BAD HUSBAND: Regret?

31.7K 1.8K 42
                                    

Happy Reading!

*****

Zera berjalan menunju ruangan Deva, tujuan Zera ke kantor Deva hanya untuk membahas harta untuk calon anaknya, walaupun mereka sudah berpisah tetap saja janin dalam kandungan Zera adalah anak kandung Deva.

Katakan saja Zera matre tapi Zera hanya mengingatkan Deva, Zera mengetuk pintu kaca besar di hadapannya setelah ada suara Deva menyuruh nya masuk baru Zera masuk ke dalam ruangan.

Zera tersenyum singkat ke arah Deva dan duduk berhadapan dengan lelaki itu.

"Menyangkut soal tanggung jawab aku sebagai ayah?" Tebak Deva.

Zera mengangguk, "walaupun kita berpisah tetap saja ini anak kamu, bukan aku yang tidak mampu membiayai hidup anak aku sendiri, aku hanya tidak mau kamu di anggap ayah yang tidak bertanggung jawab oleh anak kamu sendiri." Zera sedikit menyindir di akhir kalimat nya.

"Berapa usia kandungan kamu?"

"Usia kandungan aku 32 minggu."

"1 bulan lagi bayi kita lahir." Ucap Deva.

Zera ingin tertawa saat Deva mengatakan 'bayi kita', sejak kapan lelaki itu memikirkan bayinya? Bahkan selama ini dia selalu sibuk dengan Raya, dan sekarang setelah wanita itu sudah pergi, Deva seperti memungut sampah yang sudah lelaki itu buang.

Zera akui dirinya di kehidupan Deva seperti sampah, di buang dan di pungut kembali ketika sampah yang lainnya hilang.

"1 bulan 10 juta." Zera hanya bercanda mengatakan 10 juta perbulan untuk anak mereka, tapi Deva tanpa keraguan mengangguk.

"Kamu kira aku bakal tolak permintaan kamu? Salah Zera aku akan memberikan apapun yang kamu mau, aku ingin memperbaiki semuanya."

"Terlambat tuan Radeva. Semuanya telah usai."

"Ya aku tahu, aku selalu berharap ada kesempatan untuk aku masuk ke dalam kehidupan kamu lagi."

Dasar mulut biawak!

Zera hanya bisa menggerutu dalam hati, jika saja di hadapan Deva itu bukan dirinya dalam kata lain wanita lain mungkin mereka akan klepek klepek mendengar perkataan yang hanya manis di mulut saja.

"Kalo begitu aku pamit." ucap Zera dan berjalan keluar dari ruangan Deva.

Deva memandangi punggung wanita itu yang telah menghilang dari pandangan nya. Deva mengambil ponselnya di atas meja dan menghubungi seseorang.

"Pindahkan 70% harta warisan saya menjadi nama anak kandung saya."

****

Zera mengunjungi rumah orang tuanya Deva setelah dari kantor Deva Zera memilih mengunjungi Rere. Zera tidak berkerja hari ini? Jawabannya tidak karena Arsen yang menghandle pekerjaan Zera di kantor.

Zera bermain dengan Nathan bayi yang beberapa bulan lalu masih kecil sekarang sudah bisa duduk dan jangan lupakan badan Nathan yang gemuk semakin bertambah gemas saja.

"Mam! Mam!" Celoteh Nathan.

"Nathan mau makan?" Tanya Zera.

"Mam! Mam! Mam!"

"Aduh sayang, mama ga ngerti."

"Dia memanggil kamu nak dan minta di gendong." Ucap Rere.

"Oh, aku kira Nathan mau makan mah." Zera meringis malu.

Zera menggendong Nathan dan meminta izin kepada Rere untuk membawa balita itu ke taman yang ada di rumah orang tua Deva, tentu Rere menyetujui wanita itu menatap Zera masih terselip harapan agar Zera mau Kembali dengan anaknya dan hidup bahagia.

Rere sedikit bersyukur atas kematian Raya, tapi tetap saja hati nya juga merasa bersalah atas kematian gadis itu.

"Mah."

Rere menatap anaknya dengan pandangan bertanya.

"Ada tamu?"

"Zera dia di sini katanya kangen Nathan udah lama ga ketemu Nathan." Deva mengangguk dan pamit pergi menuju kamarnya.

Sedang Zera mengajar kan Nathan berjalan di atas rumput dengan kedua tangan balita itu di genggam oleh Zera, walaupun Zera kesusahan menunduk karena perut nya yang besar.

Nathan super aktif bahkan Zera sedikit kesusahan mengimbangi langkah terburu-buru Nathan.

"Haduh Nathan Mamah capek." Keluh Zera.

Zera terkikik geli saat dirinya sendiri menyebutkan dirinya 'Mamah', tiba-tiba Deva datang menggantikan dirinya yang menuntun tangan Nathan. Nathan terpekik senang saat melihat Deva balita itu memilih meminta di gendong oleh Nathan.

Zera duduk di bangku yang ada di taman di ikuti Deva, pinggang Zera sakit karena terlalu lama menunduk.

"Maaf Nathan merepotkan kamu." Ucap Deva.

"Nathan ga ngerepotin, emang aku yang gampang capek semenjak hamil."

Zera melihat jam tangan yang melingkar di tangan nya, sudah sore Zera akan pulang, Zera mengambil Nathan dari gendongan Deva dan berjalan ke dalam rumah, Zera akan meminta izin untuk membawa Nathan menginap di rumahnya.

"Mah Zera boleh bawa Nathan ke rumah?" Tanya Zera kepada Rere.

"Apa nanti kamu ga kerepotan mengurus Nathan? Takutnya Nathan merepotkan kamu." Ucap Rere.

"Tenang aja mah di rumah ada baby sitter yaitu Daffin."

"Baiklah, untukmu berapa hari?"

"Kaya nya 2 Minggu boleh mah?"

"Boleh."

Zera tersenyum senang Rere memerintahkan maid di rumah nya untuk mengemas barang milik Nathan, setelah selesai Zera berpamitan kepada Rere.

"Di antarkan Deva ya sayang."

Zera menggeleng, "Ngga perlu mah Zera bisa telpon sopir."

"Aku anatarkan ayo." Deva mengambil alih tas yang berisi keperluan Nathan di tangan Zera.

Dengan terpaksa Zera masuk ke dalam mobil Deva, selama perjalanan hanya suara ocehan Nathan yang terdengar, kedua orang dewasa itu hanya diam membisu. Sampai tidak terasa sudah di depan rumah Zera.

"Maksih." Setelah itu Zera keluar dari mobil.

Zera terdiam sesaat karena Daffin bersedekap dada di depan gerbang rumah, Deva ikut keluar untuk membawa tas Nathan.

"Ngapain kak Zera bareng dia?"

Zera menghampiri Daffin, "gue cuman mau jemput Nathan di rumah mamah Rere, Deva cuman anterin gue aja pin! Udah awas gue mau masuk." Zera mendorong tubuh Daffin ke samping.

Daffin merebut tas di tangan Deva lelaki itu memberikan tatapan tajam ke arah Deva, "Jangan modus! Kakak gue ga akan pernah balikan sama Lo bang!"

"Gue tau, gue pamit pulang!" Deva masuk ke dalam mobil dan pergi dari hadapan Daffin.

"Tumben? Udah tobat mungkin." Gumam Daffin.

*****

Yuhuuu! Aku up👁️👄👁️

Bye!! Ahaha>.<

Jangan lupa vote!!

BAD HUSBAND [Selesai]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora