Then Came You

167 39 77
                                    


..

"Bukankah ini hari terakhirmu ujian kelas?" 

Yeonjun menoleh sekilas ke arah Sang Ibu, memastikan bahwa Ibunya itu masih menyiapkan sarapan untuknya. Lelaki itu mengangguk, "iya. Ibu melihat jadwalku?"

Yoona tersenyum lebar sembari membawa beberapa masakan ke meja makan. "Tentu saja. Sebentar lagi kau sudah tingkat akhir, dan kemudian kau lulus dari Saebom. Ibu senang." 

Yeonjun turut tersenyum. Sudah pasti ia juga senang jika bisa lulus nantinya. Itu juga yang membuat Ibunya bangga, mendapat nilai baik dan juga akan mendapat peluang kerja lebih banyak, bukan?

Tapi membicarakan ini semua membuat Yeonjun dilanda dilema lagi-lagi. Ia kembali teringat ketika Beomgyu sungguh ingin membantunya untuk ke perguruan tinggi. Apa ia harus membicarakan ini lebih lanjut pada Sang Ibu?

"Ibu…" 

Panggilan Yeonjun itu membuat Yoona menoleh dari kegiatan makannya. Ia menoleh cepat ke arah putranya dengan raut bertanya.

"Ada apa?" Tanya Yoona kemudian.

Yeonjun nampak berpikir lama. Ia jadi bimbang sekarang. "Aku ingin minta izin dan juga saran pada Ibu. Tapi semoga Ibu tidak marah padaku." 

"Katakan, sayang." 

"Emm, ketika aku lulus nanti. Apakah aku bisa pergi ke perguruan tinggi?" 

Dalam gugupnya Yeonjun, Yoona justru tertawa pelan. Mengusap punggung tangan Yeonjun yang bebas di atas meja. 

"Apa kau takut jika Ibu tidak memberimu izin? Dengar ini, Ibu tidak akan menghalangi apapun yang akan kau inginkan. Lakukan jika itu membuatmu senang dan berubah menjadi yang lebih baik. Ibu selalu mendukungmu." 

Tapi raut wajah Yeonjun belum sama sekali menunjukkan tanda-tanda bahagia. Ia justru kalut dengan pikirannya sendiri. "Bukan perkara dukungan dan semacamnya, Ibu. Di sini kita menyinggung sisi biaya dari kuliah itu sendiri. Ibu tahu, di sana sangat mahal–"

Perkataan Yeonjun terpotong begitu saja oleh Yoona yang mengisyaratkannya untuk diam sejenak. 

"Apa kau mempermasalahkan uang yang harus dikeluarkan nanti?" 

"Aku hanya tidak mau Ibu terus-terusan untuk bekerja lebih keras dari sebelumnya. Aku tidak mau Ibu sakit hanya karena mencari biaya untuk kuliahku." Balas Yeonjun dengan lembut.

Yoona terdiam. Ia hampir saja menangis dari apa yang Yeonjun ungkapkan padanya. Putra sematawayang yang sangat ia cintai, begitu tidak rela jika dirinya bekerja berelebihan? Lalu bagaimana jika Yeonjun tahu jika dirinya mendapatkan rumah ini kembali karena adanya uang pinjaman?

"Jika kau ingin, lakukan saja. Datangi sekolah yang kau mau. Ibu akan membiayaimu karena itu tanggung jawab Ibu. Ibu ingin putra Ibu satu-satunya ini bisa merasakan bagaimana menjadi mahasiswa seperti orang lain. Ibu juga ingin kau bisa mengembalikan perusahaan Ayahmu seperti dulu. Ibu ingin di masa depan, putra Ibu tidak perlu bersusah payah kerja kasar. Ibu ingin kau bahagia dengan keluaraga kecilmu saat Ibu sudah tidak ada nanti."

Yeonjun terus terang menatap tak suka saat mendengar penuturan Ibunya itu, ia mengeluarkan sergahan kemudian.

"Apa yang Ibu katakan? Ibu tidak boleh bicara begitu. Jika Ibu ingin aku ke perguruan tinggi, berjanjilah jika kata-kata tadi tidak keluar lagi, Ibu." 

Dan suasana pagi itu menjadi sedikit berbeda dari biasanya. Kali ini terlihat lebih serius dari pembicaraan lain. 

"Maafkan Ibu. Maaf jika kata-kata Ibu membuatmu takut. Ibu hanya tidak ingin kau mengalami kesulitan di masa depan." 

YOUPHORIA [✔]Where stories live. Discover now