BAGIAN 1

219 52 21
                                    

A/n; Cerita baru saja dipublikasikan ulang. Maaf atas ketidaknyamanan para pembaca. Dan yang baru saja mampir, aku teringin mengucapkan terima kasih.

Selamat membaca ^^

[][][]


Suara gaduh disertai dengan teriakan keras mulai terdengar tidak nyaman di kursi seberang. Seorang gadis dengan surai sebahu tanpa sengaja menyaksikan kejadian itu dengan tatapan menjengkelkan. Beberapa orang berdesak-desakkan untuk menyalin jawaban. Sedangkan pemilik lembaran itu bersikap tidak peduli dan terlihat santai. Saat tidak sengaja mata keduanya saling beradu pandang, gadis itu lebih dulu membuang wajah kasar dan bernapas panjang.

"Surya jangan dorong-dorong dong, ini juga masih antre!" teriak seorang gadis dengan name tage Cahaya. Gadis itu nampak kesusahan saat menulis.

"Spill nomor tiga Ca, yang bagian ambulance," sahut Surya di tengah desakan siswa.

"Heran, kenapa suara ambulance juga mesti dihitung?" komentar Surya.

"Gue nggak bisa bayangin kalau ada orang yang meninggal tiba-tiba aja di stop di tengah jalan, cuma mau menghitung-"

"Nggak gitu konsepnya Surya!"

"Yaudah cepet, spill jawabannya. Lama amat dari tadi. Yang di belakang udah mulai kepanasan nih!"

"Jingga, lo serius nggak tergiur sama jawaban Keenan?" teriak Cahaya ke arah kursi seberang. Gadis yang bernama Jingga itu seketika menatap ke arahnya garang.

"Nggak, makasih," respon Jingga cepat.

"Gue yang butuh jawaban kenapa lo malah nawarin ke orang lain?" tekan Surya.

Cahaya mulai berdiri dari duduknya. Gadis itu telah selesai menyalin jawaban milik Keenan. Surya yang melihatnya seketika matanya berbinar. "Tolong tulisin Ca," ujar Surya memelas.

"Ogah! Tulis aja sendiri," ketus Cahaya.

"Gratis batagor, siomay, mie ayam, roti bakar, sama—"

"Boleh deh, mau berapa soal, Surya?" suara Cahaya dibuat selembut mungkin, membuat seorang Jingga yang tengah menyaksikannya bergidik ngeri.

"Semuanya, boleh nggak?"

Sepasang netra coklat itu kembali menghadap ke arah gadis yang tengah terkonsentrasi penuh pada soal. Laki-laki itu tersenyum miring. Baginya, gadis yang duduk di seberang kursinya memang benar-benar tidak dapat terpengaruh sedikitpun. Tetap kukuh dan teguh akan kemampuannya sendiri.

Sesekali gadis itu mengagaruk-garuk kepalanya. Berpikir keras. Dan terlihat hampir menyerah.

Merasa diperhatikan, atensi Jingga mengarah pada laki-laki itu. Mendadak, ekspresi wajahnya terkesan galak. Keenan buru-buru membuang wajahnya ke arah lain. Menahan tawa sekaligus ngeri sendiri.

Lebih serem dari kuntilanak, batin Keenan.

Sok ganteng, komentar Jingga dalam hatinya.

"Bagi yang sudah mengerjakan, harap segera dikumpulkan di meja guru. Waktunya sampai istirahat pertama," seru Surya sebagai ketua kelas.

"Cerewet bener, tugas lo aja belum selesai. Mana pakai ditulisin segala lagi," tekan Cahaya.

"Gini-gini gue keluar duit ya. Mau berapa sih? Gue bayarin nih," Surya mengeluarkan lembaran uang dari saku bajunya. Sepuluh ribuan.

"Percaya, anak kepala sekolah memang banyak duit nya," ujar Cahaya menatapnya tak suka.

"Jangan bawa-bawa Bapak gue!"

JINGGA [Completed]Where stories live. Discover now