" Haluka, bobom, Mia. Nanti pulang cekolah bantuin Lea caliin daddy Lea ya." Perintah ketua dan dianggguki pasukannya secara asal.

" Tapi Lea takut ama daddy." Ujar Stella dengan raut sedih.

" napa?" Tanya bobom.

" Kemalin daddy malah-malah waktu mommy udah bobok." Jelasnya.

⚔️⚔️⚔️

Perhatian seorang laki-laki teralihkan pada seorang pria paruh baya yang baru datang.

" Bagaimana?" Tanya Arifin.

Aryo menendang meja kaca di depannya dengan nafas memburu.
" Anak sialan, selalu saja menyusahkan. Bukannya menemani istrinya, dia malah kabur entah kemana."

Arifin mengusap wajah kasar, ia benar-benar frustasi karena putrinya masih tertidur lelap selama dua hari ini pasca melahirkan dua malaikat kecil.

" Dia depresi, hingga akhirnya pergi melarikan diri." Ujar Arifin menatap langit-langit rumah.

Aryo ikutan duduk di sofa depan besannya, ia mengeluarkan sebatang rokok lalu menghisap dalam-dalam.
" Bayi kembarnya? Perempuan atau lelaki?"

" Laki-laki dan perempuan." Jawab Arifin.

Sudut bibir Aryo terangkat, bahkan belum melihat secara langsung pun ia sudah bisa membayangkan betapa menggemaskannya kedua bayi itu.

" Aku harap Stella tidak emosi saat melihat Gio menjadikan adik perempuannya seperti seorang ratu juga." Ujar Aryo.

" Impossible. Dia balita yang sensitif dan pasti akan merengek ' daddy gak cayang Lea ' berusaha untuk mencari perhatian." Balas Arifin.

" ACALALEKOM..."

Keduanya serentak bersembunyi di bawah sofa saat mendengar nada cadel bocil memasuki rumah.

Stella berlari tuing tuing memasuki rumah. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah Opa nya dan tidak menemukan siapa pun.

" DUARRR..."

Stella yang awalnya terkejut lima detik berganti menjadi tertawa seraya menepuk tangan gembira.

" Glanpa..." Balita itu segera berlari ke pelukan sang sugar kakek yang tertawa ringan.

Persetan dengan jabatan atau harga diri, ini semua mereka lakukan untuk menghibur Stella yang merasa kesepian sebab kedua orangtuanya tidak ada yang menemani.

" Grand'pa bawa mainan banyak-banyak lho. Mau liat gak?" Tanya Aryo dibalas anggukan semangat oleh Stella.

Mereka hendak berjalan ke garasi untuk mengeluarkan mainan dari dalam mobil. Namun..

" Mommy udah angun?" Tanya Stella menghentikan langkah Aryo.

" Belum sayang. Mommy Lea masih bobok." Jawab Arifin.

" Telus daddy udah pulang?" Tanya Stella lagi.

Aryo mengalihkan pandangan ke arah lain, berusaha menahan rasa sesak saat melihat kerinduan di mata balita itu.

" Bentar lagi pasti pulang, sayang. Grand'pa udah suruh orang untuk jemput daddy." Balas Aryo.

Stella akhirnya memasang raut cemberut. Ia memainkan kerah baju kakeknya dengan tidak semangat.
" Mommy ama daddy gak cayang Lea."

" Sssttt, mereka sayang Lea kok. Besok atau nggak besoknya mereka pasti udah pulang ke rumah." Ujar Arifin menenangkan. Untuk saat ini ia tidak bisa berlaku tegas kepada Stella karena sekarang balita itu sedang terluka.

" Ini kalna adek botak." Sarkas Stella. Ia mengingat jelas setelah adek botak meledak, Rai langsung bobok lama. Kemudian Gio depresi dan pergi entah kemana.

" Eh, Lea gak boleh ngomong gitu. Adek botak gak ada salah disini." Aryo menasihati cucunya seraya mengusap rambut balita itu.

Semakin mencebikkan bibir, balita itu akhirnya memeluk leher kakeknya dan akhirnya tangisan pun meledak.
" Tadi haluka di antal ama daddy ama daddy nya, telus dijemput ama daddy nya juga. Gak kayak Lea yang di antal Opa ama di jemput om upil. Lea gak cuka."

Aryo mengigit bibir bawahnya bingung bagaimana caranya menghibur hati rapuh Stella.
" Eh, grand'pa udah beliin Lea sepeda juga. Lea mau gak grand'pa ajarin naik sepeda?"

" HUAAAAA, KEMALIN DADDY JUGA UDAH BELIIN LEA CEPEDA, TELUS KATANYA LEA MAU DI AJALIN CEKALANG NAIK CEPEDA. TAPI DADDY MALAH PELGI, DACAL DADDY ONYET...." Raung Stella semakin histeris dengan tubuh bergerak gelisah.

Hal tersebut membuat Arifin dan Aryo memejamkan mata lalu mendudukkan balita itu pada kursi sofa. Mereka menunggu beberapa menit agar tangisan si bocil cepat reda.

Ketika masih menunggu tangisan Stella reda, handphone Arifin bergetar dan menampakkan nama Lusiana di layar handphone. Ia menggeser tombol hijau dan mengangkat kemudian menempelkan ke telinga. Dapat ia dengar suara isakan tangisan dari sebrang sana.

" Halo.."

" Mas.... Kesini cepat... Putri kita mas.."

" Kenapa? Ada apa dengan Rai?" Tanya Arifin tidak sabaran.

" Detak jantungnya berhenti."

⚔️⚔️⚔️

To be continued.

Sebagai permintaan maaf dari author, author bakalan up lebih cepat yaitu hari Sabtu yang sayang.

Next 2k disini ➡️

Ada yang mau nanya?➡️

Leaaaa

Say hello to kakak






GIONATAN 2: Harta, Takhta, Stella. (Terbit)Where stories live. Discover now