8. Pancaran matahari jingga

106 25 8
                                    

Semua orang telah berkumpul di lapangan baseball, mendengarkan semua aturan dan instruksi yang diberitahukan oleh direktur lewat pengeras suara. Mereka satu tim; Jimin, Sungwoon, Taehyung, Jeongyeon, Boreum dan Soyung pun telah turut berkumpul dalam barisan yang sama. Satu persatu aturan telah disampaikan, begitu juga instruksinya.

Setiap tim akan mendapatkan misi menjemput satu tamu istimewa untuk turut bergabung dalam festival yang akan diadakan dua hari lagi, mereka akan diarahkan untuk pergi ke suatu tempat dan mendapatkan petunjuk. Setelah mendapatkan petunjuk tersebut, dalam waktu dua hari mereka harus bisa menentukan siapa tamu istimewa yang harus mereka jemput. Jika mereka berhasil membawa tamu istimewa tersebut, berarti mereka telah dianggap lulus babak pertama. Lalu setelahnya akan ada babak kedua, di mana setiap tim akan bertanding mempersiapkan jamuan untuk para tamu istimewa yang telah berkumpul. Tim yang berhasil membuat jamuan terbaik adalah pemenangnya, dan akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai juga biaya kuliah gratis hingga lulus.

Siapa yang mau menolak hadiah semacam itu? Hanya orang bodoh yang akan menolak uang dan tidak mungkin pula ada mahasiswa yang tidak ingin jika biaya kuliah digratiskan.

Pertama-tama direktur meminta perwakilan dari setiap tim untuk mengambil gulungan kertas berisi catatan misi yang sudah diacak untuk dibagikan pada setiap tim. Jeongyeon mendorong Boreum untuk maju, pada akhirnya gadis pemilik marga Yoon itu mengalah meski sempat menolak, barangkali itu karena Han Taehyung menyahut memintanya agar setuju dengan keinginan Jeongyeon.

Semua orang terlihat bersemangat, hanya Jimin saja yang terlihat malas dan jarang berbicara. Sedang Boreum adalah yang paling girang, barangkali ikut festival musim panas adalah keinginannya sejak lama. Setelah mengambil gulungan kertas yang diberikan direktur, Boreum menyerahkannya pada Jimin dan memintanya membaca dengan keras agar anggota tim bisa mendengar.

Tangan Jimin bergerak membuka gulungan kertas tersebut, lantas membaca setiap hurufnya dengan nyaring. "Temui aku di penginapan dekat pantai. Aku suka gabungan pemandangan antara laut biru dan gedung-gedung di bawah pancaran matahari jingga." Kemudian Jimin mendongakkan kepala, menatap satu persatu wajah anggota tim. "Apa maksudnya ini di Busan, pantai Haeundae?" tanya Jimin meminta pendapat.

Sungwoon merebut kertas di tangan Jimin, membaca ulang tulisan yang ada di sana. Dan isinya benar seperti yang dibaca oleh Jimin. Bukannya tidak percaya, hanya saja misi ini terlalu gila. "Sepertinya benar, hanya Haeundae yang memiliki ciri khas seperti itu," kata Sungwoon sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuk pada bibir. "Tapi apakah ada hal yang lebih gila daripada misi ini?! Apakah kita harus pergi ke Busan dan kembali lagi kemari hanya dalam waktu sehari? Ini gila. Bagaimana kita bisa." Sungwoon menggerutu sambil mengacak-acak rambut, diikuti suara helaan napas.

"Hei tidak apa-apa. Sepertinya akan menyenangkan. Lagipula kita punya waktu dua hari, kita bisa sekaligus bersenang-senang. Benar begitu teman-teman?" Jeongyeon menyahut atas perkataan Sungwoon barusan, lantas ucapannya dibalas anggukan oleh Boreum dan Soyung, juga Taehyung jangan lupa. "Namun kita akan naik apa ke sana? Apa ada yang memiliki mobil sendiri dan surat izin mengemudi di antara kalian?"

Semua menggeleng, kecuali Jimin. Namun bukannya langsung mengiyakan saja, lelaki pemilik marga Ryu tersebut justru mengangkat tangan. "Aku tidak akan ikut. Tolong jangan berharap banyak padaku," katanya. Lalu Jimin berbalik badan dan melangkahkan kaki hendak pergi, namun suara Jeongyeon mencegahnya.

"Yak! Lalu kami harus naik apa? Kalau bukan kau lalu siapa lagi? Oh ayolah, Bung! Ini bukanlah misi yang sulit seperti menangkap seorang buronan." Jeongyeon menggerutu di bekalang Jimin, membuat si lelaki tersebut menahan langkahnya sekejap lantas menoleh.

Ada suara helaan napas yang terdengar lumayan keras. Ryu Jimin nampak lelah dan tidak bersemangat, namun saat melihat Gu Jeongyeon dan anggota tim yang lainnya mengapa bisa ia jadi tak tega seperti ini? Oh ayolah, kalau sudah ada gadis yang merengek bagaimana mungkin ada lelaki yang masih bisa tenang. "Okey okey! Sekarang kau puas?!" Kali ini Jimin nampak sedikit kesal barangkali ini adalah kali pertama seorang gadis berani memaksanya.

Epistolary: I'm Your Home✓Where stories live. Discover now