07

1.2K 120 2
                                    

Selamat membaca
Maaf baru bisa update.


●●●

Nyonya Kim membangunkan Jin dan Jungkook yang masih tertidur sambil berpelukan. Ia tersenyum senang melihat pemandangan itu kembali setelah sekian lama. Diam-diam ia memotret pemandangan itu sebangak lima kali dengan beda angel lalu membangunkan kedua remaja itu untuk sarapan.

"Pagi, Jin-ie. Pagi Eomma." Setelah mengatakan itu, Jungkook kembali menutup matanya membuat Nyonya Kim tertawa kecil.

"Jin, bangunkan Jungkook. Baru kita sarapan bersama."

"Iya, Eomma."

Nyonya Kim keluar dari kamar Jungkook meninggalkan Jin yang membangunkan pemuda itu.

Jin menepuk-nepuk pundak Jungkook untuk membangunkannya. "Jungkook-ah, bangun. Appa sama Eomma menunggu kita sarapan."

Jungkook hanya bergumam tidak jelas. Matanya sangat berat hingga ia tidak bisa membukanya lantaran ia sangat mengantuk.

"Kau sangat mengantuk?" Jin tidak mendapat jawab dari pertanyaannya. Ia beranjak dari kasur menuju kamar mandi yang berada di kamarnya. Ia hanya menggosok gigi dan mencuci muka lalu menyusul appa dan eommanya yang menunggunya di meja makan tanpa mandi.

"Jungkook mana?" tanya Tuan Kim saat Jin baru saja duduk di samping istrinya.

"Jungkook masih tidur. Sarapannya nanti saja," jawabnya lalu menyantap sandwich buatan ibunya yang sudah lama tidak ia rasakan.

Tuan dan Nyonya Kim mengangguk. Lalu mereka menyantap sarapan dengan tenang.

"Jin-ie, kau sudah tau kenapa Appa menyuruh kau ke sini kan?"

"Untuk liburan bersama?"

"Ani. Appa ingin kau melihat-lihat universitas di sini. Siapa tau ada yang cocok denganmu. Atau kau mau berkuliah di Oxford, Harvard, atau di mana kau mau? Pilih saja?"

Mendengar itu Jin menatap appanya. "Appa, sudah ku bilang kalau aku tidak akan berkuliah di luar Korea."

Tuan Kim menatap Jin tepat di matanya. "Kenapa? Berikan alasanmu?"

"Karena di Korea banyak Universitas yang tak kalah bagusnya sama di sini, Oxford, Harvard, dan lainnya. Kalau ada bisa di Korea kenapa harus di luar Korea?"

"Tapi setelah kau lulus sekolah, kita akan meninggalkan Korea. Kita akan tinggal di sini. Jadi pikirkan baik-baik, Jin."

"Appa, aku akan tetap di Korea sendirian. Aku sudah terbiasa tanpa kalian di rumah, jadi tidak masalah bagiku kalau kalian akan menetap di sini tanpaku. Bukannya kalian juga sudah terbiasa tanpaku?"

Tuan Kim menatap tajam Jin. "Jin! Jaga ucapanmu."

"Kenapa? Aku bicara fakta, Appa," balas Jin tenang.

"Jin-ie, kau tau kan kami di sini sibuk kerja? Dan kita lakuin itu untuk kamu, Nak," ucap Nyonya Kim setelah lama diam mendengar perdebatan suami dan anaknya.

"Sibuk boleh, tapi harus pulang itu wajib, Eomma. Apa kalian tidak bisa pulang ke rumah satu kali dalam seminggu? Kalian bahkan tidak pulang dalam dua bulan," lirih Jin.

"Pekerjaan kami di sini sangat banyak, Jin. Kami juga tidak bisa meninggalkan pekerjaan di sini karena ada masalah di sama perusahaan Appa di sini."

"Sudah lah. Pokoknya aku tidak mau kuliah di luar Korea. Aku selesai, terima kasih sarapannya, Appa, Eomma."

Jin meninggalkan ruang makan dengan tangan mengepal erat. Ia benar-benar kecewa dan marah saat ini. Ia kira appa nya menyuruhnya datang ke LA untuk liburan bersama karena merindukannya. Ternyata ia salah. Kalau tahu alasannya kenapa ia disuruh menyusul mereka ke LA, ia tidak akan datang.

Bucin Jalur KarmaWhere stories live. Discover now