BAB 35. FAKTA SI TERSANGKA UTAMA

30.3K 6.6K 3.1K
                                    

11 OKTOBER 2022

HALLO PREN 🤸

BII DATANG LAGIIII🖤

H-3 SEBELUM PRE ORDER UTA🔥🔥

UDAH SIAP WAR?

JAM BERAPA KALIAN BACA INI?

RATE HARI INI DARI 1-10

TAU CERITA UTA DARI TIKTOK ATAU PEMBACA BII DARI DULU?

JANGAN LUPA  KASIH KOMENTAR DAN VOTE YANG BANYAK 🖤

OKE LET’S GO!

WARNING⚠️

PART INI TIDAK UNTUK DISPOILERKAN YA PREN 🙏

-HAPPY READING-

Dalam perjalanan menuju kantor polisi. Mobil polisi yang di tumpangi Gavin juga diiringi oleh mobil Om Anggara di belakangnya. Tubuh Gavin yang terlihat babak belur dengan tangan di borgol membuat cowok berusia 20 tahun itu benar-benar seperti tahanan yang di kawal untuk segera masuk ke jeruji besi.

Cowok itu memejamkan matanya sambil bersandar pada bangku penumpang. Dia terlihat sangat pasrah.

Hingga saat tikungan yang entah ke berapa dia lewati. Mobil polisi yang di tumpangi Gavin tiba-tiba berhenti.

“Di sini?” tanya polisi yang menyetir.

“Iya,” jawab polisi di sampingnya.

Mendengar itu Gavin langsung membuka matanya dengan pelan. Menatap area sekitar yang ternyata dia sudah keluar dari jalanan besar. Lebih tepatnya, saat ini mereka tengah menepi di sebuah jalanan yang benar-benar gelap dan sepi.  Begitupun dengan mobil Om Anggara yang ikut berhenti di belakangnya.

Tak lama, Gavin di tarik paksa oleh salah satu polisi untuk keluar. Kemudian cowok itu di dorong ke hadapan Om Anggara yang ternyata sudah menunggunya di depan mobilnya.

Om Anggara berjalan semakin dekat. Menatap penampilan Gavin lebih lekat dari atas sampai ujung jari kakinya.

“Gavin Bratadika.” Anggara mengawali pembicaraannya membuat Gavin yang tadinya tersungkur langsung mendongak menatap wajahnya.

“Nama kamu bagus, Vin,” puji Om Anggara sambil tersenyum.

Gavin menatap Om Anggara dengan sorot mata yang sulit di artikan dengan mulut yang masih bungkam.

Sementara Om Anggara kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Gavin. Laki-laki yang sudah usia sudah lebih 40 tahunan itu lalu mengangkat dagu Gavin tinggi.

Menatap cowok itu dengan ekpresi yang tiba-tiba berubah sinis.

“Tapi… nasib kamu sepertinya tidak sebagus nama kamu,” ketus Om Anggara.

“Utara,” ujar Om Anggara menahan kalimatnya. Kemudian...

“Dia menangkap mangsa yang salah. Benarkan, Gavin?” Oma Anggara menyeringai.

Deg!

Mata Gavin melebar.

Cowok itu mengepalkan tangannya dengan kuat disertai sorot mata yang berubah dingin menatap om Anggara.

Om Anggara semakin mencengkaram kuat dagu Gavin.

“Mangsa yang dia hancurkan malam ini seharusnya bukan kamu.” Om Anggara menggeleng pelan. Lalu terkekeh dengan sinis.

“Tapi, saya.”

***

Beberapa bulan lalu..

UTARA: ES DAN BUNGA TERATAI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang