BAD HUSBAND: she goes? (Epilog)

Mulai dari awal
                                    

Zera mengusap perutnya yang besar karena usia kandungannya sudah memasuki bulan ke-8. Zera memukul dadanya pelan, yang Zera pikirkan adalah anaknya terlahir ke dunia ini tanpa sosok seorang ayah yang menyambut penuh suka duka hanya kehampaan yang ada.

Di tinggalkan oleh kedua orang tuanya membuat Zera kesepian walaupun masih ada mantan mertuanya tetap saja Zera membutuhkan sosok ibu di saat seperti ini, butuh bimbingan ibunya untuk mengurus anaknya.

Ingin menyesali keputusan saat dirinya menerima perjodohan itu walaupun Zera dari awal hanya terpaksa menerimanya tapi siapa sangka perasaan perlahan hadir karena sikap baik Deva.

Tapi seharusnya Zera tidak luluh dengan perasaannya itu, tapi nasi sudah menjadi bubur menyesalinya pun hanya membuang-buang waktu saja, yang Zera lakukan sekarang adalah mengikuti takdir yang sudah tertulis untuknya.

****

Deva memakan makanan yang di berikan oleh pekerja sipil, sudah terhitung dua bulan Deva mendekam di balik jeruji besi, awalnya Deva tidak terbiasa dengan keadaan di sana namun seiring berjalannya waktu Deva berusaha membiasakan diri dengan lingkungan, suasana dan makanan yang ada di sana.

Selama dua bulan itu juga Deva 2 kali mendapatkan kunjungan dari Zera mantan istrinya, terakhir Deva melihat Zera saat dua minggu yang lalu. Deva tersenyum di balik kunyahan makanannya karena teringat ucapan wanita itu.

"Jaga kesehatan, jangan sampai mati di dalam penjara jika kamu mau bertemu dengannya." Zera berucap sambil menunjuk perutnya yang buncit.

"Pak Radeva ada kunjungan untuk Anda."

Deva langsung pergi mengikuti langkah pegawai sipil, Deva berharap Zera yang datang mengunjunginya tapi harapannya itu harus di telan bulat-bulat karena yang datang untuk mengunjungi dirinya adalah ayahnya. Deva senang karena ayahnya berkunjung tapi saat ini Deva ingin bertemu dengan Zera.

"Zera dia akan melahirkan."

"Deva mau temani Zera bersalin, pah." Deva menatap wajah ayahnya penuh harap.

"Tidak bisa, kamu harus sadar posisi kamu sekarang adalah tahanan."

"Papah bisa menggunakan kua-"

"Lewat handphone saja."

Deva menerima Handphone yang di berikan oleh ayahnya, Deva dapat melihat Zera yang sedang terbaring lemah dengan di temani ibunya dan adik iparnya. Sambungan telepon itu tersambung kepada ponsel milik sopir pribadi kedua orang tuanya.

Deva tersenyum saat Zera berhasil melahirkan anaknya, senyum itu tidak berlangsung lama karena samar-samar Deva mendengar dokter mengatakan kondisi Zera melemah dan tidak sadarkan diri, saat Deva akan bertanya sambungan telepon itu terputus begitu saja.

"Pah."

"Papah harus pergi ke rumah sakit, papah akan kembali untuk memberitahu keadaan di sana, jaga kesehatan nak."

Rasa takut mulai melingkupi diri Deva, takut kehilangan sosok Zera, takut anaknya akan tumbuh tanpa kedua orang tua yang mendampingi, takut dan takut yang ada di pikiran Radeva.

Tanpa bisa di tahan air matanya jatuh di susul dengan tangisan, Deva menangis karena takut dengan keadaan Zera. Deva terus berdoa tentang keselamatan Zera dan anaknya tapi harapan itu pupus karena Deva mendapatkan pesan dari pegawai sipil bahwa.

"Saya ingin menyampaikan kabar duka dari keluarga Anda, Zera dinyatakan meninggal dunia. Hanya itu yang di katakan oleh keluarga Anda pak Deva." Pegawai itu pamit pergi meninggalkan Deva dengan wajah yang menegang.

Deva tertawa lirih, "itu bohong kan? Zera mana mungkin tinggalin anak gue?"

"Tuhan, gue tau dosa gue banyak tapi kenapa? Kenapa harus ibu dari anak gue yabg Lo ambil?" Deva meracau dengan tangis yang menyedihkan.

Bahkan lelaki itu melemparkan semua barang yang ada di sekitarnya, meluapkan rasa kecewa, sedih dan marah. Deva ingin menemui Zera, Deva ingin meminta maaf, Deva menyedekahkan amat sangat menyesal.

"Zera, maaf, maaf atas semua kesalahan gue. Lo bilang gue jangan mati agar bisa lihat anak gue tapi Lo sendiri yang malah pergi ninggalin dia."

Nyatanya Deva benar-benar terpukul atas berita yang ia dapatkan, Deva selalu di hantui rasa penyesalan terhadap Zera. Bayangan Zera selalu berputar di kepalanya.

****

Note:
Ini cerita udah selesai walaupun end nya mungkin tidak sesuai ekspektasi kalian, jangan berharap pada manusia kalo ga mau sakit nantinya hihi

Makasih banyak yang udah ikutin cerita ini dari nol, dari awal vote sedikit dan pembaca yang sedikit. Makasih juga buat komentar kalian yang bikin aku kadang ketawa atau sedih, aku sebenarnya bales komentar kalian tapi lewat hati hehe

Maaf kalo aku ninggalin cerita ini lama banget mungkin udah 2 bulan aku ga up di sini, karena aku sibuk sekolah dan tugas-tugas yang menumpuk (keluh kesah anak sekolah:'>) sedikit informasi tentang cerita ini, kalo kalian tanya ini cerita fiksi atau bukan? Jawabannya aku gatau, soalnya aku buat cerita ini terinspirasi dari kehidupan aku sendiri.


Mau ada lanjutan cerita Bad husband?
• Ya mau
• Ngga mau

Bye semuanya sampai bertemu di karya aku selanjutnya, salam dari jodohnya Mark Lee 🖤

BAD HUSBAND [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang