Keluarga 27

635 81 14
                                    

Krist mengantarkan Fiat ke sekolah. Tangan Krist menggandeng Fiat. Sedangkan Fiat, bernyanyi bahagia, karena bisa membujuk Papanya untuk memperbolehkan dia kembali ke sekolah.

Sesampainya di depan sekolah, Krist enggan melepaskan tangan Fiat. "Fiat, gak usah sekolah ya. Kita tunggu kamu pindah saja."

Fiat menggeleng dan tersenyum. "Pa, percaya sama Fiat. Fiat bakal jaga diri. Ada teman-teman juga, Pa. Pa, Fiat harap, Fiat gak jadi pindah ya? Fiat gak rela pisah sama teman-teman. Teman-teman pasti jagain Fiat kok."

"Fiat..." Krist menghela napas. "Papa cuma takut. Mungkin, kemarin kamu beruntung masih selamat. Papa gak mau terjadi apapun sama kamu."

Fiat tersenyum. "Papa percaya sama Fiat. Sejahat-jahatnya Anne, dia pasti punya sifat yang baik kok. Papa percaya dong sama Fiat. Kan ada teman Fiat juga."

"Papa percaya sama kamu. Kamu jaga diri. Kalau ada apa-apa, cepat suruh Ibu Guru telepon Papa." Krist mengelus rambut anaknya.

"Siap Captain." Fiat memperagakan gerakan hormat.

Krist mencium kedua pipi bulat Fiat. "Papa takut, tapi Papa percaya sama Fiat."

Fiat tersenyum, lalu berlari memasuki sekolahnya.

Krist melihat ke arah pedagang yang ada di depan sekolah Fiat. Ada wanita tua yang dagangannya sepi. Krist berjalan menghampiri wanita tua itu.

"Nek, jualan apa ini?" tanya Krist. Mulut Krist tersenyum kepada Nenek itu.

"Nasi kuning sama nasi uduk, Nak." Nenek itu memperlihatkan dagangannya.

"Sudah banyak yang beli ya, Nek?" tanya Krist.

"Belum, Nak." Wajah Nenek itu terlihat sedih.

"Harganya berapa, Nek?" Krist mengangkat nasi kuning yang ada di depannya.

"Kalau nasi kuning, 5 ribu, nasi uduknya 3 ribu." Nenek itu tersenyum kepada Krist.

"Saya beli semua boleh, Nek?" Krist memberikan nasi kuning yang dipegang.

"Boleh, Nak. Boleh." Nenek itu tersenyum bahagia. Lalu memasukan nasi kuning dan nasi uduk ke dalam kantung plastik.

Krist melihat Nenek itu tersenyum bahagia. Tangan Krist membantu Nenek itu untuk memasukan nasi ke dalam plastik. Nenek itu hanya membawa beberapa nasi, tak banyak.

"Ini nasi kuningnya ada 7, nasi uduknya ada 9. Jadi totalnya 62 ribu, Nak." Nenek itu menyerah kan kantung plastik itu ke Krist.

Krist mengeluarkan uang 100 ribu, lalu memberikan kepada Nenek penjual itu. "Gak usah kembalian. Buat Nenek saja." Krist berdiri, lalu tersenyum kepada Nenek itu.

"Terima kasih, Nak. Terima kasih." Nenek itu menangis bahagia.

Krist pergi meninggalkan Nenek itu. Krist memutuskan pulang ke rumahnya. Selama perjalanan, Krist hanya memikirkan Fiat. Bagaimanapun, Krist masih khawatir dengan keadaan Fiat, dan Anak Singto yang sangat benci dengan Fiat.

Krist sampai di rumahnya, namun, Krist terdiam di tempatnya. Krist melihat Singto yang menunggu di depan pintu rumahnya.

Krist mencoba untuk mengabaikan Singto. Membuka pintu seolah Singto tak ada. Namun, Singto menahan tangan Krist.

"Aku mau minta Fiat buat diasuh aku. Aku butuh Fiat buat jaga aku nanti. Aku janji bakal biayain semua kebutuhan sama sekolah Fiat." Singto mencengkeram tangan Krist.

Krist menghempaskan tangan Singto. "Aku bisa jaga Fiat, dan aku juga bisa biayain Fiat. Dulu kamu kemana waktu Fiat butuh? Fiat itu anaknya tulus. Tanpa kamu minta pun Fiat bakal ngerawat kamu. Tapi itu dulu. Sekarang, lihat kamu saja Fiat malas. Aku dulu sudah bilang, luangkan sedikit waktu buat Fiat."

Krist menatap Singto penuh dengan amarah. "Seandainya kamu merubah sikap kamu. Kamu gak bikin Fiat makin takut sama kamu, Fiat masih bisa terima kamu. Kalau ada otak dipakai."

Singto memohon. "Aku mohon. Gak ada yang mau ngerawat aku. Aku butuh Fiat untuk ngerawat aku di hari tua."

Krist menatap tak percaya. "Jadi kamu anggap Fiat investasi masa depan kamu? Kamu janjikan biaya sama memenuhi kebutuhan dia, tapi kamu suruh dia ngerawat kamu? Biarin Fiat bebas, jangan pernah bebanin dia. Jangan jadikan anak aku investasi masa depan kamu."

"Aku cuma butuh Fiat ngerawat aku. Apa salah? Aku juga Ayahnya. Dia seharusnya juga ngerawat aku." Singto menatap Krist dengan wajah tak santainya.

Tiba-tiba, perut Singto terasa sakit. Singto memegang perutnya yang terasa sakit.

Krist menahan tubuh Singto agar tak terjatuh. "Kamu kenapa? Kamu sudah makankan?" tanya Krist. Krist akui dia merasa khawatir.

Singto hanya menggeleng. "Sakit." Tangan Singto meremas tangan Krist.

"Masuk, masuk. Duduk dulu." Krist membantu Singto untuk duduk di kursi yang ada di rumahnya.

Setelah Singto duduk, Krist segera memberikan air putih untuk Singto. "Obat kamu mana? Kamu bawakan?"

Singto mengangguk lalu mengeluarkan obatnya. Krist membantu Singto meminum obatnya.

Sakit yang dirasa Singto mulai mereda. Namun, wajah Singto masih pucat.

Krist mengeluarkan nasi yang dibelinya tadi, lalu meletakkan nasi itu di depan Singto. "Makan dulu. Biar ada tenaga."

Singto menatap Krist. "Darimana kamu tahu tentang obatku?" Singto menatap curiga.

"Berita kamu sudah tersebar. Lain kali jangan telat makan." Krist membuka bungkusan nasi itu.

Singto hanya menatap Krist. Dia sama sekali tak menyentuh nasi yang ada di depannya. Tangannya terasa sangat lemas.

Krist melihat tangan Singto yang bergetar. Dengan inisiatif, Krist ingin menyuapi Singto.

Singto menatap Krist. "Kenapa?"

"Buka mulut. Jangan dilihat saja, gak bakal kenyang kamu. Makanya jaga kesehatan, jangan lupa makan sama minum air putih." Krist mulai memasukan sendok nasi itu ke mulut Singto dengan paksaan.

Singto hanya bisa pasrah. Badannya terasa sangat sakit. Singto hanya mampu makan beberapa sendok.

Krist semakin khawatir ketika melihat Singto yang memucat. Tangan Singto kembali memegang perutnya.

"Aku bawa ke rumah sakit saja ya. Gak enak kalau kamu mati di sini. Nanti aku yang dituduh bunuh kamu. Aku bantu ya." Krist membantu Singto untuk berdiri.

"Aku pesan ojek online dulu ya. Kamu masih kuat kan?" tanya Krist. Tangan Krist mengeluarkan ponselnya, lalu membuka aplikasi ojek onlinenya.

Singto hanya diam. Namun, Singto masih setia menatap Krist. Tujuan Singto ke rumah Krist adalah ingin mengambil hak asuh Fiat. Singto butuh penerus untuk perusahaannya, dan merawat dia ketika nanti penyakitnya semakin parah.

Ojek mobil yang dipesan Krist pun datang. Dengan pelan, Krist membantu Singto masuk ke dalam mobil. Dia akan membawa Singto ke rumah sakit.

🌼🌼🌼🌼🌼

Sumpah aku tuh gemes banget, udah berubah beberapa alur nih dari yang awal. Aku kira gak bakal sampai 30 part. Tapi kayaknya bakal lebih.


Keluarga [ Singto x Krist x Fiat ]Where stories live. Discover now