PART 44

3.4K 667 52
                                    

PART 44

Di dalam sebuah mobil sedan putih, seorang cewek berambut gelombang sedang duduk melipat kedua tangan di dada, paha kanannya menumpu paha kiri, kepalanya menyandar di sandaran jok penumpang yang diberi bantalan empuk. Sudah berkali-kali dia melirik jam tangannya dan waktu semakin terasa melambat.

"Bosen." Hanna mengeluh pelan. Tatapannya tak lepas pada lobi apartemen yang lokasinya jauh dari tempat sopirnya memarkirkan mobil. Hanna tak peduli dengan tanda larangan singgah di tempat itu. Sopir di depannya hanya bisa pasrah mengikuti keinginan anak majikannya yang keras kepala.

Terkadang ada orang yang terlihat berwibawa, tetapi pada dasarnya memiliki segudang sifat buruk yang dia sembunyikan. Seperti Hanna yang selalu terlihat seperti cewek anggun, terkadang memiliki ekspresi yang membuat siapa pun berpikir bahwa dia adalah cewek yang selalu menjaga perkataan, tetapi di depan keluarga besar dia akan menjadi tak terkendali jika keinginannya tak terkabul.

Memecahkan barang-barang berharga yang dimaklumi oleh kedua orangtuanya, menjatuhkan keramik dari lantai 2 dengan wajah datar tetapi ada amarah yang dia tahan, sengaja lewat dilantai yang sedang dibersihkan oleh asisten rumah tangganya dengan sepatu yang baru saja dia pakai dari luar rumah.

Kebiasan sedari kecil yang masih berlaku sampai sekarang.

"Non...." Nada pelan sang sopir sudah menjelaskan bagaimana hati-hatinya dia ketika berbicara pada anak tunggal majikannya itu. "Itu yang keluar dari taksi...."

Hanna langsung menolehkan pandangan pada satu-satunya taksi yang berhenti di depan lobi. Dia melihat Baskara keluar dari taksi itu, tetapi ada yang aneh. Baskara membuka pintu taksi satunya, menunduk sebentar, lalu mengangkat seseorang yang merupakan seorang cewek.

Cewek itu pasti pemilik suara tertangkap kamera tersembunyi yang dipasang oleh Elvis. Andaikan Elvis memasang kamera itu dengan baik, maka Hanna bisa melihat wajah cewek itu dan menandainya untuk memberi pelajaran.

Hanna keluar dari mobil dan berlari menuju apartemen dengan tatapan berapi-api. Dia bisa melihat bagaimana Baskara mengangkat cewek itu ke dalam gendongannya, tetapi kemudian cewek itu meminta turun dan mereka berjalan bersama memasuki apartemen. Hanna nyaris berteriak ketika bagian keamanan datang memblokir jalannya untuk masuk. Bagaimana pun dia sudah di blacklist dari sana.

Hanna tak bisa mengatakan apa-apa selain menggigit kukunya hingga ujung jarinya berdarah. Dia tak bisa melihat wajah cewek itu. Padahal Hanna ingin mencari tahu dan menghancurkan wajah yang berani menggoda Baskara.

***

Baskara membuka pintu apartemen, membuka sepatunya, lalu melangkah menuju pintu kamarnya yang terbuka. Ketika tiba di ambang pintu, dia melihat Bintang sedang meringkuk seperti bayi di atas tempat tidur dalam kamarnya.

Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian hari itu dan Baskara tak membiarkan Bintang untuk keluar. Pada dasarnya, semua kembali seperti awal. Tak ada tanda-tanda di mana Bintang ingin kabur bahkan cewek itu menikmati hari-hari yang dia lewati meski sempat sedih selama dua hari.

Ketika Baskara bertanya mengapa dia menangis, Bintang hanya menggeleng dan menjawab bahwa dia juga tak tahu mengapa sedih setelah melihat sebuah pesawat di langit.

Hari setelah kejadian itu juga berjalan tak mengenakkan karena saat di sekolah Hanna memaksanya untuk menjawab siapa cewek yang turun bersamanya dari taksi dan memasuki apartemen. Diam adalah hal yang dia lakukan selama ini untuk menghindari Hanna. Cewek itu tak tertarik padanya. Mengejar dan mengganggunya bukan karena menyukainya, tetapi karena Hanna ingin menjadi keluarga dengan Euginia yang tak lain ibu kandung dari Baskara. Entah bagaimana Hanna tahu fakta itu.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang