11. Jatuh Cinta Sendirian

162 23 16
                                    

(Mari ramaikan vote dan komen!)

(Mari ramaikan vote dan komen!)

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"It's classic. Him loves someone else."

(⁠*⁠・⁠~⁠・⁠*⁠)

"Lo mau ke mana? Gue antar, ya?" tawar Kai yang baru saja keluar.

Mua menolehkan kepala dengan heran. Tumben sekali laki-laki satu ini mau menawarkan diri. Ah, mungkin berkat perintah Rayyan. Lagipula lelaki itu pasti sedang sibuk menenangkan Yuki sekarang.

"Gak usah. Ke situ doang."

"Tapi lo cewek, gak boleh jalan sendirian." Kai terus mendesak agar Mua mau diantar. Pasalnya, pakaian Mua sangatlah mengkhawatirkan. "Ntar ada apa-apa di jalan, gimana?"

"Gak papa. Udah, ya. Bye!"tuntas Mua enggan untuk memberi tanggapan, membuat Kai menyerah seraya terus menatap langkahnya sampai gadis itu menghilang di persimpangan jalan.

Mua memijit-mijit bahu sembari terus menyusuri trotoar. Jujur saja, kondisi tubuhnya terasa sangat memar. Gadis itu melepas kedua high heels yang tadi ia kenakan. Menapakkan kaki tanpa pengaman di bawah bentangan malam. Setibanya di depan minimarket terdekat, gadis itu menoleh singkat, kemudian masuk ke dalam untuk menemui seseorang.

"Beli apa, Tang?" tanya Mua tepat di belakang punggung lelaki yang ia kenal.

Awalnya, Lintang tidak begitu memedulikan. Lelaki dengan piyama berbahan satin itu masih sibuk memilih varian selai yang akan ia gunakan. Menjadi Lintang bukanlah hal yang mudah. Lelaki itu jika sudah berbelanja, memilih satu item saja dapat memakan waktu sampai sepuluh menit lamanya.

"Lo gak lihat ap-"

Bibir Lintang terbungkam ketika ia baru saja memutar tubuh ke belakang, menatap sosok gadis yang tadi sempat ia kirimkan pesan untuk segera datang tanpa mengulur waktu panjang sebab ia ingin cepat-cepat pulang. Usai mengoreksi penampilan Mua dari atas sampai bawah, kini Lintang memandangi wajahnya seolah tidak percaya. Benarkah ini Muara yang menjadi ketua kelas mereka di sekolah?

Lintang menengguk ludah begitu payah. Tanpa sadar mulutnya sudah menganga dengan sorot teduh yang terus tertuju kepada Mua, membuat gadis itu hanya mampu mematung di hadapannya.

"Tang ... ada yang salah?" tanya Mua terdengar ragu dalam bertanya.

Lintang segera mengedipkan mata, kemudian menggaruk-garuk tengkuknya. "Eng ... enggak. Nggak ada. Enggak kok."

Lelaki itu bergegas berjalan untuk membayar belanjaan dengan terus mencuri-curi pandang ke belakang. Tepat ketika mereka sampai di depan kasir, lagi-lagi Lintang memandangi Mua dari samping. Merekam segala kecantikan gadis itu sebanyak mungkin.

"Totalnya tiga puluh lima ribu rupiah, A. Ada tambahan lain?" tanya wanita berseragam merah.

Mua mengerutkan dahi, sedikit terusik dengan perkataan wanita ini. "Maaf, Teh. Kalau gak salah, tadi waktu kita ambil barang, harganya cuma dua puluh delapan ribu. Kok sekarang jadi tiga puluh lima ribu, ya?"

MUA-RAY حيث تعيش القصص. اكتشف الآن