46 - Tanah Merah

328 19 0
                                    

Proses pemakaman telah berakhir. Para peziarah mulai meninggalkan area tanah merah yang masih basah. Meninggalkan orang-orang terdekat yang masih di sana. Azalea menarik Jo dan Fanny untuk ikut pulang supaya keluarga Ayyara bebas mengekspresikan kehilangannya. Begitu juga dengan Aldev yang menarik Apin dan Garza.

Kini tersisa keluarga Arya dan Arzan. Tangis Raya masih terdengar jelas. Rasa penyesalan begitu besar menghantam relung jiwanya. Putrinya pergi setelah pertengkaran hebat malam itu.

Rey menaburkan bunga terakhirnya. Mengecup singkat nisan makam Ayyara.

“Maafin orang tua kamu, sayang. Kami udah jahat sama kamu.”

Di balik kacamata hitamnya, Arya menatap sendu pada makam Ayyara. Dia tidak ingin mengucapkan kata selamat tinggal karena baginya Ayyara tidak pernah pergi. Ayyara akan selalu ada di hidupnya. Entah dalam ingatan atau dalam sebait ungkapan rasa rindu.

“Gue lebih rela jadi hipotenusa buat lo dari pada lihat lo pergi, Ay,” ujar Arzan pelan.

Pada akhirnya cintanya dipaksa lenyap. Harapan bersama Ayyara hilang tak tersisa. Arzan tidak memiliki kesempatan sekali pun untuk berada di hidup Ayyara sebagai tokoh favorit gadis itu.

Arya dan Arzan berniat pergi. Namun, suara Rey menghentikan langkah mereka.

“Pulang, Ar. Jangan bikin Mama sama Papa kehilangan untuk kedua kalinya,” pinta Rey.

Rey bangkit, menghampiri putranya.

“Izinin orang tua kamu ini jalanin perannya sebagai orang tua yang tulus sayang sama anaknya. Maafin Papa sama Mama.”

Arya tertawa pelan. “Papa sama Mama mau aku rasain kasih sayang dari kalian? Sementara Ayyara gak pernah sekali pun dapet rasa itu? This’s not fair.”

“Papa mohon, Ar. Cuma kamu yang Papa sama Mama punya sekarang. Kasih kesempatan ke dua ya, Ar?”

Arya menimangnya sejenak. Dia mengangguk dua kali. “Only a second chance, not a third.”

Tanpa aba-aba Rey memeluk Arya erat. Dia tahu jika Arya adalah sosok paling kehilangan di sini. Arya yang selalu menjaga Ayyara sepenuh hati melebihinya dan Raya.

Arzan tersenyum simpul. Ia turut senang melihat perubahan sikap dari orang tua si kembar. Semoga saja setelah ini tidak ada korban lagi.

☆☆☆☆

Apin bersandar pada pintu mobilnya. Ia terkejut setelah mendapati kabar bahwa Ayyara telah berpulang. Dia terpukul.

Terlebih tindakannya dalam menghancurkan mimpi Ayyara. Belum sempat dia meminta maaf pada gadis itu. Namun, takdir berkata lain. Sudah tidak ada lagi kesempatan untuk memohon maaf.

“Ngejalanin rencana apalagi lo berdua sampai bikin Ayyara pergi?”

Langkah Arya dan Arzan terhenti. Dua cowok itu menatap Apin yang sengaja menunggu mereka di depan pemakaman.

“Gak usah sok tau,” desis Arzan.

“Sok tau? Jelas-jelas ini semua ulah kepsek sama Bu Dewi. Gak mungkin gak ada sangkut pautnya sama rencana gila lo berdua!”

Arya membenarkan letak kacamatanya. Dia meringsut maju.

“Lo gak ada rasa bersalah sedikit pun?”

Apin tertawa pelan. “Gue gak ikut rencana busuk lo!”

“Setelah lo hancurin mimpi Ayyara sampai Ayyara diusir dari rumah? Malem-malem Ayyara berusaha bertahan hidup padahal hidupnya udah lo hancurin. Lo ke mana? Lo gak pernah ngerti karena yang lo ngerti Cuma empati sampah lo doang!” gertak Arya.

Apin terdiam. Ia tidak menyangka jika Ayyara diusir dari rumah setelah kompetisi kemarin. Ini semua memang salahnya, salahnya tampil bersama Fanny.

“Diem kan, lo?” kekeh Arzan. “Laganya kayak orang yang berkontribusi besar di hidup Ayyara. Aslinya mah, penghancur mimpi Ayyara.”

Arya tersenyum miring. Playvictim sekali jika Apin mengaku dirugikan di sini.

“Kalau lo masih bisa cari ribut artinya lo udah gak punya harga diri,” tandas Arya berlalu pergi.

“Lo mau tau satu fakta?” Arzan mendorong bahu Apin dengan telunjuknya. “Lo satu-satunya orang yang jadi alesan kenapa Ayyara gak bahagia sebelum pergi. Lo hancurin mimpinya dan lo bikin dia diusir dari rumah.”

Setelah itu Arzan pergi meninggalkan Apin yang terdiam bisu di tempat. Tangan Apin yang mengepal kuat kini mengendur. Cowok itu menatap ke arah pemakaman di mana menjadi tempat istirahat terakhir mantan kekasihnya.

“Aku emang buruk, Ay. Maaf buat semuanya. Aku bakal selalu kirim doa buat kamu,” ucap Apin bersama linangan bening yang lagi-lagi berjatuhan.

Pada akhirnya kisahnya pada cerita ini berakhir. Kisah perjalanan cinta si juara pertama dan terakhir siswi unggulan kandas dengan kesedihan yang mendalam.

Dari Ayyara Apin banyak belajar. Belajar cara mencintai, belajar cara merajut kisah indah dan memberitahu pada Apin untuk lebih memprioritaskan peran yang penting. Bukan memakan empati menyesatkan hati. Empati yang membuat Apin menjadi seorang people pleaser dan dimanfaatkan sampai dia tidak sadar bahwa tindakannya menjadi bom dalam hidupnya.

Dari Ayyara, Apin akan berusaha memperbaiki perilaku dan pola pikirnya menjadi lebih baik.

Terima kasih kepada Ayyara yang telah mengisi halaman kosong pada buku cerita seorang Ravindra Azamelvoz. Antara trio R dan triple A yang sudah tidak lagi lengkap. Kisah yang akan dikenang sebagai bukti pengorbanan seorang gadis belia dalam membongkar perilaku busuk pihak sekolah.

Dari mereka, dapat dipahami bahwa alur semesta sulit ditebak. Tentang asa yang terpatahkan, harapan yang terhempaskan dan rencana yang gagal. Gagal akan selalu mendampingi setiap proses dalam menuju kesuksesan.

Cerita dunia Ayyara sudah selesai.
Namun, hidup tokoh lain akan terus berjalan. Entah dalam bahagia atau terjerat tangis duka.

☆☆☆☆

PYTHAGORAS (END)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora