Tujuh Belas

724 90 30
                                    

Yoongi duduk di sofa dan memandang ke arah kebun di belakang rumah Taehyung yang ditumbuhi aneka tanaman cantik berwarna-warni. Semuanya terlihat sangat indah namun tak cukup membuatnya mengalihkan pikirannya dari Yeji dan semua yang dilakukan gadis itu.

"Dia membenciku. Pasti sulit baginya berdekatan denganku," gumamnya.

Ia merasa matanya kembali basah setiap kali ingatan mengenai kedekatan dan pertemanannya dengan Yeji melintas. Ia merasa sakit hati, dikhianati, dan direndahkan karena kebohongan Yeji. Namun ia juga merasa kasihan padanya sebab Yoongi tulus menganggapnya juga menyayanginya sebagai teman.

"Apa kau masih memikirkannya?"

Deg!

Yoongi terkejut kala mendengar suara Taehyung.

"Kapan kau masuk?"

"Tadi. Aku mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Jadi aku masuk saja."

"Untung aku tidak sedang ganti baju."

"Sayang sekali." Taehyung mendecakkan lidah, membuat Yoongi melotot. "Kau sudah makan siang?"

"Tidak lapar."

"Ikut aku kalau begitu."

"Ke mana?"

"Ikut saja. Aku tunggu di bawah." Taehyung keluar dari kamar, membiarkan Yoongi bersiap-siap.

"Sudah siap," ujar Yoongi yang turun lima menit kemudian. "Kita mau ke mana sebenarnya?"

"Nanti juga tahu."

Yoongi mencibir mendengar jawaban singkat Taehyung namun tetap mengikuti lelaki itu.

"Jangan di belakang, kau bukan pembantu."

"Terus aku harus jalan di mana?"

Taehyung menggenggam tangan Yoongi dan menarik lelaki mungil itu ke sisi kirinya.

"Di sampingku."

Yoongi merasakan panas di pipinya, semakin parah ketika ia menunduk dan melihat jemari keduanya terjalin.

"Tidak usah banyak berpikir. Kasihan otakmu."

"Apa kau baru mengataiku bodoh?"

"Buka telinga lebar-lebar biar bisa mendengar dengan baik. Siapa yang mengataimu bodoh?"

"Kau bilang kasihan otakku kalau dipakai berpikir. Itu sama saja mengatai aku bodoh!"

Taehyung menggelengkan kepala tak percaya.

"Maksudku otakmu harus istirahat. Kau penerima beasiswa, artinya kau pintar, artinya kau sering menggunakan otakmu, artinya otakmu selalu bekerja keras. Kali ini kau juga mau memaksa otakmu bekerja mengingat semua hal yang kau lakukan bersama perempuan jalang itu? Apa tidak kasihan pada otakmu? Kapan bisa istirahat?"

"Jangan menyebut Yeji Noona begitu!"

Taehyung berhenti melangkah dan menatap Yoongi.

"Aku akan menyebut siapa saja yang tidak kusukai dengan nama yang kumau. Kau tidak suka mendengarnya, bukan urusanku."

Taehyung melanjutkan langkahnya. Yoongi meliriknya marah dan merutuki lelaki itu di dalam hati.

"Dan kau juga baru melakukannya."

"Melakukan apa?"

"Menyebutku dengan kosa kata nama hewan di dalam hati." Taehyung tersenyum tipis dan menoleh ke arah Yoongi. "Benar, kan?"

"Tsk! Kenapa tanya kalau sudah tahu?"

---

Yoongi mengerutkan alis ketika Taehyung menghentikan mobil di depan sebuah rumah makan yang tak lain dan tak bukan adalah milik keluarganya.

F4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang