24. Hal yang berbanding terbalik

83 21 55
                                    

Alur campur‼️
Dialog yang di-italic (cetak miring) berarti dialog flashback.

╣⁠[⁠-Bantu koreksi kalo ada typo ya-⁠]⁠╠

Ada beberapa rahasia yang masing-masing dipegang Jimin dan Taehyung. Percayalah bahwa sepasang manusia yang beranggapan bahwa satu dari mereka adalah musuh bebuyutan, dulunya adalah teman yang saling membagi isi hati. Sejak sebelas tahun lalu. Mereka bertemu pada hari natal.

Natal pada Desember 2011, ketika itu sepasang anak yang tengah berkabung dipertemukan. Pertama anak yang wajahnya dipenuhi luka-luka goresan ringan, lebam, serta perban di kepala, ia sambangi anak kedua yang menyendiri di taman rumah sakit.

Dalam sudut pandang anak yang terluka itu, anak lain yang tengah berdiri seperti kehabisan harapan di taman itu adalah anak yang menyedihkan. Matanya merah, wajahnya bengkak barangkali karena menangis semalaman, bibirnya pucat seperti kulitnya yang hampir membeku tanpa mantel hangat membungkus. Dia adalah Jimin.

Melihat Jimin yang umurnya seperti tak jauh berbeda dengan dirinya, si anak yang terluka secara spontan berniat memberikan syal rajut miliknya. "Aku kecelakaan, lalu bagaimana denganmu?" tanyanya dengan susah payah membuka mulut yang terluka di bagian sudut sembari menyerahkan syal merah bata yang barusan ia lapas dari lingkaran leher untuk 'teman barunya' kali ini. "Ini untukmu, badanmu beku."

Jimin pandangi balik anak yang memberinya syal barusan. Anak itu terluka. Ada banyak goresan di bagian pipi, dahi, juga sudut bibir. Sedang dagu dan dahinya yang sebelah kiri terdapat lebam yang warnanya ketara sekali. Pikir Jimin, anak itu pasti sakit sekali. Bahkan untuk buka mulut saat bicara saja kesusahan. Seraya menerima syal, Jimin menjawab. "Menjenguk Mama."

"Tolong kuatlah." Si anak yang terluka langsung berkata demikian, entah apa maksud dari kalimat tersebut. Sedang Jimin gagal mencerna makna dari serangkaian kata yang diucapkan bocah lelaki seumurannya itu. Yang pasti ia menggenggam tangan Jimin erat sekali, membuat Jimin yang badannya hampir sama dengan dingin salju yang juga tertimpa kemalangan jadi ingin menangis.

Belum sempat berkenalan dengan benar, ataupun saling menyebutkan nama, si anak yang terluka itu sudah lebih dahulu dijemput oleh seorang pria berkostum sinterklas. Tapi sebelum pergi si anak yang terluka sempat berteriak sambil melambaikan tangan. "Aku pindah ke Seoul. Aku akan sekolah di sini. Tolong jadilah temanku."

Maka di pertemuan yang pertama itu, Jimin tersadar bahwa di sini dirinya tidak sendirian. Ia menoleh, sedikit mendongak ke arah jendela di lantai tiga. Apakah Papa masih menangisi jasad Mama yang belum juga dikremasi sampai kini? Jimin lalu menatap jalan raya, ada banyak orang-orang berkostum yang berjalan di trotoar. Mereka berbahagia, sedang dirinya hancur. Lantas ia lepaskan syal pemberian anak yang terluka tadi, membiarkannya jatuh di atas salju yang dingin bersama badannya yang juga bertabrakan dengan gumpalan salju di atas tanah.

Jimin berbaring di atas tanah yang tertutup salju. Badannya dingin, melebihi badan Mama yang terakhir kali ia pegang di ruang mayat. Ia menatap langit, membayangkan bagaimana jika dirinya mati sekarang juga karena kedinginan.

Apa aku juga akan mati hari ini?

Apa dunia akan kiamat?

Ataukah cuma aku yang akan mati?

Dunia tidak akan berakhir hanya karena satu orang yang dicinta tiada. Jimin menoleh ke samping ketika seseorang memanggil dengan sebutan "Hey" padanya. Ia lantas duduk, menerima uluran tangan seorang pria dewasa yang mengenakan kostum sinterklas yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya. Sinterklas itu bersama anak yang tadi, yang terluka. "Ayo berteman, namaku Taehyung. Han Taehyung." sapa anak itu ketika Jimin sudah berdiri lagi.

Epistolary: I'm Your Home✓Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα