Aku Pasti Kembali..

7.4K 530 4
                                    

Sampai di depan sekolah, nampak beberapa bus terparkir rapi, suasana sekolah cukup ramai dengan lapangan parkir yang penuh dengan mobil para orang tua siswa salah satu nya mobil keluarga Prilly. Di tengah ramai nya kebersamaan siswa dengan orang tua mereka, nampak Ali tengah berdiri seorang diri bersandar pada dinding pos pak Narto, sesekali Ali membenarkan letak tas ransel yang nampak menggembung di samping kaki nya.

"Eh, Ali tuh.. Ayo kesana.. Ayah perlu bicara sama dia.." ayah menarik tangan Prilly untuk mengikuti langkahnya saat beberapa orang tua siswa mulai meninggalkan sekolah.

"Duuhhh... Ngapain sih ayah? Itu temen-temen Prilly disana.." rengek Prilly mencoba melepas genggaman ayah nya yang terasa mengetat di pergelangan tangan nya. Ayah nya memang sengaja menarik paksa putri bungsunya untuk ikut berbicara dengan Ali.

"Li.. Sendiri? Gak di anter?" sapa ayah saat sudah berada beberapa langkah di depan Ali.

"Eh om.. Tadi di anter papa sama Kaia.. Tapi langsung pulang lagi om.. Hai tante.. Kak Jessie.. Hai....Prill..." sapa Ali saat melihat Jessie juga bunda ada di belakang ayah dan Prilly. Namun terlihat jelas Ali sedikit canggung saat menyapa Prilly, apalagi beberapa hari ke belakang Prilly seolah menghindari nya. Ali sangat ingat saat berkali-kali ia mencoba menghubungi Prilly namun tak pernah mendapat respon, bahkan beberapa pesannya pun sepertinya sama sekali tak pernah di lirik Prilly.

"Nanti kalian satu bus kan? Om mau titip Prilly sama kamu, kebetulan dari dua hari yang lalu om juga udah bilang sama pak Satrio kalo nanti kamar Prilly sama kamu sebelahan.. Biar om bisa mantau anak om lewat kamu.. Tau sendiri kan Prilly ini kalo udah sama temen nya suka susah di ganggu.."  Ali dan Prilly saling menatap keduanya saat ini teramat kaget dengan apa yang di lakukan oleh ayah Prilly.

"Apaan sih ayah? Prilly kan udah gede yah.. Lagian kalo kayak gini nanti ngerepotin Ali juga kan? Gak usahlah.."

"Ayah cuma gak mau aja kamu kenapa-kenapa Prill.. Kalo ada Ali kan rasa khawatir ayah juga bunda sedikit berkurang.. Ali juga gak kerepotan kan?" sahut bunda menengahi.

"Ali gak apa-apa kok tante.. Sama sekali gak ngerasa di repotin.." Ali menarik sudut bibir nya membuat mulut merah nya melengkungkan senyum manis. Prilly mendelik ke arah Ali entahlah rasanya Prilly teramat kesal saat ini.

"Ya udah deh tuh temen-temen udah pada masuk bus.. Prilly masuk dulu ya.. Temen-temen udah pada nunggu pasti.." Prilly mengambil alih koper yang ada di tangan Jessie dan menyeretnya mendekati bus..

"Ya udah deh tante, om, kak Jessie.. Ali nyusul Prilly ya.. Kayak nya dia keberatan bawa kopernya.." Ali mencium tangan orang-orang yang ada di hadapan nya dan berlari kecil menyusul Prilly.

"Sini biar aku bantu bawa.. Ini pasti berat.." Ali mengambil alih koper yang ada di tangan Prilly.

"Gak usah gue bisa sendiri kok lebih tepatnya harus bisa sendiri.." Prilly merebut kembali kopernya mengangkatnya untuk dia simpan ke dalam bagasi yang sudah terisi oleh barang-barang milik siswa yang lain. Prilly memasuki bus lalu mulai mencari dimana kursi nomor 15, kursi tempatnya duduk.

"Nomor kursi kamu berapa Prill? Aku bantu cari.." lagi, Ali berusaha membantu Prilly nya.

"Gak usah! GUE BISA SENDIRI!" Prilly menekan kalimat terakhirnya. Membuat Ali menghela nafas panjang mencoba bersabar menghadapi Prilly nya. Ali duduk di kursi nomor 16. Tepat saat Prilly menemukan kursi nya yang terletak di sebelah kursi ali tepat di dekat jendela bus yang mereka tumpangi.

"Ngapain lo duduk di situ? Minggir! Ini tempat gue!" ketus Prilly. Tanpa banyak bicara Ali menunjukan tiket nya dan tertera jelas nomor kursinya 16 lalu Ali menunjuk ke arah sandaran kursi yang juga tertera nomor yang sama..

He Heals Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang