"Hamil?" beo Haidir seraya membersihkan luka abangnya. Haidar mengangguk, didetik itu pula, Haidar meringis merasakan perih ditangannya yang entah sedang diapakan oleh kembarannya.

"Kenapa kak Shanum bisa hamil dengan cepat? Bukannya, Abang sudah ada janji dengan mertua sendiri?"

"Kecolongan, Dir. Shanum yang memasrahkan diri,"

"Kak Shanum termasuk isteri pengertian, ya? Tahu betul apa yang di mau suami. Disaat suami sedang berusaha menahan semuanya dengan susah payah, tapi dia malah langsung memasrahkan diri,"

Haidar mengangguk membenarkan ucapan kembarannya. Shanum memang termasuk kategori isteri yang pengertian.

Walaupun usianya masih belia. Tapi, dia mampu dengan sangat mendewasakan dirinya ketika sudah sah menjadi isteri nya.

"Kalau gitu Haidir juga mau nikah dalam waktu dekat,"

Kening Haidar bertaut, "Abang tahu maksud kamu,"

"Apa?"

"Karena, kamu mau melakukan hal yang sama seperti Abang, kan? Bisa buat isteri hamil dalam waktu dekat?"

"Ya, itulah tujuan utama kita sebagai laki-laki kalau sudah menikah. Langsung tancap gas," jawab Haidir kembali memberikan perban ke tangan abangnya.

Ketika tengah fokus dengan membalut luka abangnya. Tiba-tiba saja pintu ruangan Haidir diketuk oleh perawatnya.

Tok... Tok... Tok...

Pintu ruangan Haidir terbuka perlahan, menunjukkan perawatnya yang sudah berdiri di ambang pintu seraya melihat kearah mereka berdua.

"Dok? Maaf mengganggu waktunya. Kebetulan, didepan sudah ada pasien yang mau konsul,"

"Baik, tunggu sebentar. Kamu sudah cek tanda tanda vital nya, kan?"

"Kebetulan sudah, dok. Beserta dengan keluhan-keluhannya juga,"

"Oke, syukron. Tolong sampaikan ke pasien tersebut, tunggu sebentar. Karena, saya sedang mengobati luka Abang saya dulu,"

Perawat itu mengangguk mencoba melihat kearah kembaran dari dari rekan kerjanya.

Untuk yang pertama kalinya ia melihat kearah laki-laki itu langsung terkesima. Sebab, kembaran nya ini cukup berbeda dengan dokter Haidir.

Wajahnya terlihat sejuk untuk dipandang, dan terlihat seperti bercahaya. Mungkin laki-laki itu rajin beribadah nya.

"Kamu masih ngapain?" tanya Haidir ketika melihat perawatnya yang masih diam diambang pintu. Haidar yang melihat itu tersenyum, dan kembali melihat kearah tangannya yang sudah hampir selesai diobati.

"Maaf dokter, saya kaget lihat kembaran dokter,"

"Terkesima kan dengan kembaran saya? Tapi maaf, Abang saya sudah sold out."

"Wah... Alhamdulillah kalau gitu. Jadi, nggak ada yang ngejar-ngejar lagi dong?"

"Iya, termasuk kamu juga nggak bisa ngejar-ngejar kembaran saya,"

Cold Teacher (END!)Where stories live. Discover now