26. (End)

3 1 0
                                    

'Aset yang sesungguhnya adalah diri sendiri'

________

Sahabat? Satu kata buat sahabat!

Bagi Cheara sahabat adalah langka, seseorang yang hebat memberikan kesetiaan yang sama sekali susah untuk diutamakan. Mungkin seseorang itu sudah hampir punah kalau saja manusia sudah susah dikasih kepercayaan untuk menjadi seorang sahabat.

Namun, berbeda lagi bagi Cheara. Ia telah menemukan manusia langka itu, bahkan lima sekaligus. Padahal sebelumnya, Cheara meragukan hal itu tetapi sepertinya tidak setelah Cheara mengenalnya baik.

Galang, Bima, Riski, Kriss, dan Vendi. Lelaki ketiga yang pantas mendapatkan cinta dari Cheara, kenapa bukan pertama? Karena yang pertama ia sudah berikan kepada kakak lelakinya dan yang kedua sudah ia berikan kepada lelaki bernama Delan. Jangan ketawa! Karena Cheara tidak memiliki seorang pria hebat sebagai sosok Ayah, coba saja kalau pria hebat itu ada dan berperan bagi Cheara. Sudah pasti Cheara berikan kepada pria itu, namun sepertinya posisi itu lebih pantas diberikan kepada kakaknya.

Galang? Lelaki kedua yang berperan sebagai kakak bagi Cheara, Bima? Lelaki pengemar KPop yang gila akan idolanya si Exo yang berasal dari negara ginseng sudah meracuni otak Bima, Riski? Sejauh ini lelaki itu sama sekali tidak memunculkan masalah Cheara suka itu, Kriss? Ah lelaki itu sempat membuat Cheara tidak nyaman karena pernah menaruh hati kepada Cheara. Hanya keduanya saja yang tahu. Saudara tiri dari Rasya yang sempat mengisi hati Cheara, dulu.

Dan satu lagi? Vendi, sejauh ini Cheara mengenal Vendi itu sosok lelaki aneh. Terkadang emosi, cemas berlebihan, bahagia karena hal kecil, murung, dan Cheara mengetahui kalau Vendi itu Spesial. Bipolar disorder, Vendi memiliki penyakit mengerikan itu. Bahkan penyakit depresi Cheara masih tergolong ringan, dan Vendi? Kata hebat buat Vendi karena sudah bertahan sejauh ini.

Kalau Delan??... Cukup hati Cheara yang menjawab.

Tangan Delan bergerak memegang pundak Cheara, menuntunnya pelan agar duduk di atas kasur. Bahkan sekarang keduanya tengah duduk berhadapan di tengah ranjang empuk milik Delan, tangan Delan bergerak meraih selimut didekatnya lalu meletakkannya di pangkuan Cheara agar menutupi separuh tubuh Cheara yang sedikit terbuka.

Sial! Bikin gagal fokus saja.

"Maaf ya.." Tambah Cheara lagi.

Delan menghembuskan nafasnya pelan, kemudian menarik dagu Cheara agar mendongak ke arahnya.

"Kenapa? Kamu buat salah apa sama aku, ra?" tanya Delan yang sekarang sudah melepaskan tangannya dari dagu Cheara.

Cheara bungkam, dia sendiri juga bingung kenapa terus menerus meminta maaf kepada Delan. Padahal Cheara sama sekali tidak melakukan kesalahan, dasar perempuan ini. Bikin hati orang bingung saja.

Kepala Cheara menggeleng pelan, kemudian kedua bibirnya terangkat sedikit menyadari dirinya selalu terlihat bodoh di hadapan Delan. Bahakan muka polosnya pasti sangat menjijikkan dan jelek di mata Delan, dan sepertinya Delan sama sekali tidak menghiraukan itu. Membuat Cheara bingung saja, sepertinya Cheara selalu sempurna di mata Delan. Romantis bukan?

"Jangan kayak gini lagi," ucap Delan sedikit memijat pelipisnya. Ternyata memikirkan hal yang tidak penting sedari tadi membuat kepala Delan sedikit nyeri.

Cheara menarik tangan Delan dari pelipisnya, menggenggam sedikit kuat sehingga membuat Delan sulit untuk menariknya.

"Terus kenapa sedari tadi kamu diam saja? Aku pikir kamu marah,"

"Ra..." Tekan Delan sedikit menarik tangannya dari genggaman Cheara di atas perutnya sehingga rasa hangat menjalar pada tubuh dingin Delan.

"Kamu kan kalau marah suka diem aja, jadi aku lebih baik minta maaf kan?" tanya Cheara.

BALANCE ✔️Where stories live. Discover now