🔥12💦 Perhatian Papa

1.4K 159 21
                                    

sebelum membaca, aku ingin bertanya; bagaimana perasaan kalian setalah nonton konser tadi?
Minimal satu katalah buat BANGTAN.

write on this???

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

write on this???

happy reading
.
.
.

●MY BRO●

Hujan sempat reda ketika langit menguraikan warna jingganya. Namun, setelah petang beralih malam, awan hitam kembali membumbung, menutupi kerlipan bintang dan menurunkan hujan di malam yang makin kelam.

Brameswara, lelaki dewasa berkaos dan celana rumahan itu keluar dari kamar utama dan berjalan melewati ruang keluarga, di mana ada si bungsu yang asik berkutat pada ponselnya.

"Mama kamu ke mana, Ga?" tanya Bram dan dijawab gelengan kepala oleh putra sambungnya. "Terus tadi kamu sama Rain dijemput siapa?"

Pertanyaan Bram sukses menarik atensi si bungsu, Alga pun meletakkan ponselnya. "Setelah nganterin aku pulang, Mama buru-buru pergi lagi. Aku pikir Mama ada urusan kerjaan. Mama nggak bilang sama O---Pa-pi." Alga masih perlu penyesuaian diri untuk membiasakan memanggil Bram, Papi.

"Nggak. Ke mana ya? Papi telepon juga nggak diangkat." Bram membatalkan niatnya mengambil air di dapur. Ia memutuskan ikut duduk di sofa bersama Alga.

"Mama pasti punya alasan soal itu." Alga berucap seakan melarang Bram berpikir buruk tentang Chyra.

Bram menimpali dengan senyum tipis sembari mengecek ponselnya, hendak menghubungi Chyra. Namun, tak lama, pintu rumah terbuka menampilkan sosok si sulung dengan seragam lusuh yang dibalut cardigan hitam.

Kontan Bram bangkit dengan gurat muka yang tentu sudah tak bersahabat lagi karena Rain telah melanggar aturan ditambah pulang dengan keadaan luka-luka dan pincang. "Rain? Kamu baru pulang?"

Rain menatap sekilas pada Bram, lalu menunduk lagi. Dari awal ia sama sekali tidak merencakan hal ini. Niatnya kabur ke markas hanya sebentar dan pulang sebelum petang---paling tidak jangan sampai ketahuan Bram. Namun, nasibnya kurang mujur.

"Iya, Pi."

"Kamu lupa aturan di rumah ini? Kamu lupa hukuman kamu?"

"Maaf."

Bram mendekat. Melihat kondisi miris Rain, orang tua mana yang tega mengamuk? Namun, Bram harus tetap tegas mengingat Rain yang sekarang lebih bandel.

"Kenapa bisa luka-luka gini? Kamu ikut tawuran sama genk urakan itu? Siapa yang ngajak kamu? Pasti Levant 'kan?"

"Pi, Fabcom bukan genk urakan," bela Rain tanpa meninggikan suaranya. "Aku nggak terima Papi jelek-jelekin Fabcom. Temen-temenku itu anak baik. Mereka nggak ngajak aku tawuran dan Papi tolong jangan nge-judge Levant seakan-akan ia bawa dampak buruk buat aku."

My BRO S1 [✔]Where stories live. Discover now