2O - Sia-sia?

874 89 15
                                    

Yang sia-sia akan jadi makna.

Di balik semua yang terasa sia-sia, ada sejuta pengalaman. Ada canda tawa selama battle berlangsung, ada perkelahian berakhir makna, dan ada memori abadi terukir. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa respon tercepat yang hati mereka terima adalah kecewa. Reaksi alamiah seseorang ketika tahu bahwa apa yang mereka perjuangkan justru gagal tanpa aba-aba.

Bahkan jajaran quotes motivasi tidak mempan dalam menyadarkan mereka karena rasa sedih masih mendominasi diri masing-masing murid XII IPA 1. Seolah semua berpusat pada kesalahan mereka.

Jo menutup pintu kelas. Apel penutupan telah selesai dengan X IPA satu peraih kategori solidaritas dan peraih skor soal tertinggi sementara, X IPS peraih poin tertinggi. Jo menatap semua siswa di kelasnya. Ada beberapa siswi yang menangis, mengekspresikan rasa sedih mereka. Tatapan para siswa juga dapat Jo ketahui mereka sama kecewanya.

"Maaf, maaf buat semuanya. Gue terlalu pecundang buat jadi pemimpin kalian," ujar Jo.

Seakan trakea tidak menyalurkan oksigen pada paru-paru dengan baik. Ketua kelas itu membutuhkan pasokan oksigen yang lebih akibat sesak di dadanya.

"Gue mau lo semua dengerin apa yang gue omongin dan gue berharap kalian paham."

Sikap tegas Jo menarik atensi semua murid kelas.

"Charles Darwin pernah bilang."

Jeda beberapa saat.

"Seseorang yang berani membuang satu jam waktunya tidak mengetahui nilai dari kehidupan."

"Kita tahu kalau kita udah pakai waktu kita dua belas jam buat battle. Kita tahu kita udah kerahin semua waktu, tenaga dan pikiran semaksimal mungkin."

"Gue mau kalian ngerti. Walaupun orang lain anggap kita gagal, cuma kita yang tahu sejatinya apa yang kita punya dalam diri kita. Dua belas jam nggak sia-sia. Kita dapet banyak hal baru."

"Kita ambil ambil sisi positifnya aja dan buang negatifnya."

"Come on! Jangan ngerasa apa yang kita perjuangin semalam sia-sia. Oke?"

Melihat beberapa siswa mengangguk dan mengusap air mata Jo tersenyum simpul. Mereka memang gagal dalam output battle. Namun, dalam benak mereka, kemenangan itu ada. Mereka menang melawan kata menyerah, menang dari rumitnya soal dan menang dari seluruh problematika yang ada.

"Gue nggak larang kalian sedih, kalian nangis, kecewa. Tapi, besok waktu masuk sekolah gue mohon untuk lupain kejadian hari ini."

"Kalian pulang, istirahat dan reset pikiran kalian. Masuk sekolah besok, jalanin hari kayak biasa. Anggap semua ini nggak pernah terjadi."

Terdengar jahat jika kita tidak tahu maksud Jo. Jo sendiri mengakui bahwa dirinya saat ini sejahat itu. Namun, Jo hanya ingin temannya melupakan kejadian ini untuk beberapa hari ke depan karena dampak dari kegagalan ini masih terasa begitu jelas dan bisa memancing kesedihan yang berlarut-larut.

Sah-sah saja jika mereka ingin bernostalgia, akan tetapi dalam kurun waktu berjangka. Untuk saat ini bernostalgia adalah waktu yang salah.

****

"Loh, kok nangis?" tanya Arya bingung ketika Ayyara memasuki mobil.

Cowok dengan kaos putih serta celana selutut berwana grey tersebut menatap khawatir kembarannya. Sorot matanya tak lepas dari Ayyara yang mengambil tisu di dashboard.

"Kelas gue didiskualifikasi!" ujar Ayyara di tengah isak tangisnya.

"Kenapa bisa?"

"Ketahuan pakai HP, yang dipakaI HP gue, Kak. Ini semua gara-gara HP gue."

PYTHAGORAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang