4. Sosok yang lain

193 42 69
                                    

Jadi aku mau bilang kalo kuliahnya Jimin sama Taehyung itu aku ganti jadi semester 7. Ada kesalahan gaiseu, aku ga nyadar. Cerita ini kan latarnya di bulan Juli (tahun ajaran baru), jadi harusnya mereka masih semester ganjil. Aku lupa karena aku mulai nulis cerita ini dari bulan April, dan sekarang kan semester genap, jadi kebawaan ke cerita ini, padahal latarnya di bulan Juli. Bwahaha 😭🙏🏻. Mohon maklumnya ya gaiseu...

__________________■■____________________

Jika ditanya, pasti semua orang punya hal ──paling tidak satu saja── yang tersembunyi dari orang lain. Tentang hal rahasia yang hanya tersimpan rapi di sebuah laci di dalam dada. Sakit, perih, luka, sedih, pasti semua orang juga merasakannya, barangkali bagi seorang yang berkecukupan sekalipun. Begitupun bagi Gu Jeongyeon, dia tidak ingin menjadi alasan kekhawatiran orang lain, tidak ingin menjadi penyebab kesedihan orang lain.

Bersama degup jantungnya yang masih tak terkendali, dia bersandar pada pintu asrama bagian belakang sambil memegangi dada sebelah kirinya. Sesekali menoleh ke belakang, syukurlah karena tidak ada Prof. Dongchul ataupun penjaga lainnya di sekitar sini. Karena itulah Jeongyeon bisa masuk ke asrama pelan-pelan sambil mengawasi keadaan sekitar.

Dia telah berhasil masuk ke asrama dengan selamat, lalu bagaimana Yoon Boreum dan Han Taehyung? Mereka telah merelakan diri tertangkap penjaga, dan barangkali akan mendapatkan hukuman setelahnya. Pikiran Jeongyeon jadi kacau karena memikirkan keadaan Boreum maupun Taehyung, selain khawatir dia juga merasa bersalah karena telah pergi lebih dahulu sementara mereka tertangkap.

"Ah, kenapa jadi begini?!" keluh Jeongyeon sambil membenturkan punggung pada papan pintu kamar miliknya. Matanya ngantuk dan tubuhnya butuh istirahat, hanya saja perasaan khawatir itu terus-menerus datang menghampiri hingga untuk melangkahkan kaki masuk ke kamar saja rasanya sangat berat.

Di kamar hanya ada Min Soyung, si kutu buku. Pasti gadis Min itu sudah tidur sekarang, karena malam semakin larut. Selain itu, prinsip yang dijunjung tinggi oleh seorang kutu buku adalah tidur setelah jam sembilan. Dan benar saja, tatkala pintu dibuka, Jeongyeon langsung dihadapkan dengan Min Soyung yang sudah meringkuk di atas ranjang miliknya dengan posisi yang salah, ah pasti saat bangun nanti gadis itu akan merasakan sakit di bagian leher dan punggungnya.

Padahal sekarang dia hanya perlu berbaring di atas ranjang dengan nyaman, lalu memejamkan mata tanpa memperdulikan apa pun tentang hukuman yang akan diberikan pada Boreum dan Taehyung. Hanya saja, perasaan bersalah terus-menerus meliputi sampai Jeongyeon harus bangkit dari ranjang, lalu menggapai jaket tebal yang tersampir pada punggung kursi dan berakhir keluar dari asrama.

Tepat pukul sebelas malam, sudah hampir seluruh lampu pada gedung asrama dimatikan, terkecuali di beberapa bagian penting seperti pintu darurat dan lorong menuju ruangan penyimpanan alat kebakaran. Bersama cahaya senter dari ponselnya, Jeongyeon berjalan menyusuri setiap lorong gedung asrama. Hanya ada suara pelan dari sol sepatunya yang terdengar di tengah keheningan.

Andai saja dia punya nomor Boreum, pasti sudah sejak tadi dia bisa menghubungi. Namun sayangnya Jeongyeon bukan orang yang semudah itu akrab dengan orang baru sehingga susah sekali meminta nomor terlebih dahulu.

Tatkala Jeongyeon berhasil keluar, dia menyadari bahwa gedung kampusnya juga sudah gelap, sehingga mustahil pabila Boreum dan Taehyung berada di sana. Yang disinari oleh lampu hanyalah jalan menuju gedung kampus, perpustakaan, labolatorium, dan beberapa ruangan penting lainnya. "Mengapa harus di hari ini..." keluh Jeongyeon lagi sambil menendang kerikil yang menganggur di tengah jalan.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Gu Jeongyeon adalah tipe gadis yang takut berada di kegelapan. Jika saja ini adalah di rumahnya, dan terjadi pemadaman listrik, pasti dia akan langsung berteriak sampai Gu Seokjin datang ke kamarnya bersama lilin yang menyala redup. Lagi dan lagi keadaan ini membuatnya teringat pada kakak cerewet itu, biar bagaimanapun Gu Seokjin tetap yang terbaik.

Epistolary: I'm Your Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang