35. Parijs Van Java

1.3K 209 2
                                    

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-:*:-


Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin Laksamana Karel Doorman. Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) sukses menenggelamkan lima kapal perusak dan lima kapal penjelajah milik Sekutu, maka Rikugun (Angkatan Darat Kekaisaran Jepang) pun bersiap. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil lolos dan melarikan diri menuju Australia.

Pada 1 Maret 1942 pasukan Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Indramayu), juga Kragan (Rembang). Pasukan ini berada di bawah komando Tentara ke-16 yang dipimpin Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Mereka sampai di darat bersama senapan berbayonet dan sepeda masing-masing. Rakyat Jawa lazim menyebut sepeda sebagai kereta angin.

Di tanggal yang sama, kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, dari Burma (Myanmar) sampai Pulau Wake di Samudera Pasifik.

Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatian untuk menguasai Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.

Serdadu Jepang terus bergerak ke jalan utama menaiki sepeda. Sementara itu truk dan mobil yang ditinggalkan Sekutu di jalanan kemudian dimanfaatkan serdadu-serdadu Jepang untuk maju terus ke kota.

Banyak ban sepeda serdadu Jepang yang pecah karena jalanan begitu panas. Mau tak mau mereka terus mengayuh hanya dengan pelek di atas aspal. Selain itu ada sepeda yang menyeret batok kelapa. Alhasil, suara mereka mirip deru tank yang menyeramkan lawan.

Di malam hari tentara Inggris dari India yang membantu Belanda di Jawa pun dibikin ketakutan karena suara yang mirip kendaraan lapis baja itu. Tindakan mundur pun dilakukan. Langkah maju serdadu-serdadu Jepang tak bisa dibendung. Mereka terus bergerak ke pedalaman dan ibu kota Hindia Belanda, Batavia.

Kota Batavia diserang dengan pasukan besar oleh Imamura. Sementara itu kekuatan Belanda, yang terdiri dari KNIL, hanya berjumlah seperempatnya. Militer Jepang didukung satuan udara yang mengebom Batavia.

Pelabuhan Tanjung Priok sempat dibom militer Jepang. Tentu saja para perwira Belanda tak meninggalkan Batavia begitu saja. Mereka memberlakukan politik bumi hangus. Pelabuhan Tanjung Priok pun tak luput dari pembakaran.

Setelahnya, pada malam menjelang 5 Maret 1942, usai pembakaran Tanjung Priok, tentara Belanda memilih mundur ke arah Bandoeng. Belanda tak ingin bertempur di Batavia.

Akhirnya, pada 5 Maret 1942, pemerintah Hindia Belanda--secara tergesa-gesa mencetak banyak selebaran dan lewat radio NIROM--menyatakan Jakarta sebagai kota terbuka (open stad) dan menerima tentara utusan Teino Heika itu. Seusai pernyataan Batavia sebagai kota terbuka, hari itu juga serdadu-serdadu Jepang memasuki kota, sebelum mereka beranjak ke Bandoeng.

EdelweisWhere stories live. Discover now