32. Masih Mengkhawatirkannya

142 18 3
                                    

★Selamat membaca★
(Beri vote dan komen, ya!)

★Selamat membaca★(Beri vote dan komen, ya!)

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"I was waiting for you without knowing it."

┐⁠(⁠'⁠~⁠'⁠;⁠)⁠┌

Mua membalikkan lembar buku "How To Win Friends & Influence People in the Digital Age" karya Dale Carnegie yang Rayyan berikan beberapa minggu silam. Pergerakan sampul yang bertumbur langsung dengan sinar matahari sore di pesisir pantai berhasil menyilaukan mata Wahiya, sehingga gadis dengan rambut bergaya ponytail itu harus pindah sekaligus merebut chewy brownies milik Sharona.

Manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk salah paham.

Kalimat yang tertera pada halaman 62 langsung Mua garisi menggunakan stabilo berwarna oranye. Banyak penjelasan yang lebih menarik hati sebelum ia memilih untuk berhenti membaca, lantas menekuk ujung kertasnya guna memberi tanda. Perutnya sudah keroncongan. Ia butuh makan.

"Tadi pagi gue lihat muka Kai masam waktu jalan sama Mada. Pas gue tanya, ternyata stres karena ngelihat kelakuan Rayyan yang gak bisa ditebak," kata Wahiya diakhiri kekehan lancang, membuat Mua yang berniat menyantap cibay isi ayam jadi tercengang.

"Aya-aya wae gebrakan manehna ...." Sharona menggeleng-gelengkan kepala.

Jika sudah membahas tentang laki-laki, Zura tidak ikut ambil alih. Gadis berkerudung putih itu terus memainkan ibu jari pada tasbih digital seraya mengucap dzikir berulang. Sesekali ia pun memantapkan hapalan surah yang belum lancar.

"Rayyan tuh kalau pacaran memang harus yang setiap hari ketemu." Helen menimpal. "Makanya dia butuh cewek yang selalu ada."

Helaan napas panjang terdengar dari hidung Mua. Matanya menatap lurus sembari mengingat-ingat kejadian tadi pagi yang membuatnya hilang kendali, hingga sampai saat ini keduanya belum menjalin obrolan sama sekali.

"Kira-kira ... dulu waktu masih pacaran, mereka udah ngapain aja, ya?" tanya Mua resah. Empat tahun bukan waktu yang sebentar. Tidak mungkin kan mereka melalui hari-hari yang monoton? Pikirnya, apa tidak bosan?

"Staycation, kissing, HS."

Puk!

Sharona memukul kepala Helen menggunakan gulungan buku, kemudian menyanggah. "Ngaco!"

Helen terbahak tatkala melihat raut wajah Mua yang mulai datar dilengkapi rona merah padam, sepertinya gadis itu sudah terpancing ledekannya barusan. "Lagian ... lo nanya ke kita, salah server, Neng. Tanya langsung noh ke orangnya."

"Kalau HS gak mungkin sih Rayyan berani. Kayaknya first kiss dia juga sama lo," tutur Wahiya mengembangkan ide pokok yang Helen ungkap tadi. "Jadi, bisa dipastikan bahwa tuh cowok aman. Kenangan dia sama mantannya gak lebih dari sekadar drama cinta monyet. Anak SMP ngerti apa?"

MUA-RAY Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon