Bab 23

138 17 0
                                    

Minggu ke empat, setelah kejadian di malam suram itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Minggu ke empat, setelah kejadian di malam suram itu. Hari demi hari. Diola sudah mulai bisa kembali menjalankan kehidupan normalnya. Suasana baru rumah kosnya, dan rutinitasnya sebagai editor magang telah menyita banyak perhatiannya. Hingga lama kelamaan Diola menganggap jika malam itu tak pernah sama sekali terjadi. Ia hampir-hampir melupakannya.

Belum lagi hari-hari menjelang sidang tesisnya yang semakin dekat. Tentu saja Diola tidak punya waktu banyak untuk memikirkan hal lainnya kecuali kesibukannya sendiri.

Semua baik-baik saja. Sekali lagi, perempuan itu dapat membuktikan jika dirinya adalah seorang survivor. Berapa kali pun ia terhempas, ia akan kembali bangkit dan menjalani harinya seolah ia tak pernah mengalami masalah yang berarti.

Kecuali satu hal.

Kehadiran sosok Rami dalam mimpinya yang tak pernah absen sama sekali. Hampir setiap malam, bayangan tersebut seolah-olah menemani Diola ketika terlelap. Dan esok harinya ketika ia tersadar, bayangan tersebut menghilang begitu saja.

Hal tersebut nyatanya terus terulang, bahkan ketika Diola telah menyingkir dari rumah kos lamanya. Entah lah, mungkin trauma terhadap sosok Rami-lah yang sepertinya membawa bayangan tersebut tetap bersamanya.

Namun di sisi lain, Diola menyukainya. Perempuan itu seolah-olah menikmati keanehan tersebut. Tetapi, akan terbangun dengan rasa kebencian yang meluap terhadap pria itu esok harinya.

Persis seperti yang ia alami pagi ini. Terbangun dengan tanpa siapapun—padahal semalam rasanya seperti nyata, ketika Rami memeluknya dari belakang. Merekatkan dada bidangnya ke punggung Diola, mengendus tengkuk dan sesekali membelai rambutnya.

Ia merebahkan tubuhnya yang semula miring ke samping. Menatap plafon sambil memijit keningnya. Mengumpulkan segenap kesadaran, untuk kemudian bangkit terduduk.

Untuk beberapa jenak dirinya terpekur menatap ujung selimutnya. Sambil mengatur ritme napasnya, ia menyunggingkan senyum seketika.

Mau sampai kapan dirinya seperti itu? Bukankah ia sendiri yang menyugesti dirinya untuk membuang jauh-jauh semua tentang Rami. Tapi, mengapa untuk yang satu itu Diola justru mempertahankannya? Seakan-akan tak rela jika kenangannya bersama Rami ikut terlupakan seperti ia mencoba melupakan peristiwa di malam itu.

"Kenapa sulit sekali menyingkirkan kamu, Ram?"

Kalau begitu jangan...

Segera saja suara itu memenuhi lubang telinganya. Terngiang-ngiang, seperti sebuah mantra.

Diola menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran tersebut. Tidak, tidak, tidak. Jika Rami saja mampu melupakannya, kenapa ia harus susah payah terus mempertahankannya? Terbukti, selama satu bulan berlalu. Belum juga ada tanda-tanda kemunculan pria itu.

Mungkin benar, Diola telah memblokir semua akses. Memilih pindah dari rumah kos lamanya. Namun, selama project antara atasannya dan Rami masih berlangsung. Setidaknya, pria itu masih dapat menemukannya di tempatnya bekerja, kan?

AFTERTASTE ☑️Where stories live. Discover now