O5 - Tes Unggulan

892 102 12
                                    

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Rotasi bumi pada porosnya menjadi alasan mengapa siang berganti malam. Begitu seterusnya karena bumi tidak pernah berhenti berotasi. Artinya, waktu tidak dapat dihentikan. Apa yang terjadi harus dijalani meski bertentangan dengan keinginan manusia.

Ayyara menatap punggung Arya di bangku depannya. Jika kemarin dia merasa khawatir akibat amarah cowok itu. Kini ia ingin sekali menghajar wajah tampan Arya. Tanpa persetujuannya Arya berpindah ke tempat duduk Arzan hingga membuatnya berakhir sebangku dengan Arzan.

“Lihat aja gue bakal tunjukin ke lo kalau gue bisa jadi yang pertama!” cecar Ayyara sembari menggenggam erat bolpoinnya.

“Yakin kalau improvisasi lo bakal bikin lo lolos tes?”

Memang benar Ayyara kurang matang dalam melakukan persiapan. Bahkan les yang ia ikuti ternyata tidak berpengaruh besar baginya. Ayyara lebih suka belajar, memahami semua hal sendirian.

“Beruntungnya ada tes unggulan, jadi nggak perlu khawatir kalau nilai PAS gue anjlok.”

“Itu gelapnya kelas unggulan.”

Arya dan Arzan. Dua siswa yang mengatakan bahwa unggulan bukan hal yang menyenangkan. Egois dan gelap. Dapat Ayyara simpulkan jika ada sesuatu di dalam kelas tersebut.

Apa yang terjadi sebenarnya?

“Pasti lo yang ajak Arya ribut duluan gara-gara kelas unggulan,” kata Arzan setengah berbisik.

Di tengah pusingnya koligatif larutan yang guru kimia sampaikan di depan, dua siswa pojok belakang justru beradu tatap mengerikan.

“Lo mau mati?” bisik Ayyara.

“Sama gue generalisasi seksis nggak akan berlaku.”

“Lo belain dia karena dia sekutu sama lo!”

Arzan berdecih pelan mendengar kalimat kosong itu. Ayyara selalu menyimpulkan semuanya sesuka hati. Tidak peduli jika yang ia ucapkan termasuk playvictim.

“Karena lo emang salah.”

“Arya yang ngajak ribut.”

“Mulut lo yang nggak ngerti etika!” sentak Arzan dengan tatapan bengisnya.

Keributan itu menarik atensi semua pasang netra ke arah bangku paling pojok belakang. Dua remaja itu sepertinya melupakan fakta bahwa guru kimia masih berada di kelas. Mengarahkan tatapan tajam kepada mereka.

“ARZAN!” tegur guru Kimia itu.
Arzan segera menghadap ke depan dengan kesal. Ayyara yang mengajaknya bertengkar hingga ricuh, namun dia yang mendapat teguran.

“Coba jelaskan apa yang sudah saya terangkan!”

Laki-laki di sebelah Ayyara menghembuskan napasnya panjang sebelum menjawab.

“Sifat koligatif larutan. Sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Singkatnya semakin banyak zat terlarut, maka sifat koligatif akan semakin besar.”

Ayyara mendengkus dalam hati. Tidak heran jika Arzan menjawab dengan lancar. Statusnya sebagai badboy pentolan sekolah tidak pernah sedikit pun mengurangi kadar kepintaran otak Arzan. Terlihat tanpa belajar, namun mencetak hasil memuaskan.

“Nggak beda sama manusia. Makin besar keinginan, ketidaksadaran diri juga semakin besar.”

Dan.. detik berikutnya tatapan membunuh Ayyara jatuh tepat di manik mata Arzan. Ia merasa Arzan sengaja menyindirnya. Ayyara spontan berdiri, mendorong bahu Arzan kasar.

“KALAU MAU RIBUT NGGAK USAH NGODE!”

Merasa di kelas hanya berdua. Ayyara seolah buta dan tuli dalam sekejap. Semua sistem otaknya menolak berpikir normal. Melupakan para siswa dan guru yang terganggu akibatnya.

PYTHAGORAS (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon