─ xxix: "THE FLUSTER ALIBI"

52 15 53
                                    

THE THEORY OF METANOIA

CHAPTER TWENTY NINE • THE FLUATER ALIBI

We pay you pretty handsomely through freedom.❞

        MENJELANG seminggu keberadaan Adam disembunyikan tembok HMP Wandsworth, beberapa hal mulai menggelantungi pikirannya sampai-sampai mereka tak bisa bisu di sana

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

        MENJELANG seminggu keberadaan Adam disembunyikan tembok HMP Wandsworth, beberapa hal mulai menggelantungi pikirannya sampai-sampai mereka tak bisa bisu di sana. Ia menuntut selembar kertas dan pena untuk hal paling tak biasa Adam lakukan; membuat monolog perasaannya. Jikalau dia berencana pensiun dalam empat puluh tahun terakhir, mungkin coretan di atas kertas buram itu mampu memberinya inspirasi untuk ditulis di dalam autobiografi sebab dia tengah memelankolisasi kegagalan sebuah revolusi—tidak juga. Entah kata apa pun yang dirangkai di sana, jelas membuat pena itu bergerak tergesa-gesa.

       Punggungnya berkeringat ketika kata meluncur terlalu deras melalui ujung pena. Sementara tembok di belakang dia berusaha untuk menahan guyuran keringat, knop pintu ruangan itu dibuka secara tiba-tiba. Seorang pria berseragam menyaksikan bagaimana sepasang netra Adam—bagai belantara yang disinggahi kawanan gagak—seketika menatapnya; mempertanyakan keberadaan pria itu yang baru saja menelan kengerian. Maka Adam yang tak lagi menarikan pena di atas kertas pun mengangkat sepasang alis. Menuntun bibir pria berseragam untuk berkata, "Ada tamu untukmu. MI6."

       Mendengar itu, punggung yang sempat membungkuk seketika diluruskan. Kertas pun dilipat secepat mungkin untuk disembunyikan di bawah bantal. Ia mengantongi pena bermandikan keringat di saku celana selagi menuntun tungkai meninggalkan ruangan. Pria berseragam itu pun menutup pintu sebelum mengarungi lorong rumah tahanan bersama pemecah kode berkedok interniran.

       Bukan sebuah kejutan jika dia digiring menuju ruangan dengan satu bohlam lampu yang sama dan seorang pria yang mengetuk-etuk wajah meja di hadapan. Nyaris bak jelmaan deja vu jika Adam boleh jujur. Rasanya dia bisa melihat dirinya sendiri kembali berhadapan dengan Menzies melalui sudut pandang orang ketiga. Bahkan ia bisa melihat tangan penjaga rumah tahanan itu menutup pintu.

       Meski Adam tak tampak mengharapkan satu atau dua hal menyenangkan diucapkan Menzies—bukan karena ia merasa betah di sini—bibirnya tetap menuntut sesuatu yang terdengar seperti, "Aku tak ingin menjelaskan apa pun lagi sebab kau sudah menerima akses untuk mengintip privasiku. Jangan buat aku menjawab pertanyaan kecuali kebebasan kau berikan sekarang juga."

       "Baiklah," embusan napas Menzies lolos. Jemarinya berhenti mengetuk meja seketika, "kau bisa kembali memerangi Enigma."

       Adam bergeming. Detak jantung dan deru napasnya masih normal. Euforia bahkan tak tampak menggelitik hati dia. Hanya atensi yang sama—bagai belantara disinggahi kawanan gagak—mencetak air muka.

The Theory of MetanoiaDär berättelser lever. Upptäck nu