Nightmare

286 53 51
                                    

..

cklek...

"Terimakasih."

Yeji membalas Yeonjun dengan senyum. Lepas dari kejadian tak mengenakkan hari ini yang dialami Yeonjun, Yeji memutuskan untuk mengikuti Yeonjun pulang. Berjalan kaki bersama Yeonjun, lagi.

Oh benar, jangan lupakan sepeda milik Yeonjun yang dibawanya pulang juga. Mungkin akan ia perbaiki di bengkel lain hari.

"Kau mencari apa?" Yeonjun yang melihat Yeji tengah mencari sesuatu itu lantas bertanya.

"Dimana kotak obatnya?" Gadis itu justru balik bertanya.

Tapi Yeonjun tak langsung menjawabnya. Ia pikir itu akan merepotkan Yeji yang sudah jauh-jauh kemari menemaninya berjalan kaki. Dan sekarang gadis itu ingin mengobati Yeonjun? Sungguh baik hati, tapi Yeonjun lebih memilih tidak.

"Hei, dimana?"

"Ah, itu. Tidak perlu, aku sudah banyak merepotkanmu," balasnya yang mungkin sedikit terdengar, lembut?

Tapi Yeji menggeleng setengah jengah. Ia turun tangan sendiri, mengabaikan bahwa ia menggeledah rumah orang dengan sedikit bar-bar. Tapi justru membuahkan hasil, lihat, sekarang kotak P3k itu sudah ada di tangannya.

"Kau tidak merepotkan sama sekali, kita teman jika kau lupa. Mengobatimu seperti ini tidak akan merugikanku sama sekali," lontar Yeji sembari mengusapkan kapas beralkohol itu pada beberapa titik wajah Yeonjun yang membiru. Sangat disayangkan.

Pemuda itu hanya meringis mengingat ini adalah luka yang pertama ia dapat selama 18 tahun.

"Iya, terimakasih lagi. Kau bisa pulang setelah ini."

"Kau mengusirku?" Yeonjun sedikit panik ketika Yeji mengubah rautnya menjadi kesal. Hei, apa ia salah bicara?

"Ah bukan itu maksudku, mungkin orang tua atau kakakmu sudah menantimu pulang sekarang," bela Yeonjun.

Gadis itu hanya terkekeh pelan. Masih membalutkan obat antiseptik di wajah Yeonjun. "Tidak perlu khawatir jika itu bersamamu. Kak Hyunjin tahu dirimu, haha."

Bagai teratai yang tengah berbunga. Entah ini perasaan senang Yeonjun atau memang ia bersyukur jika ia secara tidak langsung diberikan kepercayaan oleh kakak kelasnya itu. Rasanya Endorphin Yeonjun memuncak perlahan-lahan.

"Yah, okay. Lalu sekarang sudah selesai?" Tanya Yeonjun ketika Yeji memberikan plester terakhir pada sisi kiri pipinya.

Gadis itu mengangguk berulang, tanda bahwa memang sudah selesai. Mungkin beberapa menit untuk singgah sebentar lagi sebelum memutuskan untuk pulang.

"Ah iya, bagaimana dengan rekom– eh?"

cklek...

"Ibu? Ibu baru pulang?"

Ya. Pintu tiba-tiba terbuka dan sosok wanita paruh baya muncul disana. Yeji tahu, itu pasti Ibu Yeonjun. Karena memang Yeonjun menyapanya dengan sebutan 'Ibu' bukan?

"Ah, selamat sore bibi," sapa Yeji ramah. Ia bahkan membungkuk pada Yoona.

Yoona tersenyum melihat gadis disebelah Yeonjun itu. "Sore juga, siapa namamu? Kau teman sekelas Yeonjun?"

"Hwang Yeji, hehe. Aku tidak sama dengan Yeonjun, aku teman sekelas Ryujin " dan Yoona mangangguk paham kemudian. Jika Ryujin ataupun Beomgyu, ia sudah hapal betul

"Emm bibi, Yeonjun, aku harus pulang sekarang," pamit Yeji tiba-tiba. Ia bahkan sudah menggendong tasnya siap.

Tak punya alasan khusus untuk mencegah Yeji pulang akhirnya Yoona dan Yeonjun mengantar sampai ke depan teras. Membalas lambaian tangan Yeji yang sekarang hanya terlihat punggungnya saja berjalan menjauh. Ah, Yeonjun merasa semakin tidak enak hati pada gadis itu.

YOUPHORIA [✔]Where stories live. Discover now