BAB 35. FAKTA SI TERSANGKA UTAMA

Start from the beginning
                                    

“Kayaknya aku pulang terlalu malem.” Lili merenggangkan tubuhnya di pinggir jalan.

Malam ini, cewek itu baru saja keluar dari indekost temannya pada pukul sebelas malam. Ada tugas kelompok yang harus mereka presentasikan besok lusa. Jadi mereka benar-benar mempersiapkan tugas mereka dengan matang agar nilai yang mereka peroleh juga memuaskan.

Namun suasana di sekitarnya Lili terlihat sangat sepi membuat Lili mengernyit aneh.

Padahal ini belum terlalu larut, pikirnya.

Cewek itu kembali melihat ponselnya. Melihat lokasi grab pesanannya yang sedang menuju ke arahnya sekitar 5 menitan lagi baru sampai.

Lili mendesah lelah.

“Harusnya tadi siang aku bawa mobil,” kata Lili. Cewek itu kemudian menatap sepatunya. Melihat noda kotor yang menempel di sana.

Baru saja Lili hendak berjongkok untuk mengelapnya dengan tisu yang dipegangnya. Seseorang di belakang tubuh Lili tiba-tiba memukul tengkuk Lili dengan sangat keras.

Bugh!

Lili meringis.

Kemudian mulut cewek itu langsung di tutup dengan sebuah sapu tangan yang sudah dibius. Pandangan Lili memburam. Kepalanya mendadak pusing dan tubuhnya sangat lemas bukan main.

Detik selanjutnya, semuanya menjadi gelap gulita.

Sementara dari kejauhan seorang laki-laki di dalam mobil tersenyum sinis melihat mangsanya sudah ada dalam genggamannya.

Tidak sia-sia dia selalu memantau pergerakan Lili selama beberapa minggu ini, pikirnya licik.

“Ayo bawa dia ke tempat yang paling sulit untuk di jangkau,” cetus Om Anggara sinis.

"Para predator pasti udah gak sabar lihat buruan saya malam ini,” tambah laki-laki itu mengerikan.

Pada akhirnya, malam itu adalah malam paling buruk untuk Lili. Dunianya yang sudah rapuh semakin hancur dimulai setelah kejadian itu.

***

Gavin dapat merasakan darahnya langsung berdesir setelah mendengar fakta dan pengakuan tersebut. Kalau tangannya sedang tidak di borgol, dia ingin sekali menarik kerah orang tua ini dengan kasar untuk dia hantamkan pada aspal saat ini juga.

Om Anggara langsung tertawa sangat keras, lalu melepaskan cengkaramannya dari dagu Gavin dengan kasar.

“ENTAH ITU LILI ATAU UTARA, SEMUANYA BENAR-BENAR TOLOL! HAHAHAHAHA.”

Laki-laki tua itu semakin terbahak mengingat kebodohan Utara yang salah mengira Gavin adalah pelaku utamanya.

“SAYA BAHKAN HARUS BERAKTING AGAR TOPENG SAYA TIDAK TERBUKA TADI HAHAHA,” lanjut Om Anggara kini memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.

Gavin berdecak melihatnya. “Dasar tua bangka gila,” cetusnya dingin.

Om Anggara langsung berhenti tertawa.

“Barusan kamu bilang apa?” tanyanya tak suka dan kembali mencengkram dagu Gavin dengan kuat.

“Saya? Gila?” tanya Om Anggara melotot.

“Ya!” Gavin mengangguk mantap.

Bugh!

Om Anggara meninju Gavin, hingga cowok itu kembali tersungkur.

“Kalau kamu gak tau apapun mending kamu diem!” desis Om Anggara sinis.

“Saya tidak akan menjadi iblis kalau adik saya tidak mengkhianati saya!” tambahnya dengan geram.

UTARA: ES DAN BUNGA TERATAI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now