12. Perikemanusiaan

1.4K 243 6
                                    

"You know what they can't do?"

"Humanize a human."

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-:*:-


Dekapannya pada bantal kian mengerat saat gelombang suara gagak serasa terbang melewati atap kamar. Kirana mengusir hasil pertukaran gas di alveolusnya kasar-kasar di atas ranjang. Menyorot sirat kecut pada luka di kakinya yang terperban.

Bersandar tak nyaman pada punggung ranjang. Lehernya bergelombang membawa saliva terjun tatkala kilatan cahaya petir merambat sampai menembus jendela di susul suara gemuruhnya tak lama. Hal itu semakin membikin suasana kamar ini tak nyaman, baginya.

Hujan.

Volume mereka deras mendera telinga Kirana dari dalam kamar. Mengingat kejadian pagi kemarin, Edwin tidak pulang sampai detik ini setelah memutuskan pergi. Dan gadis itu sama sekali tidak peduli, bahkan sampai pria itu pergi selamanya; Kirana justru sangat-amat bersyukur.

Wajahnya berpaling ke arah jendela tertutup tirai yang jika di sibak akan memperlihatkan pekarangan.

Butuh banyak keberanian untuk bertahan tinggal di kamar ini. Rasakan saja, sekarang Kirana merasa ada yang tengah memperhatikannya dari rak pajangan. Ketika gadis itu menoleh, benar saja. Boneka kayu kecil nampak sedang mengarahkan atensi kosong dia padanya.

Kirana mendesis, perlahan ia bangkit dari ranjang. Memijakkan kaki ke atas lantai terpaksa sembari menahan sakit. Berjalan perlahan mendekati tempat di mana boneka kecil nan menyebalkan itu duduk.

Dia langsung saja memutar kepala boneka kayu itu seratus delapan puluh derajat hingga atensinya tak lagi mengarah pada gadis itu.

Setelahnya, tangan Kirana berhenti di udara tatkala mendengar pagar terdorong dan mesin mobil menerobos hujan masuk mendekat. Seketika nama Edwin langsung muncul di dalam pikirannya.

Dengan tiba-tiba, dia melangkahkan kakinya bergeser ke arah jendela dan menyibak tirainya.

Nampak Edwin keluar dari dalam mobil. Pakaian pria itu seketika basah di guyur hujan. Jongos asing yang membukakan pagar tadi lantas menyodorkan payung padanya dengan sopan. Namun sang Tuan melenggang pergi begitu saja tak mengindahkan hingga membuat Kirana yang menyaksikan seketika melayangkan cibiran.

Ingin sekali aku pukul wajahnya itu.

Melihat sekujur tubuh Edwin basah total, gadis itu menghela napas. Beranjak dari sana, mengambil handuk bersih untuk dibawanya keluar dari kamar.

Kirana berjalan menuju pintu ruang utama, mendapati Edwin baru saja masuk setelah menutup pintu. Pria itu kembali melangkah tanpa peduli dengan wajahnya yang sudah pucat semakin pucat.

EdelweisWhere stories live. Discover now