part 53 [Extra part]

830 41 0
                                    

Happy reading ❤

Rena memandangi bingkai foto yang dipegangnya, dirinya dengan perut buncitnya.. Serta Andreas yang merangkul Rena, mereka berdua tengah memakai seragam osis.. Foto ini diambil tepat kelulusannya, sekitar beberapa bulan yang lalu sebelum Andreas berpulang.

Keduanya tersenyum lebar, seakan tak ada beban..

"Udah 4 tahun, gak kerasa cepet banget ya.. Aku masih nungguin kamu, anak kita udah gede."

"Dia tampan sepertimu, benar-benar jiplakan Papanya.."

"Hey, Aku kangen.. Kangen dijailin kamu, kangen digombalin kamu. Kamu disana pasti udah bahagia kan?" Rena mengelus foto tersebut, air matanya menetes ke bingkai itu.

"MAMA! Lendla tampan kan ma?" teriakan tersebut mengalihkan Rena, Rena dengan cepat menghapus air matanya dan tersenyum ke bocah kecil dihadapannya.

"Anak Mama selalu tampan."

"Kata Lala, lendla jelek!" adunya sembari bersidekap dada.

Rena terkekeh melihat wajah cemberutnya, "Rara nya mana sayang?"

"Tau ah kesel! Lala gak mau main cama lendla mah, lala lebih milih main cama  Bang Alkan." rajuknya dengan cadel, menghentak-hentakan kakinya kesal.

Rena terkekh pelan melihat tingkah anaknya yang lucu, "Rendra sayang, kalau kata Papa cowok tampan itu harus gentle dan pemberani.. Jangan mau kalah sama Bang Arkan dong, gih main lagi sama Rara sana." rendra menoleh, mengerjab polos.

"Papa bilang gitu kah Mah?"

"Iya sayang." Rena mengelus rambut hitam tersebut sayang.

Bocah kecil itu tersenyum, dan berlari menuju teras rumah.. Ikut bergabung dengan Rara dan juga Arkan.

"Lihat sayang, anak kita udah gede.. Benar-benar jiplakan Papanya, lucu. Rendra selalu nanyain kamu, aku bingung harua jawab apa.." Rena terus berbicara pada bingkai foto yang dipegangnya.

Menahan bibirnya yang mengeluarkan isakan kecil, hatinya teremat sakit.. Luka, luka kepergian itu masih begitu membekas.

Kenangan bersama Andreas masih melekat dalam benaknya, tak akan pernah Rena lupakan.

Andreas satu-satunya lelaki yang ia cintai, dan tak akan pernah terganti.

Dirinya tak mau mencari pengganti Papa untuk Rendra, baginya Andreas tetap akan menjadi yang spesial dihati nya dan juga Rendra.

Rendra, anak itu tumbuh tanpa seorang Papa.. Selalu bertanya dimana Papanya, dirinya ingin menemuinya.

Namun Rena tak sanggup menjelaskannya, wanita tersebut hanya diam menahan tangis.

Rendra yang tak tega hanya termenung, dan tak bertanya lagi perihal Papanya.

Rendra, bocah lelaki tampan dengan senyumnya yang memikat.

Bocah yang baru menginjak usia 4 tahun tersebut sudah sangat pintar, terutama dalam menggombal.

Entah sifat nya menurun dari sang Papa atau memang ada yang mengajarinya, Rena saja dibuat heran.

Bagi rena, Rendra adalah malaikat kecilnya yang Andreas titipkan padanya.

Rena beberapa bulan ini disibukan dengan butik yang ia bangun sekitar 2 tahun yang lalu.

Dirinya berusaha bangkit dari segala keterpurukannya, meratapi kehilangan tak akan ada habisnya.

Ada Rendra yang harus ia jaga dan rawat, anaknya adalah penyemangat dan juga obatnya.

Segala obat sesak, perih, serta sepi akan kehilangan sosok Andreas. Baginya Rendra adalah obat penawar dari segala lara yang membendungnya.

Rena kini memperhatikan Rendra yang dengan Posesive nya memarahi Rara yang selalu berdekatan dengan Arkan.

Masih ingat Arkan? Ya bocah itu kini sudah tumbuh besar, menjadi sosok lelaki yang tampan dan penyayang.

Umurnya baru 11 tahun, tapi Rendra justru membenci Arkan karena lelaki itu membuat Rara nya tidak mau bermain dengannya lagi.

"Ihh, lala centil!"

"Apa sih Rendra! Rara gak centil ya.." protesnya tak terima.

"Itu buktinya apa! Deket-deket Bang Alkan telos!" Rendra menyolot, menunjuk Arkan yang terkekeh.

"Udah jangan berantem, nanti dimarahin mama Rena loh.. Rendraa jangan cemburu gitu, rara cuma minta tolong sama Abang doang kok." jelas Arkan, berusaha melerai.

"Benelan?"

"Iyaa."

"Tuh dengerin! Males ah Rendra gak asik." Rara nya merajuk, berlari menuju rumahnya yang terletak disebrang rumah Rena.

"LALA! MAAPIN LENDLA IH!" teriaknya

"RARA GAK MAU MAIN SAMA RENDRA! RENDRA JAHAT! HUA MAMA.." tangisnya pecah, memasuki rumah berlantai satu tersebut.

Arkan yang disebelah Rendra lagi-lagi dibuat gemas akan tingkah bocah dihadapannya.

"Hayo, Rara nya ngambek.. Gara-gara kamu nih." goda arkan mencolek lengan rendra.

Rendra menoleh, bibirnya melengkung kebawah, netranya berkaca-kaca.

Dalam hitungan detik tangisnya pecah, membuat Rena berlari ke arahnya.. Dan menenangkannya.

"Anak cowok gak boleh cengeng dong sayang, gak boleh nangiss oke.. Kata Papa anak cowok itu jagoann, gak boleh cengeng." Dalam setiap nasihatnya rena selalu menyelip nama Andreas agar anaknya itu tau betapa hebatnya seorang Andreas.

Betapa cintanya seorang Andreas pada Rendra dan juga dirinya.

Rendra berhenti terisak, "Iya kah mama? Belalti lendla jagoan ya mama?" tanyanya polos.

Rena mengangguk, "Iya sayang, Rendra itu jagoannya Papa sama Mama."

"Uwahh, lendla jagoann! Bang alkan yang jadi pendamping jagoan.. Ayo main lagi Bang Alkan!" rendra berhenti menangis, bocah kecil itu menarik tangan arkan kembali bermain mobil-mobilan.

"Arkan sayang, jagain Rendra bentar ya.." pesannya pada arkan. 

"Siap mah!"

Begitulah anak kecil, mudah menangis, mudah tertawa, dan sangat peka..

Rena tersenyum melihat nya, wanita yang berpakaian daster tersebut kembali memasuki rumah.

Hendak memasak makan siang.










Cek typo!!

Come back guyss, heheh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Come back guyss, heheh.. Masih mau lanjut extra partnya ga nih?

Bingung akutuh 😓berusaha up walau sibuk:)

Jangan lupa votee dan komen, jngn pelit 😔
Yg belum follow silahkan follow dulu, kalau gqk ya minimal follow my instagram: ravelchann

See you semoga suka sama extra partnya ❤
Makasih bnyk buat kmu yg udh dukung dgn cara vote dan komen ❤
See you..

Arena Vs Andreas [TAMAT]Where stories live. Discover now