PART 22

5K 906 50
                                    

PART 22

Tadinya Bintang berpikir bahwa sekolah adalah tempat menyebalkan, tetapi sekolah tempat dia menuntut ilmu sebelumnya tak semenyebalkan ini. Masalahnya bukan ada pada sekolah mana, tetapi siswa-siswi di dalamnya dan bagaimana latar belakang Bintang dihargai atau tidak.

Bintang sudah tidak kaget lagi dengan beredarnya informasi masa lalunya yang seorang anak jalanan mengingat hubungannya dengan salah satu orang yang mengetahui masa lalunya sedang bermasalah dengannya, yaitu Hanna. Setelah olahraga kemarin dia sudah merasakan berbagai pandangan menusuknya dari berbagai arah. Pagi ini gosip itu sudah menyebar ke semua warga sekolah dan siswa-siswi yang Bintang lewati semakin meremehkan Bintang lewat tatapan mereka yang penuh ejekan.

Dia tak menyangka efek dari dia yang seorang anak jalanan akan berdampak separah ini. Bintang pikir mereka hanya akan cukup tahu atau justru tak memedulikannya, tetapi melihat pandangan mereka dan beberapa siswa yang terang-terangan merundungnya membuat Bintang merasa perjalanannya ke depan tak akan berjalan dengan mulus.

Kecuali jika dia bersikap tak peduli.

Dia berhasil melewati koridor dan berhasil juga menulikan telinga. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah bersikap bodo amat dengan pembicaraan tajam tentang dirinya.

Bintang bersikap seperti biasanya setibanya di kelas dan melihat siapa pun yang tak sengaja bertatapan dengannya dan seperti biasanya hanya menatap tanpa memberikan ekspresi apa pun.

Setelah duduk di bangkunya, dia mengeluarkan camilan buatan Shareen dan makan dengan santai meski beberapa kali tak sengaja mendengar suara bisikan dari siswi lain yang mengatainya gembel.

Gembel. Itu adalah julukannya sejak kemarin.

Bintang merenggangkan otot. Dia menurunkan celananya hingga selutut, mendorong bangku, merapikan tas di sandaran bangku, lalu mengangkat kakinya di atas mejanya. Para cewek di kelas itu lalu berkumpul dan berbisik-bisik, kemudian tertawa sambil melirik Bintang yang sedang asyik menikmati camilan dari stoples.

Tangan Bintang tak berhenti menggerogoti stoples kecil itu. Pandangannya tertuju pada pintu setelah mendengar suara yang tak asing, yaitu Saras. Saat mereka tak sengaja bertatapan, senyum Saras langsung menghilang dan dia membuang muka. Di belakangnya Tari mengekor, lalu duduk di bangku mereka masing-masing melanjutkan percakapan yang sempat terhenti.

Bintang tak menyangka bahwa memiliki masa lalu sebagai anak jalanan akan dijauhi di sekolah ini. Saras dan Tari pun tak ada bedanya dengan yang lain.

"PERMISI." Acha mengintip di jendela kelas Bintang yang terbuka. Kepalanya melongok ke dalam dan tatapan yang tertuju ke bangku Bintang. Kehadirannya menjadi santapan julit siswi-siswi lain.

Bintang melihat cewek itu sebentar, lalu kembali fokus menatap kosong ke depannya sambil menikmati camilan yang ada. Tangannya tak menemukan apa pun dalam stoples, lalu dia menunduk untuk melihatnya. Habis. Secepat itu?

"Bintang~"

Panggilan penuh kelembutan membuat Bintang melirik ke sumber suara tersebut. Di dekat pintu, seonggok kepala terlihat. Ajeng menatapnya dengan senyum ceria. Beberapa saat kemudian kepala lain melongok di atas Ajeng, yaitu kepala Muslimah.

Bintang hanya mengernyit heran sambil menurunkan kakinya dari atas meja. Bintang melihat ke jendela dan melihat Acha masih ada di sana sambil melambaikan tangan. Bintang hanya bisa menggeleng dan memasukkan kembali stoples yang sudah kosong ke dalam tas, lalu minum. Baru akan mengisi waktu kosong dengan belajar, tetapi ketiga orang itu tiba-tiba memasuki kelas sambil berlari dan menarik Bintang agar berdiri dari bangkunya.

"Sini cepetan." Acha menarik Bintang dengan semangat. Ajeng dan Muslimah mengekori dari belakang.

Bintang pikir mereka bertiga beserta dua geng Barbieberry lainnya akan merundungnya. Mereka bisa saja berubah seperti Saras dan Tari yang berubah 180 derajat. Bintang tak memberontak dan siap menghadapi apa pun yang akan dia hadapi nanti.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang