51. menuju kelahiran

Start from the beginning
                                    

" Wa'alaikumussalam."

Lelaki itu mengedipkan sebelah mata ke arah Stella yang semakin memeluk ibunya erat. Ia sangat suka menggoda atau menakuti keponakannya itu lantaran sampai saat ini masih takut kepadanya. Berbeda dengan Leon dan Jerikho yang sudah kompak dengannya. Sungguh, mengambil hati Stella sangatlah sulit.

Elvalindo berjongkok mensejajarkan tinggi dengan Stella yang saat ini sudah berpindah ke pangkuan Oma lantaran ia begitu sulit memeluk Rai yang sedang mengandung adek botak.

" Cana om. Oma liat, om ulik liatin Lea." Rengek Stella memegang pipi Lusiana dan menolehkan ke arah Elvalindo.

" Itu om baik sayang. Dia gak mau culik Lea." Ujar Lusiana tertawa geli.

" HUAAA... OM ULIK UDAH ULIK UANG LEA...." teriak Stella heboh sebab uang hasil dari jerih payahnya sudah dirampas oleh Elvalindo. Parahnya lagi lelaki itu malah tertawa ngakak.

Balita tersebut bergerak kepanasan hendak kembali merampas tapi masih ada rasa takut. Lantas ia pun terdiam lalu memberikan tatapan paling tajam kepada Elvalindo.
" Udah pelnah ulik Lea, telus ulik uang Lea lagi. Dacal, pahalanya gak dikacih ama Allah."

Ekspresi Stella adalah antonim dari ekspresi Rai, chia dan Oma-Opa. Juga Elvalindo yang sudah berdiri tegak dan menatap Leon serta Jerikho.

" Ayok jajan, kita beli sate." Ajaknya dan berjalan ke arah motor matic dan menghidupkan.

" Let's to the go." Leon berlari diikuti Jerikho.

Jerikho duduk di depan dan Leon duduk di belakang membuat ada api cemburu di hari mungil Stella lantaran ia tidak di ajak.

" Ikut gak?" Tanya Elvalindo menyalakan klakson sekali.

" Sana sayang. Beliin mommy bakso sama sate ya." Bujuk Rai mengusap rambut putrinya.

" Tapi nanti Lea di ulik, mommy." Balas Stella.

" Gak bakal. Kalo Lea di culik langsung colok matanya." Kata Chia.

Akhirnya dengan tekat yang kuat, Stella memberanikan diri untuk turun dari pangkuan Lusiana dan berjalan pelan ke arah motor matic membuat Elvalindo gemas dengan tingkah keponakannya itu.

" Abang, maju lagi. Lea duduk paling belakang." Perintah Stella.

" Sinting Lo." Leon turun dan menggendong Stella ke atas motor tapi balita itu malah menyisakan jarak lebar kepada Elvalindo.

" Maju sayang.." Leon mendorong Stella ke depan dan duduk di belakangnya.

" Pulang sebelum magrib ya." Nasehat Arifin dianggguki oleh Elvalindo.

Motor tersebut pun mulai melaju dan menghilang dari pandangan mereka.

" Dua hari ini Stella udah belajar gak pake popok waktu tidur." Ujar Rai.

" Oh ya?" Respon Lusiana terkesima.

Rai mengangguk dan menggaruk tengkuknya. " Walaupun tetap ngompol."

⚔️⚔️⚔️

Jika Rai dan Gio tersenyum tak sabar menanti kehadiran dua buah hati mereka, berbeda dengan Stella yang tampak murung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika Rai dan Gio tersenyum tak sabar menanti kehadiran dua buah hati mereka, berbeda dengan Stella yang tampak murung. Ia menatap iri kamar mewah itu dengan bibir mengerucut.

Kemudian ia menatap ayah dan ibunya yang asik duduk romantisan di kursi seraya berbincang-bincang kecil. Sungguh sangat membuat Stella kesal lantaran ia tidak diperhatikan.

" Mommy ama daddy gak cayang Lea."

Sepasang pasutri itu menoleh jengkel dan menghela nafas panjang. Minggu ini adalah prediksi dokter tentang kelahiran bayi kembar Rai. Oleh karena itu rasa gelisah dan gembira tergabung di hati mereka.

" Kenapa sayang?" Tanya Gio.

Stella berjalan pelan dan segera duduk di pangkuan ayahnya.
" Gak ucah kacih kamal becal gini. Culuh di luang tamu aja boboknya."

" Wuihhh, saran sesat." Gumam Gio.

" Kan dulu waktu Lea lahir, kamarnya juga cantik kayak gini. Trus sekarang giliran adek botak yang lahir, kamarnya juga harus kayak gini dong biar adil." Ujar Rai menjelaskan.

" Tapi Lea gak cuka. Culuh adek botak gak ucah kelual aja, mommy." Pinta Stella.

" Gak bisa lagi sayang. Kan Lea dulu bilang kalo udah gak sabar nunggu adek botak keluar." Balas Gio.

" Oh gini aja mommy, daddy. Nanti atu culuh tinggal di lumah glanpa, telus atu lagi culuh tinggal di lumah Oma ama Opa." Saran semakin sesat ala Stella.

" Trus nanti kalo Lea kesepian di rumah ini gimana?" Tanya Rai lagi.

Nah, jawaban itu membuat Stella bungkam. Dia yang dulu menjadi anak satu-satunya di keluarga Angkasa sebentar harus rela kedatangan dua member baru. Dia yang dulunya diberi kasih sayang melimpah, sebentar lagi harus rela berbagi dengan dua member baru. Dia yang dulu sebagai pewaris segala aset keluarga Angkasa, sekarang harus rela berbagi juga dengan dua member baru.

" Tapi nanti kalo adek botak udah meledak, mommy ama daddy gak ucah pelhatiin meleka ya." Pinta Stella memelas.

Gio menangkup wajah mungil putrinya berusaha untuk menjelaskan.
" Mommy sama daddy sayang Lea, itu berarti mommy sama daddy juga harus sayang sama adek botak. Paham."

Stella langsung mengangguk cepat sebab terhipnotis dengan nada tegas ayahnya. Hal tersebut membuat Gio terkekeh dan mengecup hidung sang anak dengan geli.

Lelaki tampan itu menoleh ke samping saat tangannya dicengkeram kuat oleh sang istri yang sekarang memegang perut ditemani wajah semakin pucat.

" Kak, ini kayaknya bukan kontraksi palsu lagi." Ujar Rai meringis kesakitan.

⚔️⚔️⚔️

To be continued.

Next 2k➡️

Part ini sebenarnya cuman kayak part tenang sebelum part tegang aja🤡 makanya rada gak seru gitu. Soalnya author sempat mau buat part tegang, tapi kalo di hubungkan dengan part sebelumnya gak bakalan masuk akal. Makanya di buat part gini dulu.

Oke, author up nya hari Selasa ya BESTie🙈

Oke, author up nya hari Selasa ya BESTie🙈

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ekspresi Lea ketika ketemu om ulik












GIONATAN 2: Harta, Takhta, Stella. (Terbit)Where stories live. Discover now