Lebih baik ia masuk ke dalam kamar dan menunggu art yang bernama Murni atau bi Murni itu datang.

Maureen merebahkan tubuhnya di samping Maren yang masih tertidur itu dengan perlahan.

Setelah tubuhnya terbaring, ia membuka handphonenya dan mulai berselancar di dunia maya.

Dan ya, detik, menit dan waktu terus berputar namun ibu muda itu masih tetap fokus pada ponsel genggamannya.

Ia tidak sadar bahwa anak sulungnya kini sudah membuka mata.

"Ndaa." Panggil Maren dengan suara khas bangun tidur.

Maureen yang tadinya sedang fokus bermain handphone langsung menolehkan kepalanya.

Kemudian ia menyimpan handphonenya itu di atas nakas samping ranjang, dan mendekatkan tubuhnya pada Maren untuk memeluk anak itu.

"Anak bunda udah bangun, masih sakit?" Tanya Maureen pada putra sulungnya sambil mengelus punggung Maren dengan perlahan.

"Secikit." Jawab Maren dengan lirih.

"Hah? Sedikit?" Tanya Maureen lagi sedikit bingung.

Maren menganggukkan kepalanya dengan perlahan.

Maureen sudah tenang, karena Maren sudah pulih hanya masih ada sedikit sisanya saja.

"Nanti juga ilang, sabar ya." Kata Maureen kemudian mengecup dahi Maren.

Maren tidak membalas ucapan Maureen, ia hanya beringsut semakin dalam ke pelukan sang bunda.

"Ndaa, cucu." Pinta Maren pada bundanya.

Mendengar ucapan sang anak, Maureen dengan perlahan melepaskan pelukannya.

"Bentar sayang, bunda ambilin dulu." Kata Maureen membuat Anak itu melepaskan pelukannya.

Sebelum berdiri ia menoleh kearah jam dinding yang berada di kamarnya, jam itu menujukan pukul tujuh lebih empat puluh.

Itu tandanya, bi Murni sudah ada di bawah untuk membuat sarapan.

"Mau sekalian sarapan gak?" Tanya Maureen pada Maren.

"Salapan?" Tanya balik Maren dan di balas anggukan oleh sang bunda.

Kemudian Maureen berdiri di ikuti oleh putranya itu.

Keduanya berjalan beriringan menuju ke lantai bawah dengan berpegang tangan.

Maureen yakin bi Murni akan terkejut jika melihat Maren.

Langkah demi langkah keduanya hingga hampir sampai di lantai bawah, tinggal beberapa anak tangga lagi yang harus mereka lewati.

Hingga akhirnya ia dapat melihat punggung bi Murni yang sedang membersihkan cucian bekas dirinya memasak.

"Bi." Panggil Maureen membuat bi Murni langsung menoleh.

"Iya nen— loh ini siapa?" Tanya bi Murni yang belum menyelesaikan perkataannya.

"Ini anak angkat aku." Jawab Maureen sambil menarik kursi untuk anak sulungnya duduk.

RajendraWhere stories live. Discover now