─ xvi: "B FOR BLITZ, B FOR BOMBE"

135 37 159
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

this chapter dedicated to
whorandogs for the time
and willingness to read
this story

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

THE THEORY OF METANOIA

CHAPTET SIXTEEN • B FOR BLITZ, B FOR BOMBE

Let the secret be a secret.

        PERTUKARAN suku kata tandus yang mendatangkan prasangka, cerita, hingga tawa telah berakhir seperti sinar sang surya yang ditelan cakrawala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

        PERTUKARAN suku kata tandus yang mendatangkan prasangka, cerita, hingga tawa telah berakhir seperti sinar sang surya yang ditelan cakrawala. Namun, pagi ini, surya tak memamerkan goretan merahnya meskipun halaman utama koran yang tadinya menampakkan foto separo badan Archibald Wistletone telah digantikan gambar hitam putih pusat London tercinta yang secara sengaja dijadikan landasan The Blitz dan merenggut nyawa puluhan orang. Bahkan berpuluh-puluh kepala keluarga hanya bisa menangisi reruntuhan kediaman berharga mereka yang kini bersatu dengan serbuk sisa raungan The Blitz. Sedangkan nun jauh di sana, salah seorang komandan Kriegsmarine sudah mengirimkan pesan terenkripsi untuk menghabisi Inggris yang kurus tanpa motivasi.

       Adam bukan satu-satunya pria yang menyadari Adolf Hitler kemungkinan tersenyum puas bermil-mil jauh dari tempatnya berdiri, sebab Raja George VI pun, sudah mengejutkan seisi Istana Buckingham ketika mantel tidurnya mengusir beberapa debu lantai istana hanya untuk menggapai gagang telepon dan melongok sisa-sisa kebengisan semalam yang membuat netra dia berair parah. Bahkan, Archibald Wistletone yang tertinggal di Chiswick mulai merencanakan evakuasi pribadi meskipun Operasi Pied Piper belum mampu mengangkut seluruh anak untuk meninggalkan London. Lalu Richard, kehilangan tarikan sudut bibirnya sejak aula utama Eton College dipenuhi nyanyian dan doa di bawah teror Nazi.

       Inggris kurus tanpa motivasi, itulah yang tertulis sebagai kalimat pembuka koran pagi ini di bawah biasan cahaya kacamata Adam. Selagi salah satu tangan menarik roti isi di atas piring, irisnya terus mengeja hingga batang hidung merasa pegal meyangga tubuh kacamata dengan tatapan sengsara. Bagaimana tidak? Beberapa potret yang menampilkan lebih dari selusin raga tanpa nyawa terjebak di bawah reruntuhan, sisanya terbaring berjajar menanti rumah baru mereka diciptakan.

       Akibat dari tekanan kenyataan yang memungkinan motivasi Inggris digantikan duka untuk sesaat, ia memijit tulang hidungnya sebelum meletakkan kacamata itu di atas meja. Pikiran sempat mendeklarasikan sesuatu yang menurutnya harus disuarakan melalui tulisan. Namun, mengingat pekerjaannya bisa mencegah landasan The Blitz lainnya maupun serangan konvoi di laut lepas sana, ia berpikir bahwa orang-orang harus melupakan duka dan mengubah persepsi ini sebagai motivasi yang menggemukkan Inggris. Bagaimanapun, sebuah serangan pasti akan menyulut amarah, dan pria seperti Alastair Denniston pun akan segera merasakan sensasi itu begitu menyadari perbuatan Jerman semalam.

The Theory of MetanoiaWhere stories live. Discover now