O1 - EXPERIMENT?

3.3K 212 19
                                    

Oxygenium. Sebuah hal yang seorang Ayyara Reynaita butuhkan ketika melihat betapa tampannya laki-laki nomor satu SMA Angkasa. Ayyara benar-benar tidak mengerti lagi bagaimana menjabarkan sosok tersebut. Di matanya, dia sempurna.

Netra indah Ayyara terus tertuju pada pemain basket dengan nomor punggung 1 itu. Namanya Ravindra Azamelvoz. Ayyara yakin, semua siswa-siswi SMA Angkasa mengenal cowok itu. Cowok yang menempati juara pertama di setiap semesternya. Bermuara dari sanalah Ravindra selalu disebut sebagai nomor satunya SMA Angkasa.

"Gak bakal dia tertarik sama lo. Gue yakin seratus persen Apin bakal lebih pilih bakpao daripada lo," ujar Arya yang duduk di sebelah Ayyara.

Ayyara menoleh ke arah kembarannya itu dengan dua alis yang bertemu, pertanda bingung. "Bakpao?" beonya.

"Iya, semua anak Angkasa juga tahu kalau Apin bucin akut sama bakpao."

Satu fakta lagi yang membuat Ayyara semakin menjatuhkan hatinya pada sosok Apin. Ayyara tersenyum lebar. Ia menepuk bahu Arya penuh semangat hingga membuat Arya meringis pelan.

"Kalau gue berhasil bikin Apin jadi pacar gue, lo harus dukung impian gue jadi pemain biola. Gimana?" papar Ayyara mengajukan sebuah tantangan.

"Lo mau jadiin Apin taruhan?" cecar Arya semakin tidak mengerti. Pikiran Ayyara semakin ke sana-sini tidak jelas.

"Enggak, Kak. Sebagai reward aja kalau gue bisa luluhin orang yang gue suka."

Arya mengangguk paham. Reward, nyaris seperti taruhan. Jika Apin tahu apa tidak akan menjadi masalah besar? Namun, Arya tidak ingin ikut campur urusan hati Ayyara untuk kali ini. Lagi pula Apin tidak terlihat jahat. Semoga saja kembarannya tidak akan menangis hanya karena sakit hati.

"Hai, kenalin aku Ayyara. Nama kamu siapa?" tanya Ayyara dengan suara dibuat supaya terdengar imut. Tangan kanannya ia ulurkan, bermaksud mengajak Arya berjabat tangan.

Seketika Arya bergidik ngeri melihat tingkah sok manis dari Ayyara. Ingin sekali memuntahkan isi perutnya akibat suara menggelikan dari gadis itu.

"Sinting, nih anak lama-lama," hardik Arya, menepis tangan Ayyara.

Tatapan mereka teralih tatkala seruan penonton terdengar memenuhi indoor SMA Angkasa. Ayyara sontak ikut berdiri mengetahui tim kelas XII telah mengalahkan tim kelas XI yang menjadi lawan. Sementara Arya, tersenyum geli.

"COWOK GUE KEREN!" pekik Ayyara.

"Dia gak kenal lo," tandas Arya.

Seketika senyum lebar Ayyara lenyap. Tak segan-segan gadis itu menggeplak lengan Arya sedikit keras.

"Calon pacar!"

Ayyara mengedarkan pandangannya ke penjuru indoor. Semua penonton telah membubarkan diri keluar pintu indoor. Namun, mata Ayyara justru tertuju pada Apin yang masih menyiram rambutnya dengan air dalam botol. Tanpa peduli Arya, Ayyara langsung berjalan tergesa-gesa menghampiri Apin.

Beruntung pemain basket lainnya sudah pergi ke luar. Hanya menyisakan Apin dan Ayyara di lapangan basket.

Apin mendribble bola beberapa kali, lalu melempar asal bola itu hingga masuk ke dalam ring. Bola itu terpental beberapa meter dari tempat Apin berdiri. Lebih tepatnya bola basket itu mengenai ujung sepatu seorang gadis.

"Punya lo?" tanya Ayyara sembari mengulurkan bola oren itu.

Menjadi serendipity bagi Ayyara saat bola itu tak sengaja membuat Apin melihatnya di sana. Mempercepat tempo detak jantungnya saat menyadari tatapan itu benar-benar hanya untuk dirinya.

"Hm, thanks," ucap Apin. Apin menerimanya, tak lupa ia juga memundurkan langkahnya. Terlihat arogan, berhasil memorak-poranda hati Ayyara yang dimabuk asmara.

"Lo anak IPA?" tanya Ayyara tiba-tiba.

Apin yang berniat mengambil tas, menoleh ke arah gadis itu. Ia melirik ke sekitarnya, tidak ada siapa pun selain dirinya. Jarinya terarah menunjuk dirinya.

"Lo ngomong sama gue?"

"Iya."

Dengan ragu Apin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan tiba-tiba Ayyara tadi.

"Tadi di kelas lo bikin eksperimen, ya?"

Lagi dan lagi Apin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lo mau eksperimen bareng gue gak?"

Terlihat alis Apin mengernyit bingung ketika gadis beraroma vanila itu melontarkan pertanyaan random. Apin menatap lebih dalam mata polos yang berani menatapnya sejak tadi.

"Eksperimen jatuh cinta, kita bahan percobaannya," kata Ayyara.

Segala tingkah Ayyara benar-benar membuat Apin tertegun. 40% jiwa Ayyara aneh dan 60%nya lagi sangat aneh. Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, Apin berlalu pergi meninggalkan Ayyara. Apin jadi takut jika gadis itu kerasukan jin cinta.

"Sinonimnya, lo nembak gue?" tanya Apin.

"WOI, PIN BURUAN ADA EVAL!" teriak Aldev si kapten basket di tengah pintu indoor.

Apin buru-buru memungut barangnya, tergesa untuk menyusul Aldev. Namun, sebelum dia berlari keluar, dia melirik Ayyara terlebih dahulu.

"Gue harap lo bercanda," kata Apin langsung berlari menjauh.

"GUE SERIUS, EKSPERIMEN JATUN CINTA GAK SEBURUK ITU KAN?"

Teriakan lantang dari Ayyara membuat Apin menoleh lagi, meskipun Apin sudah di ambang pintu.

"KLO KITA SEKELAS, KITA PACARAN!"

"OKE DEAL, GUE BAKAL SUSUL LO KE UNGGULAN!"

Usai punggung Apin menghilang di balik pintu, Ayyara menjatuhkan dirinya. Ia memegang kepalanya yang mendadak pusing. Kini setidaknya dia lega. Apin tidak menolaknya, hanya saja mengajukan syarat.

"Kelas unggulan? KAYAKNYA GUE KESURUPAN!"

☆☆☆☆

Versi baru dan lebih seru 🤯

Buat yang udah baca versi sebelumnya, baca ulang ya karena ini 1000× lebih seru.. hemm ya mungkin si eheheh

Jangan lupa makan dan jangan terlalu sering overthinking. Aku sayang kamu! ❤️


PYTHAGORAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang