6 √

67 69 4
                                    

Garis bukan hanya ditentukan
Namun kita sendiri juga yang harus mentukan
_Delan_

---------

Seperti biasa cheara, menjalankan aktivitas paginya seperti hari biasa tanpa adanya hambatan apapun. Setelah mengantar adek-adeknya kesekolah, kebetulan sekolah Adi dan Dinda berada di daerah rumahnya jadi Cheara tidak memerlukan banyak waktu.

Ia menjalankan kakinya menuju halte Bus, banyak anak sekolah berlalu lalang disekitarnya dan banyak anak Remaja seumurannya yang kini tengah bekerja di pagi hari. Cheara bersyukur ia masih bisa bersekolah, ya walaupun dengan keadaan yang serba ketercukupan.

Waktu sudah meunjukan 06:45, namun si angkot belum juga menampakan batang lampunya. Siap-siap che, kuping loe panas karena mendengar ceramah dari guru tercinta loe.

Tidak lama kemudian terdengar suara motor berhenti dihadapan Cheara, yang otomatis membuat Cheara mengalihkan pandanganya dari layar Hp-nya ke sumber suara.

Dahi Cheara mengkerut saat objek yang di hadapannya kini tengah membuka helm fullface nya yang berwarna hijau sama dengan motornya. Anjimm Chera terkejot terheran heran, pasalnya pria yang kini dihadapannya sedang tersenyum manis. Jangankan Cheara, remaja yang berada disekitarnyapun memandangnya tidak kalah terkejott, bahkan ada yang kepaduk batu saat berjalan karena ngedelenger, kalau yang pingsan jelas tidak ada.

"Delan," ucap Cheara pelan, namun masih terdengar oleh pemilik nama tersebut.

"Yokk, berangkat," Ajaknya memberikan helm pada Cheara, namun Cheara enggan menerimanya dikarenakan ia masih larut dalam lamunanya. Sadar woyy, entar loe ketempelan setan halte Cheara!

"Cheara," panggilnya menepuk pundak Cheara, yang ditepukpun langsung sadar dari lamunannya.

"Delan, loe kenapa ada disini?"

"Kan gwe udah bilang semalam, udah lah ayok entar terlambat lagi," ucapnya yang membuat otak cheara traveling, mengingat apa yang diucapkannya semalam, namun ia tidak menemukan potongan file ingatannya saat semalam. Tanpa sadar Delan kini tengah melepas Hoodie-nya, dan langsung memakaikannya pada Cheara yang kini tengah cengo atas perlakuannya. Ya ampun che, itu jantung aman?

"Udaranya dingin," ucapnya tersenyum dan langsung memasangkan Cheara helm. Ya ampun bang loe bisa ngak, gak usah senyum? Diabetes inih.

--------

"Mohon perhatian, Saya Rasya Angga Pratama selaku Ketua osis memberi tahukan kepada siswa siswi SMK Peribumi baik dari kelas 10 sampai kelas 12 dari berbagai jurusan untuk desegerakan kumpul di lapangan" Suara Rasya mengelegar diberbagai juru SMK Peribumi

Satu persatu siswa siswi memasuki lapangan dan menetapakan barisannya dengan rapih, namun tidak dengan barisan yang satu ini. Ya siapa lagi kalau bukan barisannya lima cecunguk ini.

"Cheara mana nih?" tanya Galang pada yang lainnya, namun dijawab dengan gelengan dari keempat temannya.

"Masih dijalan kali," jawab Bima memainkan rambutmya yang agak gondrong.

"Gimana udah keliatan kayak si Lee min Ho?" Tanya Bima pede tingkat Dewa 19.

"Kayak kakek sihir mah iya," jawab Kriss yang disambut gelak tawa temannya.

"Iyaa bener kriss, apalagi kalau udah disandingin si nenek sihir kinan. Behhh cocoknya pakek bangetttt hahhah," sambung Riski sedangkan kinan yang tidak jauh dari mereka mendengar celetukan Riski langsung menghampirinya.

"Mampus orangnya dateng goblok," Imbuh Vendi cepat karena melihat kinan melangkah ke arahnya.

Tubuh Kriss bergerak ke samping, berlagak tidak tahu apa yang terjadi. Sedangkan Riski yang merasa dirinya akan kena bogeman malah cengar-cengir tidak jelas.

BALANCE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang