17. Resmi Berhubungan

116 20 16
                                    

(Vote dan komen, Gengs!)

"I wish you knew how much space you occupy in my mind

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"I wish you knew how much space you occupy in my mind."

⁄⁠(⁠⁄⁠ ⁠⁄⁠•⁠⁄⁠-⁠⁄⁠•⁠⁄⁠ ⁠⁄⁠)⁠⁄⁄


Ini bukan simulasi menjadi babu, tapi tahapan untuk menyatu, batin seorang lelaki yang tengah berupaya mencoba dunia baru.

Genap sepuluh menit mereka membuat kesepakatan, Rayyan langsung kalang kabut menyejajarkan setiap langkah Mua di mana pun ia berada. Mulai dari mengepel kelas sebab gadis itu melaksanakan penjadwalan piket, menata buku demi buku di dalam perpustakaan atas perintah Bu Freya usai pelajaran bahasa, sampai menghadap Pak Zholik guna bertanya perihal soal matematika yang Rayyan sendiri mual begitu melihat sampul dari modul berisikan angka-angka tak hingga, namun sebisa mungkin lelaki itu tetap mengulas senyuman lebar berusaha tidak memperlihatkan bahwa ia benar-benar tertekan.

Demi cinta, Rayyan rela dicap gila oleh siapa saja, sebab Mua benar-benar gadis luar biasa yang telah lama ia damba, yang hatinya terlalu sulit untuk dijamah. Bahkan jikapun ada yang lebih indah dari intro lagu SEMPURNA, Rayyan yakin itu adalah MUARA LATHISFA MANDIRA­seorang gadis yang akan resmi menjadi pacarnya beberapa jam ke depan. Tunggu saja.

"Kalau lo bisa imbangi hidup gue, kita pacaran," kata Mua memberi tantangan.

"Oke, perjanjian gue pegang!" sahut Rayyan begitu lugas terkesan antusias.

Rayyan berupaya merebut tatanan piring yang Mua bawa di area kantin Mak Gansa. Alasannya simple saja, sebagai laki-laki sejati, ia jelas tidak ingin melihat gadisnya terperangkap rasa lelah tak diminati. Bukankah seperti itu strategi buaya untuk meluluhkan para wanita?

"Lo duduk aja. Biar gue yang bawa ini ke belakang," ujar Rayyan penuh keangkuhan. Kelakiannya sedang dipertaruhkan.

"Gak usah. Yang gue minta, lo itu imbangi hidup gue, bukan ngelakuin semua pekerjaan gue," elak Mua masih mempertahankan piring-piring di atas tangan.

Gadis itu berupaya menghindar, namun lagi-lagi Rayyan menghalanginya di depan. Elemen bertentangan dari kedua insan sontak menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Mak Gansa misuh-misuh di depan meja pemesanan sebab Rayyan terkesan sok-sokan. Lintang memperhatikan mereka dengan pandangan gamang yang tak dapat diartikan. Sementara Mada beserta teman-temannya sudah terperangah kehilangan kesadaran.

"Hidup lo hidup gue juga. Jadi apapun yang lo lakuin, gue harus mencoba."

"Dibilang gak usah juga."

"Gue gak mau lo kecapekan. Siniin piringnya!" paksa Rayyan.

Kali ini ia berhasil mengalahkan Mua. Dengan cengiran bangga, lelaki itu segera berjalan menuju area belakang. Namun belum genap mencapai tiga langkah, tubuhnya sudah menabrak sudut meja, membuat tumpukan piring menghantam lantai hingga pecah berserakan disertai banyak umpatan.

MUA-RAY Where stories live. Discover now