Bab 42

144 15 0
                                    

Langkah Diola dan Irvin terhenti seketika, kala mendapati sosok Rami mendekati keduanya yang baru saja menuruni tangga menuju lantai satu. Pria itu, berjalan menghampiri mereka sambil berbicara dengan seseorang dibalik sambungan teleponnya.

Diola yang sedikit terkejut karena kemunculan pria itu-memilih untuk menghentikan langkah dan memutar kembali tubuhnya.

Hal tersebut sontak menjadi perhatian Irvin. Ia dengan sigap menghalau pergerakan perempuan itu, memotong langkahnya.

Diola mendongak menatap Irvin yang berdiri menjulang di hadapannya. Ia memutar kedua bola matanya. Sementara Irvin menggeleng pelan. Dalam artian, Irvin menahannya agar tidak menghindar dari situasi saat ini.

"Jangan, La," bisiknya.

Dengan wajah kecut dan bibir mengerucut, perempuan itu pun menghela napas kesal. Mengapa Irvin justru mencegahnya untuk pergi? Bukankah pria itu tahu jika ia dan Rami sedang tidak baik-baik saja?

"Hai, Vin," sapa Rami pada Irvin yang dibalas dengan anggukan kepala. Irvin bahkan sempat melontarkan senyum singkat pada pria yang saat ini berdiri tepat di belakang tubuh Diola nyaris beberapa senti dekatnya.

Perempuan itu menggeliat tidak nyaman kala merasakan suhu tubuh Rami mulai menguar dan hangatnya menembus hingga membuat tengkuknya meremang.

"Apa kabar?" tanya Rami sok akrab. Ah, tapi, kedengarannya memang sangat akrab. Terbukti, dengan gelagat Irvin kali ini yang menunjukkan pada kubu siapa ia berpihak.

"Pretty well, Mr. Stanley. How 'bout you?"

"Yeah, I'm good."

Berada di tengah-tengah kedua pria itu, membuatnya semakin tidak nyaman. Apalagi ketika puluhan pasang mata di sekitar mereka tertuju pada ketiganya.

"Hey, you," bisik Rami tepat di samping telinga Diola. Pria itu sedikit membungkuk ketika melakukannya.

Kontan saja hal tersebut membuat perempuan itu tersentak-dan geli disaat yang bersamaan. Refleks, memejamkan matanya saat hembusan napas Rami terasa hingga lubang telinganya.

Sekonyong-konyong ia memutar tubuhnya dan memukul dada bidang Rami. Ia tak peduli sekeras apa melakukannya, yang jelas Rami pantas mendapatkan itu. Oh, yang benar saja! Pria itu sengaja melakukannya di depan umum.

"Stanley, stop it!" salaknya galak.

Pria itu menyeringai dan sama sekali tidak merasa terganggu dengan apa yang Diola lakukan padanya. Justru dari raut wajahnya terlihat sekali bahwa Rami sangat menikmati momen itu.

Sementara itu, Irvin mundur selangkah dan bergeser sedikit ke samping sehingga posisinya sejajar dengan Diola.

Pria itu menonton pertunjukan tadi, pun dengan mengulas senyum kecil di wajahnya.

Cih! Kenapa dengan mereka semua?

"Well, Sayang, yang barusan itu Ninda. Dia menghubungiku dan kita banyak bicara soal wisuda kamu yang tinggal menghitung hari."

Sial! Kapan pria itu akan berhenti memanggilnya dengan sebutan menyebalkan seperti itu. Well, yeah, setidaknya bukan di tempat umum seperti ini dan... Ah! Sudahlah. Semua orang sudah tahu kan mengenai hubungan mereka? Termasuk dengan status terbaru hubungannya dengan Irvin.

Berita tersebut sempat membuat geger isi gedung kantornya. Niat menyelamatkan reputasi Irvin, nyatanya tidak berhasil. Mereka bahkan sempat menjadi trending topic selama satu minggu berturut-turut karena kejadian di malam entertain waktu lalu.

Dan kini, kemunculan Rami juga panggilan kesayangannya untuk Diola. Jelas akan sekali lagi menggemparkan penghuni kantor tersebut. Ya, bukan hal aneh.

"Aku yang akan menjemputnya ke airport lusa malam," lanjutnya.

AFTERTASTE ☑️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant