This One I Want

181 29 27
                                    


..

"Ibu senang kau pulang lebih cepat. Apakah tadi menyenangkan? Kau ke Disneyland bersama keluarga kecil Beomgyu, kan?"

Yeonjun diam, ia hanya menjawab dengan senyum kecil sebagai tanda bahwa apa yang dikatakan Sang Ibu adalah benar. Pergi ke Disneyland, makam Yeji, dan berakhir menangis pilu di kamar Yeji hari ini– itu cukup membuat hati Yeonjun gamang berkali-kali, juga gundah serta senang dalam waktu bersamaan.

Dan dengan datang ke rumah dan bertemu Ibunya, ia akan melepas penat yang selama ini selalu menemaninya.

"Itu bagus. Setelah ini, jangan terbiasa pulang malam karena terlalu sibuk bekerja, itu akan membuat tubuhmu lelah dengan cepat." Yoona pun dengan senang hati menyiapkan makan malam untuk putranya.

Kembalinya perusahaan milik Joyeon membuat ekonomi keluarga kecil Yoona sedikit demi sedikit naik dalam kurun waktu kurang lebih 4 tahun. Setelah kepergian Yeji, Yeonjun memutuskan untuk menyibukkan diri dengan membangkitkan kembali perusahaan milik ayahnya, disertai dengan mengikuti kuliah dengan jadwal bekerja. Yeonjun yakin jika hal itu bisa membuatnya lupa waktu dan lupa akan semua rasa sakitnya kala itu.

Tapi salah. Yang semestinya pergi, justru menetap selama bertahun-tahun dalam diri Yeonjun. Yeji dan segala kenangan mereka masih tergambar jelas, rasa kecewa dan sakit hati juga sangat amat Yeonjun ingat tatkala pemicunya datang. Sibuk dengan banyak pekerjaan tidak membuat Yeonjun merasakan lega dan juga kesiapan akan hal yang telah berlalu. Membuat Yeonjun kalut ke dalamnya.

Dan sekarang, mengetahui hal mustahil dalam hidupnya, Yeonjun tidak tahu ingin melakukan apalagi.

"Aku tahu, Ibu. Kau tidak perlu cemas, aku akan baik-baik saja," tuturnya sembari tersenyum kecil dan mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya. Masakan yang akan selalu ia inginkan itu membuat dirinya sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

"Tapi bagaimana Ibu tidak cemas jika putra Ibu yang tampan ini tersenyum dengan mata bengkaknya."

"Huh... Yeonjun, maafkan Ibu. Ibu tahu jika Ibu juga bersalah, tapi Ibu mohon jangan menyiksa dirimu sendiri, sayang. Jika lelah katakanlah, dan Ibu akan memelukmu." Yoona bahkan hampir menangis saat menyadari mata Yeonjun nampak sembab, Yoona yakin Yeonjun usai menangis tadi. Dan Yoona juga tahu sebab kenapa Yeonjun bisa meneteskan air mata dengan mudah. Tidak ada yang bisa membuatnya seperti itu kecuali satu orang, dia adalah Hwang Yeji. Satu-satunya gadis yang membuat Yeonjun tampak benar-benar rapuh pada saat tertentu.

Lelaki itu mengangguk kecil, mengeluarkan senyum simpul sebelum meraih kedua tangan Ibunya dengan lembut. "Sudahlah, Ibu. Semua juga sudah berlalu, aku sangat tahu apa maksud Ibu kala itu. Ku mohon, percayalah bahwa aku jauh lebih baik," tuturnya kemudian.

Yoona membalas dengan senyum pilu. Entah apa namanya, tapi perasaan senang sekaligus aneh berbaur menjadi satu, ia tak tahu apakah ini normal atau tidak. Tapi jelas bahwa sedikit rasa sesalnya gugur. Ia pun yakin bahwa Yeonjun pasti bisa melewati kesedihannya sedikit demi sedikit. Semoga saja tutur batin dan perasaannya benar, sebab jika tidak, mungkin ia akan kembali dirundung penyesalan tiada akhir.

"Kau harus makan yang banyak. Ibu lihat kau rajin olahraga akhir-akhir ini, tapi kau jarang makan sebanyak dulu. Sekarang habiskan semuanya."

"Yah... akan aku coba, jika masih mampu." Yeonjun terkekeh sebelum mereka memulai makan malamnya.

Rasanya campur aduk. Hari ini benar-benar melelahkan. Dari pagi sampai pulang ke rumah, Yeonjun dihadapkan dengan banyak hal. Apalagi tentang mimpi siang tadi yang membuatnya seperti dilempar ke beberapa tahun lalu. Itu membuatnya sedikit paranoid dan takut untuk pergi tidur dengan cepat.

YOUPHORIA [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora