Panic Of Love 39

789 9 7
                                    

Moshi-Moshi '-')/

Maaf telat huehehe(?) hiatusnya kelamaan. Jujur, ini cerita tinggal dipublish aja, Cuma malesnya gak ketulungan (ngeles #plak).

Dan karena malesnya, dari tengah cerita dirombak lagi yang bertujuan untuk nyambung ke akhir chapter(?). ya jadilah amburadul gini. Okelah, yang penting jadi -,-

Note: ( // bla bla bla xxxx // ) << itu artinya lagi flashback ya, males ganti lagi karena sudah diplot dari awal seperti itu.

Chapter 39

:: Kemana???

"Apa kau sedang ada masalah? Kulihat, resah sekali. Ada apa Riika-ku?"

Shou menatapku sayu, terlihat jelas sekali raut kecemasannya.

Ah, pertemuan ini tidak seperti yang kuharapkan. Kupikir akan senang melihat wajah kekasihku ini, tapi ternyata pertemuan dengan Ayase Kasegawa masih membekas dengan jelas, membuatku tidak bisa berpikir jernih. Sekarang, aku mulai dihantui rasa bersalah...

"Hey, apa kau mendengarku?"

Shou menggoyangkan badanku pelan, baiklah ini membuatku semakin tersudut. Alih-alih memberikan jawaban, aku malah tersenyum tipis.

Kedua alis Shou langsung bertaut.

"Apa ada masalah dengan keluargamu?" tanya Shou seraya mengelus lembut rambutku.

Masalah? Tentu saja ada dan itu karena kau, Shou. Ah, apa harus kukatakan saja ya?

"Shou-kun..." ucapku ragu, mencoba mengawali pembicaraan.

Lihat, sekarang mata kami bertatapan. Garis tegas wajah Shou terlihat begitu jelas. Aku tahu. Aku kemarin yang memintanya untuk meninggalkan Ayase Kasegawa. Tapi, kalau seperti ini nampaknya aku egois. Apa Shou tahu kalau Ayase akan meninggalkannya? Lagi?

Ku pout-kan bibirku sebisa mungkin, menggambarkan kesan imut, namun sayang gagal, aku malah seperti menahan air mata saja.

"Hey, Riika-ku kau kenapa? Kau menangis?!"

Shou tegang seketika, baiklah, kurasa bukan menahan tangis, aku memang sudah menangis sedari tadi.

"Shou-kun...hiks..." ucapku terbata, Shou menganggukan kepalanya cepat.

Ya tuhan, sungguh aku ragu sekarang. Kalau kuceritakan pada Shou, apa ia akan meninggalkanku lagi? Tapi ia sudah berjanji bukan?

Disisi lain, aku tidak ingin Ayase pergi begitu saja. Ini semua bukan salah Ayase sepenuhnya.

Kalau saja aku tidak jatuh cinta dengan Shou...mungkin aku akan hidup bahagia bersama Tae-...tunggu! Kenapa disaat genting seperti ini masih sempat memikirkan kepala jagung itu? -,-

"Riika-ku, kau kenapa?"

Tak bergeming, aku rasa aku masih ra-

'Piip Piip Piiiip (anggap aja nada dering ponsel Riika begitu ya pemirsa -_-a)'

Ponselku berbunyi? Siapa yang menelepon?

Tanpa ragu lagi, aku langsung mengangkatnya, "Moshi-moshi...ya ini aku, siapa?..."

Dan untuk persekian detik aku langsung terlonjak kaget.

"Apa katamu?!"

.......................................................................................................................................................................................

-Bandara Narita-

"Darimana saja kau?"

"Ng, aku..."

Panic Of LoveWhere stories live. Discover now