BAB 32. HARI BAIK

30.2K 6.6K 1.8K
                                    

26 SEPTEMBER 2022

ASSALAMU’ALAIKUM YEOROBUNN

BII DATAAAANGGG LAGI🤸

APA SENIN KAMU MELELAHKAN?

JAM BERAPA KAMU BACA INI?

KAMU TIM MASIH SEKOLAH/KULIAH/KERJA/IRT?

KAMU BAKAL BACA UTA SAMPE ENDING KAN?

JANGAN LUPA KASIH VOTE DAN KOMENTAR YAAA🤍

SEMOGA KALIAN SELALU SEHAT, AMIN.

UDAH SIAP, KAN?

LET’S GO!

-HAPPY READING-

Tidak ada hari yang tidak melelahkan untuk Syaira. Seperti saat ini, masih pagi tapi rasanya dia sudah lelah dan hanya ingin berbaring saja di kasurnya. Namun, dia tidak bisa seperti itu. Cewek itu harus sekolah. Dia tidak boleh terlambat.

Syaira dengan lemas duduk di teras rumahnya. Cewek itu meraih sepatunya. Kemudian memakainya.

Namun tiba-tiba saja seorang laki-laki dengan kaos berwarna hitam dengan celana jeans yang robek di lututnya itu berjongkok di depan Syaira. Mengambil alih tali sepatu milik Syaira, untuk dia pakaikan.

“Kak Gavin?” Syaira terkejut.

“Hm.” Cowok itu berdehem.

Syaira menelisik penampilan Gavin yang sedikit acak-acakan dengan wajah yang kusut.

“Kakak nginep di rumah temen kakak lagi ya malem tadi?” tanya Syaira sambil merapihkan rambut kakaknya.

Gavin hanya mengangguk. Setelah mengikat sepatu Syaira dengan rapih. Laki-laki itu menatap Syaira penuh arti dengan pandangan yang sulit sekali Syaira artikan apa maksudnya.

“Kenapa, Kak?” tanya Syaira. “Kakak mau bilang sesuatu sama Syaira?”

Gavin lantas menggeleng. Cowok itu kemudian berdiri dan langsung mengulurkan tangannya ke hadapan Syaira.

“Ayo, kakak anter,” kata Gavin.

“Kakak mau nganter aku ke sekolah? Beneran?” tanya Syaira tiba-tiba semeringah.

Gavin mengangguk. Cowok itu menggengam tangan mungil adiknya lalu mengajaknya untuk naik motor matic berwarna hitam miliknya.

“Pegangan,” ujar Gavin ketika keduanya sudah naik.

“Peluk jangan?” tanya Syaira jahil.

“Terserah—"

Grep!

Sebelum Gavin menyelesaikan kata-katanya, Syaira sudah lebih dulu memeluk kakaknya.

“Peluk dong, masa ngga,” kekeh Syaira. “Kakak kan udah lama gak nganterin aku ke sekolah.”

“Tiga bulan lalu,” koreksi Gavin.

“Iya! Itu kan udah lama tau,” kata Syaira greget.

“Itu juga pas nenek masih ada dan kakak pas kebetulan mau berangkat kerja aja.” Syaira mengingat moment itu.

“Yaudah,” komentar Gavin singkat.

Syaira berdecak, kemudian memilih menikmati melihat jalanan pagi yang mulai ramai karena biasanya hari senin adalah hari yang sangat sibuk untuk para pekerja.

“Ra,” panggil Gavin tiba-tiba sambil terus fokus mengendarai motornya.

“Hm?”

“Sarapan belum?”

UTARA: ES DAN BUNGA TERATAI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now