30. Slag Om de Grebbeburg

1.2K 183 1
                                    

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-:*:-


Malam tak lagi tenang bagi Netherland saat Jerman datang menginvasi. Desa-desa sebagian besar kosong di Grebbeburg sebab Jerman tak gentar menjalankan misi untuk menggapai jantung Belanda. Setelah desa-desa di tinggalkan, mereka dan kenangan jadi puing-puing berhamburan tak bermakna. Negeri Kincir Angin ini tak lagi sedamai Swiss.

Macam hari ini, tepat pada malam 10-11 Mei. Usai mereka merebut pertahanan Belanda, artileri Jerman melancarkan serangan dari Wageningen di pos-pos Garis Grebbe, yang terletak di kaki Grebbeberg. Tembakan api meledak tak membiarkan langit malam untuk sunyi, malah memancing sesuatu yang akan lebih besar terjadi. Demi ambisi Hitler yang gilanya tak tertandingi.

Pada saat yang sama, tembakan dimuntahkan ke bagian-bagian dari garis pertahanan lebih jauh ke belakang untuk mencegah bala bantuan dikirim ke depan.

Para orang yang mengabdi pada puan atas nama Sri Ratu Wilhelmina tentu tak membiarkan gangguan Jerman mengusik tanah kakek mereka. Belanda cepat membalas dengan serangan artileri tak kalah mengguncang.

Beberapa saluran telepon telah dibangun di pos-pos pertahanan Belanda. Namun saluran-saluran yang ada di sana segera terputus. Semua pesan di antara berbagai pos-pos tersebut harus ditransfer oleh manusia. Sebuah tugas yang berbahaya ketika tentara yang diutus membawa surat untuk disampaikan pada komandan lainnya.

Menanggapi tembakan Jerman, artileri juga ditembakkan dari pihak Belanda. Posisi artileri Belanda terletak di belakang Grebbeberg dan mengarah ke Wageningen. Di mana biasanya pengamat dikirim ke depan untuk menunjukkan ke mana artileri harus diarahkan, sekarang tidak mungkin karena kurangnya hubungan radio. Hingga para pengamat sering berada di pepohonan di Grebbeberg dan harus mencoba memberi petunjuk dengan teropong. Ketika mereka melihat tentara Jerman bergerak, api bazoka dibuka.

Para pengamat kembali ke pos ketika diketahui bahwa menara Grote Kerk di Markt di Wageningen digunakan oleh Jerman sebagai pos pengintai. Seketika itu rudal kecil di tembakan hingga Gereja terbakar. Membuat terbentuknya asap dan debu. Sulit bagi pengamat selanjutnya untuk mengarahkan dengan tepat.

Tembakan artileri diulang beberapa kali. Sangat tidak memungkinkan bagi Divisi kelas 3 dan Kompi Biru untuk menggali lubang di ladang gandum lebih jauh untuk pertahanan. Mereka berusaha berlindung di lubang parit saat ledakan menerangi malam secepat kilat.

"Het gat is niet diep genoeg, Sergeant Vink," (Lubangnya masih kurang dalam, Sersan Vink) teriak Dominic, anggota Kompi Biru, pada sang pemimpin di tengah suara deburan tanah tersentak ke atas.

"Duitsland is te agressief." (Jerman terlalu agrasif) Sersan Vink mengusap peluh dan mulai mengisi amunisi sniper-nya. Bergelut dalam pikiran untuk memutar otak. Mereka semua di tugaskan sub-komandan untuk maju merebut kembali Garis Grebbe. Namun agaknya, ini bukan persoalan semudah membalikan telapak tangan.

EdelweisWhere stories live. Discover now