part 47

512 46 2
                                    

Happy reading ❤

Rena memandang tak percaya pada gubuk kecil dihadapannya, temboknya penuh tempelan kardus bekas.. Gentengnya yang bocor dan hanya ditutupi plastik panjang.

Rumah kecil yang jauh dari kata layak untuk ditempati.

"Arkan, kamu beneran tinggal disini?" Andreas juga tak percaya.

Arkan mengangguk, "Ayo masuk kak.. Udah mau maghrib ini, pasti bang bara udah pulang." ajak arkan.

Rena melepas sandal nya, kemudian mulai memasuki rumah kecil tersebut diikuti oleh Andreas.

"Bang bara! Assalamualaikum.."

"Waalaikumussalam, eh Arkan udah pu-" kalimatnya terpotong, saat melihat Arkan membawa dua orang dewasa berkunjung kerumahnya.

Bara menyernyit, Rena meneliti penampilan bang bara yang dimaksud Arkan.. Usianya sekitar 18 tahun seperti Rena.

"Bang.. Ini kak Rena sama kak Andre, mereka orang baik yang traktir Arkan makan." ujarnya pada Bara yang masih kebingungan.

"Oh iya silahkan duduk, mau minum apa?" Bara mempersilahkan mereka duduk lesehan.

"Eh, gak usah.. Ini buat kalian." Andreas menyodorkan makanan yang ia pesan tadi.

Bara menerima dengan tak enak, "Ah iya, makasih Bang?"

"Gue Andreas dan ini istri gue Rena." Andreas mengulurkan tangannya bermaksud berkenalan.

Bara tersenyum, walau dirinya bingung mengapa menyebut Rena istri.

"Lo, kakak kandung Arkan?" tanya Andreas menyuarakan isi pikirannya.

Bara menggeleng, "Sebenernya gue agak enggan buat cerita.. Tapi berhubung kalian udah baik sama Arkan gue bakalan cerita, jadi Arkan dan cila bukan adik kandung gue.. Gue nemuin mereka yang udah duduk di depan pintu rumah nyokap gue, pada saat itu gue pun bingung ini anak siapa.. Arkan waktu itu umurnya sekitar 2 tahun dan cila 1 tahun."

"Rumah gue yang dulu itu, gue diusir gegara banyak yang ngefitnah gue ngehamilin anak orang sampe rumah gue kedatangan dua anak kecil, gue dikenal berandalan dulu.. Gue suka mabok, dan hidup seenaknya, wajar aja kalo mama papa gak percaya sama penjelasan gue.. Alhasil gue ngalah dan memilih pergi, awalnya gue nyalahin dua anak ini, awalnya gue gak mau nerima, tapi disurat yang keselip di saku arkan.. Orang tuanya bilang disuruh jagain arkan dan rawat dia.."

Bara menghela nafas, "Gue awalnya bingung harus gimana, hidup luntang-lantung ga jelas.. Sampe pada akhirnya gue nekat tinggal disini dan usir para preman yang awalnya menetap digubuk kecil ini. Seberusaha mungkin gue menghidupi dua anak ini."

Setelah berbincang sangat lama, Andreas dan Rena kini berpamitan.

"Bar, gue pulang dulu.. Kapan-kapan kesini lagi, oh iya gue udah daftarin arkan dan cila ke sekolah, masalah biaya lo gak usah khawatir udah gue urus semuanya.. Dan juga ini kartu nama gue, lo bisa dateng ke café ini dan kerja disana." ujar Andreas menyodorkan kartu namanya ke Bara.

Bara menatap Andreas dan Rena penuh haru, tangannya menangkup sembari berujar terimakasih.

"Makasih, makasih banyak Ndre! Makasih banyak Ren." Andreas mengangguk sambil tersenyum.

"Iya sama-sama.. Tempat ini gak layak ditempati bar,"

"Tenang ndre.. Gajian pertama gue beli rumah buat tempat tinggal, sebelum itu makasih ya. Gue gak tau harus bilang apa selain makasih." Andreas menepuk bahu bara sambil tersenyum.

"Kalo gitu gue pamit ya, udah malem kasian bumil kedinginan."

"Wah rena hamil, selamat ya.. Semoga lancar sampe persalinan." papar bara.

Arena Vs Andreas [TAMAT]Where stories live. Discover now