BAD HUSBAND: Dispels Feelings

91.7K 5K 68
                                    


Happy Reading!

*****

"Mau kemana kamu?" Tanya Rere

Rere bingung melihat anak dan menantunya pagi pagi sudah rapi.

Deva menghentikan langkahnya begitupun Zera, wanita itu hanya menunduk ia masih merasa sedih dengan perkataan ibu mertuanya itu.

"Pulang." Ucap Deva singkat dan melanjutkan jalannya.

Rere berlari menarik tangan anak satu satunya itu, "Sarapan dulu ya? Dan maaf atas ucapan Mamah kemarin malam, Terutama untuk kamu Zera." Ucap Rere.

Deva tersenyum senang, Ibunya tak sanggup jika ia marah.

"Oke, Lagian Aku lapar Mah." Ucap Deva dan melenggang pergi menuju meja makan.

Zera yang akan mengikuti Deva Tetapi langkahnya tertahan oleh cekalan ibu mertuanya.

"Zera, Maaf atas ucapan Mamah kemarin malam. Mamah berbicara seperti itu karena ingin memiliki Cucu, Kamu tau kan Mamah hanya punya Deva dan Mamah ingin sekali menggendong Cucu Mamah." Ungkap Rere di serai air mata.

Zera dengan refleks memeluk tubuh Rere, "Zera usahakan Mah," ucap Zera meyakinkan ibu mertuanya itu.

Rere tersenyum dan memeluk tubuh Zera. "Ekhm!" Deheman seseorang membuat ibu mertua dan menantu itu melepaskan pelukan mereka.

"Ada Apa nih? Kok pake acara peluk pelukan segala?" Tanya Edwin.

"Ish! Papah ngagetin Mamah aja. Gak ada apa-apa, Emang Mamah gak boleh peluk menantu Mamah sendiri?"

"Ya, Boleh."

"Mamah!" Teriak Deva.

"MAMAH DEVA UDAH LAPAR!" Lanjut Deva.

*****

"Mamah bicarain apa sama Lo tadi pagi?" Tanya Deva dan duduk di sofa ruang keluarga.

"Gak ada." Jawab Zera dengan mata yang tetap fokus pada televisi yang menampilkan film.

Deva berdecak sebal mendengar Jawaban Zera, "Mamah Minta anak?"

Zera menghela nafas, "Iya,"

"Gue gak mau punyak anak! Anak bikin kita susah untuk berpisah nantinya. Dan gue pun gak mau punya anak sama Lo! Karena gue gak cinta sama Lo!" Pungkas Deva.

Zera hanya bisa terdiam mendengar kan ucapan Deva, Ada sesuatu menyesakan dada nya tapi Zera menghalau perasaan itu. Zera tak mau sakit hati karena jatuh cinta kepada Deva.

"Kenapa kita gak berpisah sekarang aja?"

"Bodoh! Papah belum kasih tanggung jawab perusahaan sama gue! Dan Lo satu satunya alasan buat Papah kasih tanggung jawab itu ke gue!"

Oke! Sekarang Zera paham Lelaki yang bergelar suaminya itu hanya memanfaatkan dirinya untuk kepentingan pribadi Deva sendiri.

"Kapan?"

"Maksud Lo?" Tanya Deva tak paham oleh ucapan Zera.

"Kapan kita berpisah?" Jelas Zera. Dan gue akan bebas dari Lo! Lanjut Zera dalam hati.

Deva langsung menghadap ke arah Zera dan tersenyum sinis. "1 Tahun lagi, Dan setelah perusahaan Papah jatuh ke tangan gue. Lo boleh pergi karena gue akan nikahin Raya."

"Oke." Hanya itu yang keluar dari mulut Zera dan setelah itu Zera pamit untuk pergi menuju kamar.

Zera terduduk di depan meja rias, ia menatap pantulan wajahnya dari cermin. Zera tersenyum miris bukan, bukan pernikahan seperti ini yang Zera inginkan. Pernikahan impiannya adalah seperti rumah tangga kedua orang tua yang selalu harmonis dan saling mencintai satu sama lain.

Tak terasa air mata mengalir melewati pipinya, "Setelah 1 tahun gue akan pergi dari rumah ini bahkan dari kehidupan Lo Deva, tapi entah kenapa hati gue gak suka Lo memilih gadis lain untuk menggantikan posisi gue? Apa gue udah jatuh cinta ke Lo Dev? Tapi mencintai Lo sama aja menusukkan belati ke dalam hati Gue sendiri!"

"Kenapa harus Lo Deva? Coba Jika gue bisa buat usah Ayah gue bangkit dan gak akan pernah menerima tawaran keluarga Lo! Pasti Gue akan hidup tenang sampai sekarang!" Sungguh Zera selalu ingin mengeluh dan menceritakan apa yang di hadapi dalam rumah tangga nya kepada ibu atau teman.

Deva selalu mengawasi aktivitas Zera, Zera tak boleh memiliki teman baik perempuan maupun laki-laki. Jika Zera melanggar aturan yang di buat oleh Deva akan ada hukuman yang menanti dirinya, Deva  selalu bermain fisik padanya Entah itu tamparan atau pukulan.

Zera terisak sendiri dalam kamar, mereka memang tidur satu kamar dan bahkan satu ranjang. Tapi Deva tak pernah menyentuh dirinya, Zera sedikit bersyukur karena hal itu.

Tok! Tok!

"Zera buka woii!"

Bug! Bug!

Bukan kutukan pintu lagi tapi gedoran pintu yang di lakukan oleh Deva. Zera menghapus air matanya dan berlari menuju pintu kamar.

"Lama amat Lo! Lagian kenapa di kunci segala!" Sembur Deva dan berjalan menuju lemari.

"Maaf, aku tadi lagi di kamar mandi jadi gak denger." Bohong Zera, "Kamu mau kemana? Ini udah sore?" Tanya Zera.

"Cerewet! Gue mau jalan sama Raya! Kalo Mamah telpon Lo bilang kalo gue nginep di rumah Bobby!"

"Raya?" Gumam Zera.

Zera tau Raya, anak fakultas sastra yang cukup famous di kalangan anak kampus dan kekasih dari suaminya. Tangan Zera terkepal kuat dan mencoba berfikir untuk tidak cemburu atau marah, Zera berusaha menyingkirkan perasaan sesak di dadanya.

Deva memasuki ruang ganti pakaian, selang beberapa menit Deva kembali dengan baju casualnya. Kemeja berwarna navy dan celana bahan hitam yang di padukan Converse putih

 Kemeja berwarna navy dan celana bahan hitam yang di padukan Converse putih

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Deva berjalan menuju pintu kamar dan keluar, tanpa pamit pada Zera.

Zera tersenyum miris, dia istrinya Deva tapi lelaki itu bahkan seperti tak mau menganggapnya sebagai seorang istri.

"Huh! Gak boleh nangis Zera! Gak boleh! Dan jangan jatuh hati sama Deva! Kalo Lo jatuh hati sama Deva itu akan menyakitin diri Lo sendiri Zera!" Gumam Zera menyemangati diri nya sendiri.

*****

Vote and coment!

Thanks 🦋

BAD HUSBAND [Selesai]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum