part 9

858 84 1
                                    

Happy reading ❤

"Ren, Lo kayak nasi!"

"MAKSUD LO!" Rena melotot garang, enak saja cantik-cantik begini dibilang kayak nasi.

"Iyaa, Kayak nasi makanan pokok yang gue konsumsi setiap hari tanpa dilewatin." jelas Andreas.

"Hilihh, Nasi yang lo makan belum tentu nasii aja.. Pasti ada pelengkapnyaa kayak lauk contohnya." ketus Rena.

"Iyalah, yakali gue mau makan nasi doangg, harus ada lauknya.. Ibarat lo nasi nah cewek-cewek gue lauknya lengkap dah, enakk!" papar Andreas dengan senyumnya yang lebar.

"Kan udah ketebak, Lo mana bisa stay sama satu cewek!" Rena berujar sebal, Andreas yang mendengar itu terkekeh pelan tangannya menangkup wajah Rena menghadapnya.

Rena terkejut, melihat Andreas dari jarak dekat.. Membuat jantungnya berdebar dengan kencang.

"Gue bisa kok, stay sama satu cewek. Asal ceweknya itu lo," ucap Andreas, terlihat serius.. Wajah keduanya yang dekat, membuat Rena menahan nafas.

Rena meneguk salivanya dengan susah payah, tatapan keduanya bertubrukan.

"IHHH LEPASINNN, Lo bau jigongg!" pekik Rena memberontak.

"Enak aja!" dengus Andreas.

"Ren, lo kayak permen karet... Maniss!"

"Buaya cap kutil kuda! Gak mempan gombalin gue ndre.. Selera gue bukan jamet kayak lo!" sinis Rena.

"Jamet lo bilang! Mata lo rabun ya, cogan begini lo bilang jamet.. Ckck mata lo perlu diperiksa keknya Ren." tak terima Andreas.

"Nyebelin banget lo Ndre!! Pengen tak cekik!" geram Rena.

"Lho, Kok ngamok?"

"Ndre, Gue heran kapasitas kemampuan otak lo kira-kiraa berapaa yaa? Kelakuan lo suka aneh-aneh pertanyaan lo random bangett kayak gak ada kerjaan lo!" penjelasan panjang Rena membuat Andreas makin tersenyum tengil.

"Lah, suka gak nyadar diri emang!" celetuk Andreas.

"Maksud lo!?" sewot Rena.

"Rena Yang cantik! Nan oenyu-oenyuuu.. Udah dong ngamuknya!" goda Andreas menyunggingkan senyum terpaksaa nya.

"Ndre.. Pinggang gue kok sakit bangett huaa!" Rena malah menangiss, membuat Andreas bingung sekaligus panik.

"Eh, jangan nangis.. Mana yang sakit hm?" Andreas melembutkan sedikit nada bicaranya.

Rena masih terisak kecil, menahan sakit di bagian perut bawahnya.

"Elusin aja hiks.." tangan Andreas terulur mengelus perut Rena dengan lembut, tangan yang satunya ia gunakan untuk mengelap keringat Rena.

Rena sepertinya sedang datang bulan, terbukti dengan segala tingkah sensitive nya sertaa kemanjaannya.

Andreas sih tidak masalah hanya saja Rena kalo sedang Pms nangis terus, dikit-dikit nangis.

Membuatnya kini harus extra sabar belum lagi kalo mood nya tiba-tiba, kadang bahagia, kadang nangiss tanpa sebab, kadang ngeselin, random lah pokonya.

"Ndre, gue pengen makan seblak." celetuk Rena.

"Seblak? Tapi gak pedes yaaa."

"Ihh, gak mau! Pengennya yang pedes.. Gak enak ah!" protes Rena, mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah iya! Asal kalo sakit perut jangan ngeluh dan ngadu ke gue!" ketus Andreas.

Rena cemberut, masih menatap Andreas yang kini sibuk memakai jaket.

Arena Vs Andreas [TAMAT]Where stories live. Discover now