Panic Of Love 16

4.4K 7 6
                                    

Aku hilang feel nya saat mau membuat ulang chapter 16.

Padahal tinggal ku upload eh ceritanya ke hapus, jadi di ulang lagi T.T

Aku langsung mengupload cerita ini ke wattpad dari hp tanpa di save atau di edit. Jadi maaf kalau ceritanya pendek dan tulisannya ada yang tidak beres =.+

Chapter 16

:: tunangan'NYA'??

"Makhluk korea berkepala jagung..ini tidak seperti dirimu." aku terus menatapnya hingga bayangannya hilang di balik tembok. Oh, tae won yang malang. Kok aku jadi khawatir begini ya?

"Sayang, tolong kau rawat tae won-san ya? Kasihan dia." ujar ibu tiba-tiba. Aku hanya mengangguk lemah. Ia ibu aku akan merawatnya, seburuk-buruknya si kepala jagung dungu itu, ia tetaplah manusia kan? Hmm.. <yang bilang dia kura-kura siapa riika? Penulis geleng-geleng kepala =.=>

"Iya ibu, pasti ku lakukan kok." kataku menambahkan.

"Jaga lah calon suamimu ya nak?"

"Iya ayah, akan ku jaga calo su..ng, apa tadi ayah bilang? CALON SUAMI???" aku melongo parah ke arahnya. Ya ampun, ayahku ngomong apa sih? Pasti kebanyakan minum sake nih!

"Iya riika-chan, calon suamimu. Lho, memangnya ada yang salah dengan kata-kata ayah ya?" tanya ayahku polos tanpa dosa. Oh tuhan, benar kayaknya bapak-bapak ini sudah mabuk sake!

"Apa sih? Aku gak mau! Cukup dengan di jodohkan dan di tunangkan saja sudah setengah mati ku pasrah menerimanya, tapi ini! Suami? Menikah? No way no no no!!" sahutku ketus. Aku tidak akan menerimanya sebagai suamiku sampai kapan pun. Lagipula aku sudah punya shou! Aku tak mau menikah dengannya titik, gak pake koma, tanda baca, tanda seru dan teman-temannya huft :@

"Riika-chan.."

"Aku capek. Aku istirahat dulu." ujarku datar dan berjalan cepat melewati mereka menuju kamar loteng tercintaku yang terletak di lantai paling atas di rumah ini. Aha, lebih baik nikahkan aku dengan loteng saja deh!

Ayah dan ibuku samar-samar terlihat mengawasiku dari bawah tangga dengan ekspresi cemas. Bodoh amat ah, mereka yang mulai sih.

'braak'

Aku menutup pintu kamar dengan hentakan yang sangat keras. Aku sampai kaget sendiri dengan bunyinya. Hahaha.. <penulis lagi-lagi geleng-geleng kepala, hadeh =.=>

"Hopp, my lovely bed >,<" aku menjatuhkan diriku di atas kasurku yang empuk. Nyamannya.

"Ayah.." kata-kata ayahku terus terniang-niang. Cih, enak saja mau menikahkan aku dengan si kepala jagung plus plus itu. Aku tak mau! Biar saja dia sakit, aku tak kan mau merawatnya. Haha, biar nanti dia kesakitan. Aku senang melihatnya menderita. Haha..

// "Riika, tolong aku..sial, aku benci di tolong oleh wanita." //

Aku teringat kata-kata tae won sebelum ia pingsan. Ah, apa aku tega ya melihatnya memohon-mohon padaku dengan muka datarnya itu?

"Sepertinya tidak, ah kepala jagung.." aku menggumang tidak jelas. Aku berkutat dengan segala macam pikiran di otakku. Aku terdiam lama sampai akhirnya..

"Lee tae won, aku khawatir dengan keadaanmu." aku memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur dan berjalan ragu membuka pintu.

'teek'

Setelah pintu kamar ku buka, aku menengok kanan kiri, memastikan kalau ayah dan ibuku tidak ada. Kan aku malu kalau ketawan mengendap-endap ke tempat tae won setelah apa yang ku katakan pada mereka sebelumnya. Hehe.

"Aman, hehe.." aku langsung melesat berlari menuju kamar tae won. Hehe, bodoh kalau di pikir-pikir tentang apa yang kulakukan :-D

"Sampai juga."

'tok tok tok'

"Masuk. Tidak di kunci."

"Ini aku.." aku menutup kusen pintu. Dan melangkah menghampiri tae won yang tergeletak tak berdaya di tempat tidur.

"Oh, kau." komentarnya singkat saat melihatku.

"Aku mengganggumu ya? Maaf kalau begitu, aku pergi saja." aku kesal dan bersiap-siap beranjak pergi darinya, namun yang terjadi malah..

"Kau lupa ya kata-kata dokter itu? Kau harus merawat tunanganmu ini sampai sembuh."

"AApaa??" mataku membulat besar. Apa tadi katanya? Tae won mendengar pembicaraanku dengan dokter itu? Huwaaaah tidaaak >,<

// Ruang periksa dokter

"Ia hanya kelelahan saja. Makannya tidak teratur makanya kondisinya jadi ngedrop sampai pingsan seperti tadi." ujar dokter itu sembari membenarkan letak kacamatanya.

"Ah, iya sensei.." sahutku menanggapi kata-katanya. Dokter itu pun tersenyum. Aku tak tahu, apa maksud di balik senyumnya itu.

"Ngomong-ngomong, nona ini siapanya orang ini ya? Kok mau-maunya membawanya repot-repot kesini?" tanya dokter itu ingin tahu. Aku hanya memincingkan mata. Dokter itu tersenyum penuh arti. Kalian mengerti maksud 'penuh arti' disini? Haha ia mau menggodaku kawan-kawan. Sial, heuh :@

"Saya tunangannya sensei." sambarku kesal. Ekspresi dokter itu langsung berubah. Haha, hari gini masih mau menjalankan pekerjaan sampingan sebagai dokter genit ya? Cih, aku tak tertarik dengan aki-aki kepala botak.

"Kalau begitu rawatlah tunanganmu ini dengan baik ya nona. Ini resep obat yang harus di tebus. Administrasinya bisa langsung di urus, permisi." ujar dokter tua itu cepat. Haha, kecewa ya aku sudah di tunangkan? Makanya kalau sudah tua janganlah menggodaku, ingatlah anak, istri dan umurmu ya!

"Haha, iya sensei sip ;-)" ucapku mantap sembari mengacungkan ibu jariku. Dokter itu pergi keluar dari ruangan ini dengan wajah kesal.

"Haha..tunanganku.." aku menoleh menatap tae won yang sedang tertidur. Manis sekali ya cowok ini kalau sedang tertidur? Seperti anak kecil, hmmm.. //

"Kenapa tunanganku? Hh.." tanya meledek. Huwaah malu aku >,<

.

Panic Of LoveWhere stories live. Discover now