Panic Of Love 15

4.4K 6 4
                                    

Lama sekali aku tidak mengupload cerita. Karena berbagai hal sih xD

Kalau begitu selamat menikmati ceritaku ;-)

Chapter 15

:: sakit

Shou melangkah pergi meninggalkanku sendirian. Hatiku sedih, ia tidak mau mendengar penjelasanku sama sekali.

"Pemarah..sakit sekali pukulannya."

Aku menoleh ke belakang, ternyata tae won. Oh iya, aku lupa sama sekali dengan makhluk menyebalkan yang telah menyebabkan semua kekacauan ini =.=

"Gara-gara kau semuanya! Aku benci padamu! Dasar otak udang! Kepala jagung! Dungu! Bodoh! Menyebalkan!" amarahku meluap. Tae won habis ku umpati dengan sumpah serapah jerapah kingkong dan teman-temannya. Argh, kenapa membicarakan hal tidak penting sih?! :@

"Kau senang berbicara kasar ya nona?" sahut tae won kesal sembari terus memegangi wajahnya yang terkena pukulan shou.

"Rasain, makanya jangan cari gara-gara dong!" ujarku lantang. Aku kesal sekali sama orang ini. Oh tuhan, kalau kau ijinkan aku untuk memiliki kekuatan supranatural, ijinkan aku mempergunakannya untuk menyekap si kepala jagung ini dengan karung beras.

"Kenapa dengan mukamu? Tak enak sekali." ujarnya seraya menjaga jarak jauh dariku. Aku mendengus kesal. Hei, lee tae won kau kira aku kuman apa?!

"Sudah ah, aku capek menanggapimu. Awas kau, ugh!" seruku seraya melangkah lewat di hadapannya. Kau tahu aku mendorong tae won hingga ia jatuh tersungkur sekali lagi dan kau tahu? Aku tak menyangka bisa semudah itu membuatnya seperti tusuk sate yang siap di bakar . Ah, aku lapar hei penulis! Jangan kau protes ya, kan aku tokoh utama di cerita ini. Jadi jangan banyak komentar, lanjutkan saja cerita ini! .

"Sial, uhuk huk.." tae won tidak segera bangkit, ia malah menyenderkan kepalanya di tong sampah. Ada apa dengan kepala jagung?

"Kau kenapa tae won?" tanyaku cemas. Bagaimana tidak cemas, wajahnya pucat pasi. Sumpah deh!

"Bukan urusanmu, pergi ka..huk uhuk.." mata tae won yang sayu itu mencoba menatapku tajam. Namun sayang pancaran sinar matanya yang ku dapat malah seperti puppy tetangga sebelah, ori nya tante megumi. Kasihan.

"Kau sakit ya?" tanyaku meyakinkan pendapatku.

"Ti..uhuk uhuk huk..dak.." sahutnya dengan terbatuk-batuk. Pantas saja hari ini dia aneh sekali. Sewot tidak jelas, ternyata sakit toh penyebabnya. Aha, benar-benar aneh nih orang, ckck..

"Apa li..huk huk hat.."

"Haha, aku senang melihatmu menderita seperti ini, ckck.." ujarku meledek. Wajah tae won langsung berubah masam. Aku hanya tertawa lebar.

"Cih, senang sekali nampaknya kau." gerutu tae won kesal.

"Suka-sukamu lah. Aku pergi dulu ya, dagh!" aku pura-pura melangkah pergi meninggalkannya. Ia protes dengan buru-buru menarik tanganku.

"Mau kemana?" tanyanya polos. Mata puppy ori itu muncul lagi. Aish, aku lemah sama tatapan itu!

"Aku tak bisa bangun, bantu aku." perintahnya datar. Aku hanya menjulurkan lidah. Biar dia tahu rasa. Rasain kau!

"Tolong.." katanya lagi. Akhirnya dengan terpaksa aku membantunya untuk berdiri.

"Yuk, bangun." ujarku sembari memapahnya untuk berdiri. "Terima kasih." ujarnya ragu. Aku memperhatikan wajahnya lekat-lekat. Wajahnya merah padam. Ya ampun orang ini demam ternyata.

"Sini biar ku periksa." kataku sambil meraih kepalanya. Aku pagang dahinya. Panas! Ah, gila panas sekali badannya.

"Ya ampun panas banget badanmu! Kau sakit! Cepat ke dokter!" ujarku panik. Aku segera meraih ponsel dari saku celanaku dan menekan angka 1 di keypad ponselku.

// "Halo, ibu ayah! Tae won sakit! Kami ada di kampus! Cepat kesini! Keadaannya gawat! Sudah ya, ku tunggu!"

"Kenapa riika? Hei riika!"

'Tuuttutttut..' //

Beres, sudah ku telepon ayah dan ibu. Sekarang apa yang harus ku lakukan sama makhluk kepala jagung ini?

"Pulang sana! Aku bisa sendiri." ujarnya ketus. Ah, sombong sekali orang ini. Aku garuk pakai trisula sekalian baru tahu rasa dia. Haha..

"Jangan sombong deh, ikut aku sini! Kita pergi beli obat." aku menyeret si bodoh ini, karena postur tubuhnya yang menjulang tinggi aku sedikit repot juga menyeretnya =.=

"Bi..huk uhuk uhuk arkan aku.."

"Sebentar lagi orangtuaku datang. Kau jangan seperti ini ya. Mukamu pucat sekali soalnya." ujarku bijak. Ia menatapku nanar. Aku hanya memincingkan mata.

"Baiklah. Rawat aku!" ujarnya dengan mimik seperti majikan ke pembantunya. Aha, kurang ajar manusia ini =.="

"Sesukamu lah." sahutku malas. Aku kesal sekali sama dia. Untung aku masih punya hati nurani, kalau tidak sudah ku bawa dia ke tengah jalan raya untuk ditabrak oleh truk tronton. Hahaha .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Di rumah riika

"Ya ampun, tae won-san kamu baik-baik saja?"

"Iya, padahal sudah berobat tadi. Cepat istrahat ya tae won-san!"

Ayah dan ibuku gempar akibat sakitnya tae won. Duh, kalau aku yang sakit rasanya tidak segempar ini deh. Huhu.

"Aku baik kok. Aku tidur dulu ya. Oyasumi semuanya!" tae won berjalan gontai menuju kamarnya -ralat: kamarku-. Orangtuaku mengamatinya dengan seksama. Mereka takut ia ngedrop lagi seperti tadi di rumah sakit.

"Makhluk korea berkepala jagung.."

. . . . . . . . . . . . . .

Panic Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang