yang selalu mendukungku dalam membuat cerita ini x))

Chapter 18

:: kedatangan tuan lee jae hee

"AWW!!"

"Sakit sekali huhu." aku mengerang kesakitan. Rasanya tubuhku di timpa oleh se ton batu kali =.=

"Kau baik-baik saja riika?" pertanyaan dari tae won terdengar sangat bodoh di telingaku. Eh, ini orang mengerti tidak sih??

"Aku baik-baik saja? Tentu ti.." kata-kataku terhenti saat sadar bahwa ada yang salah dengan keadaan ini.

"Arrggghh.."

"Kau teriak-teriak kenapa sih?!" tae won langsung menyekap mulutku. Sialan kepala jagung, kau anggap aku apaan? <kau wanita riika, ckck..penulis hanya manggut-manggut>

"Haw meyevapkan, zafang kepava jafung!" ujarku tak karuan. Iya lah, mulutku di bekap. Bicaraku jadi tidak jelas.

"Maaf, tapi kau berisik sekali. Ayo berdiri! Kau tak berat apa menahan beban tubuhku?" kata-kata tae won membuatku malu. Akh, dia menindihku!! Ini penodaan bagiku, huwaaah >.<

"Fe wopf.."

"Lee tae won, apa yang sedang kau lakukan?!"

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Ruang keluarga endou

"Ahaha, aku tak menyangka kau akan datang secepat ini jae hee-san."

"Endou-sama kan sudah ku bilang kalau urusanku di korea beres semua, aku akan langsung datang ke jepang. Haha.."

"Oh, iya benar juga ya, haha.."

"Lama tak melihatmu ya jae hee-san?"

"Ah, iya kakak aku juga lama tak melihatmu. Kau semakin cantik saja ya walaupun sudah menjadi seorang ibu."

"Ah, kau bisa saja. Haha.."

"Haha.."

Aku hanya bisa mendengar pembicaraan orangtuaku dan tuan lee. Mereka tertawa bahagia tampaknya. Andaikan saja mereka tahu, seberapa bosankah aku menjadi obat nyamuk di antara mereka bertiga =.=

"Oh, iya ini ya anakmu endou-sama? Cantik ya, wajahmu begitu mirip denganmu endou-sama. Haha..ngomong-ngomong, bagaimana perkembanganmu dengan tae won, riika?" pertanyaan tuan lee membuatku salah tingkah. Aku bingung harus menjawab apa. Aku malah senyam-senyum saja. Hehe :-P

"Ah, baik." sahutku tercekat. Aku benar-benar gugup bicara apa dengan orang satu ini.

"Maafkan tae won ya? Tadi dia tampak menyakitimu. Apa kau baik-baik saja riika?" sekarang guratan khawatir muncul di wajahnya. Aku pun buru-buru menggelengkan kepala.

"Tidak apa-apa. Aku..baik-baik saja tuan lee.." aku meyakinkannya dengan kata-kataku. Ia menatapku dalam. "Syukurlah kalau begitu. Aku harap tae won tidak merepotkanmu ya?" ia tersenyum kecil kemudian mengalihkan pandangannya ke arah ayah.

"Endou-sama, aku perlu bicara berdua saja denganmu." tuan lee bangkit berdiri dan berjalan pelan keluar ruangan ini. Ayahku mengikutinya dari belakang.

"Sayang.." panggil ibuku cemas. Aku pun menoleh ke arahnya.

"Iya bu?" sahutku. Ibu menatapku dengan tatapan cemas.

"Kau lihat keadaan tae won gih, mungkin ia memerlukan bantuanmu." ujar ibuku. Aku terdiam sebentar untuk berpikir. Apa aku benar melakukan ini semua? Shou..aku jadi teringat pada shou.

"Hei, sayang kau kenapa?" tanya ibuku.

"Tidak apa-apa bu. Iya, aku segera kesana. Permisi bu." aku segera beranjak dari kursi dan berjalan setengah berlari ke kamar tae won.

Oh, pembaca aku stres jadinya nih. Apa yang harus ku lakukan?! :s

'tok tok tok'

"Kepala jagung.."

"Iya? Eh, apa maksudmu dengan kepala jagung? =.=" sahut tae won sambil menatapku aneh. Aku cuma bisa mendengus malas saja. Biarin lah, si dungu itu mau bicara apa.

"Ayahku bicara apa saja tadi?" tanya tae won penuh semangat. Aku menghela nafas kemudian duduk di samping tepi tempat tidur tae won.

"Ya seperti itu. Menanyakan kabar orangtuaku dan membicarakan tentang perjodohan kita." sahutku lesu. Tae won memperhatikan kata-kataku dengan seksama.

"Aku takut kita benar-benar di nikahkan. Kau tahu sendiri kan aku milik siapa sekarang? Tak mungkin aku memberikan seluruh hidupku pada orang yang tidak ku cintai, yaitu kau. Kau juga tak mungkin kan menjalani hubungan pernikahan atas dasar tak saling mencintai? Kita tak mempunyai perasaan apa pun satu sama lain kan? Aku pribadi sih tak mau menyesal." ujarku panjang lebar dan hanya di tanggapi tae won satu-dua kali anggukan kepala.

"Terus mau mu apa?" tae won tampak serius menanyakan hal itu. Aku terdiam, bingung harus bicara apa.

Tae won menghela nafas. "Kau mau mengecewakan orangtua kita? Jujur, aku tidak punya perasaan apa pun padamu. Tapi aku juga tidak mau membuat ayahku sedih. Hmm..menurutku kita turuti saja keinginan mereka. Tapi, kembali lagi pada permasalahan kita. Aku tak mau mengekangmu. Kau boleh berpacaran dengan siapa pun dan menikah dengan orang tersebut. Tapi..setidaknya untuk beberapa waktu ke depan kita lakukan saja ya, pura-pura menerima perjodohan ini sampai pada akhirnya mereka sadar bahwa memaksakan kehendak yang salah itu hanya membuat anak mereka menderita." satu demi satu kalimat meluncur keluar dari mulut tae won. Aku mendengarnya baik-baik. Ku pikir-pikir benar juga sih. Tapi, itu sama saja membuatku menderita dong. Dasar kepala jagung dungu =.="

"Bagaimana riika?" tanya tae won dengan mimik wajah serius. Aku hanya menundukkan kepala pertanda bingung.

"Tae won, tapi shou bagaimana?" tanyaku polos dan ekspresiku seperti orang bodoh.

"Kalau ia benar sayang padamu. Ia pasti menerimanya." sahut tae won datar.

. .

Panic Of LoveTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon