Serba Salah

9.6K 755 0
                                    

"Pergi gak lo?! Gue teriak nih!" ancam Prilly yang membuat orang di depannya itu tertawa lepas. Prilly mengerutkan keningnya.

"Lo gak ngenalin gue Prill? Serius? Lo amnesia apa gimana sih?" cowok itu duduk di tepi ranjang Prilly. Prilly menggelengkan kepalanya bingung.

"Waahhh parah lo.. Empat taun gak ketemu lo lupa gitu aja sama gue?" ujar cowok itu. Prilly kembali menenggelamkan kepalanya dan mulai terisak lagi.

"Hey.. Prill... Ini gue Ali.. Lo gak inget sama gue?"

Muhammad Almahali Syarief, sahabat Prilly sejak kecil. Ali yang selalu melindunginya dari keusilan teman-temannya di sekolah meskipun tak jarang justru ali yang menjahili Prilly. Prilly masih terisak, sama sekali ia tak menyambut kedatangan Ali di rumahnya. Ali mendekatinya dan menarik Prilly ke dalam pelukan nya.

"Udah.. Jangan nangis.. Gue tau lo kangen sama gue kan?"

"Aliiiiiii apa sih ah.." airmata Prilly masih mengalir deras dari mata nya.

"Jangan nangis.. Jelek tuh muka lo! Masa gue dateng lo kayak gini, mata bengkak, idung merah, suara sengau.. Idihhh.."

"Jelek tapi masih di peluk juga.. Modus lo!" Prilly mencubit lengan Ali.

"Heh chubby! Emang lo jelek sekarang! Ngaca sana.."

"Aliii maaahhh..." Prilly mendorong tubuh ali dan kembali menangis.

"Yaelah.. Masih cengeng aja lo Prill.. Kenapa sih?"

"Rafael.. Gue baru putus li.."

"Oohhh jadi sahabat gue ini lagi patah hati? Ya ampun Prill.. Berapa banyak mantan lo selama empat tahun ini?"

"Serius Aliiii..."

"Iya iya.. Ayo cerita gue tampung deh.." ujar Ali sambil merebahkan tubuhnya di kasur Prilly yang berbalut sprei doraemon. Di tengah cerita Prilly tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan dari 'Lovely' dan dengan mudah Ali menebak bahwa itu adalah Rafael.

"Angkat aja.." ujar Ali terduduk dan mengacak singkat rambut Prilly.

"Kenapa lagi?"

"Aku minta maaf sayang.. Semua nya gak kayak yang kamu liat, kamu salah faham.."

"Oh jadi gue yang salah dan lo gak salah gitu? Enak banget ya ngomongnya? Dua minggu ngilang gitu aja tiba-tiba ketemu di mall udah sama yang baru aja, eh yang lama apa yang baru ya itu?" Prilly akhirnya berhasil menahan tangis nya.

"Dia itu bukan siapa-siapa aku Prill.. Kamu gak usah sok tau deh.."

"Okee gue lagi yang salah karna sok tau.. Terus apa yang di bilang Fazza itu hoax dong ya? Oh my god.. Maaf El.. LO PIKIR GUE PERCAYA GITU SAMA APA YANG LO BILANG? SEMUA NYA UDAH JELAS!" teriak Prilly dan dapat di pastikan itu membuat telinga Rafael sakit.

"Prill.. Please dengerin aku dulu.."

"Apalagi? Udahlah gue pengen kita lupain semuanya gue gak mau lebih terluka lagi kalo terus sama lo. Gue terlanjur kecewa!!" Prilly memutus sambungan telpon nya gitu aja dan mematikan hp nya.

"Sebenernya yang salah itu gue apa dia sih? Jadi cewek emang harus serba salah gini apa? Yang maen belakang kan dia tapi kenapa gue yang dia bilang salah faham?" gerutu Prilly. Tak ada jawaban dari Ali, hanya terdengar deru nafas nya. Ali tertidur pulas saat prilly tengah berbicara dengan Rafael tadi.

"Heh malah tidur lo ah! Banguuunnn..." teriak Prilly. Ali terperanjat bangun karna kaget.

"Aduhhh sorry gue ketiduran Prill.. Hehe gimana?"

"Apa nya yang gimana? Lo mah ah gue lagj curhat lo malah tidur.. Gak asik!" ujar Prilly sedang Ali hanya cengengesan merasa bersalah.

"Prilly.. Aliii.. Makan dulu yuukk.. Ikan bakarnya udah jadi nih.." teriak bunda Ully yang terdengar dari halaman belakang rumah Prilly.

"Ke balkon sana, bilangin gue gak enak badan.. Nanti gue malah di tanya-tanya lagi sama bunda.. Males jawabnya.." perintah Prilly dan Ali menuruti nya. Begitulah Ali selalu menuruti apa yang Prilly inginkan dari dulu hingga sekarang tak ada yang berubah darinya.

"Tante.. Prilly kayak nya flu deh.." ujar ali yang saat ini tengah berdiri di balkon.

"Ajak kesini aja li.. Pakein jaket ya.." teriak bunda.

"Lo denger kan?" tanya Ali dan Prilly mengangguk. "Cuci muka dulu sana!" perintah Ali.

Mereka turun dan menuju halaman belakang rumah dimana telah ada ayah, bunda, Jessie juga Qila disana. Ali dan Prilly langsung berbaur bersama mereka sesekali candaan itu keluar dan mengundang gelak tawa mereka. Setidaknya saat ini Prilly sedikit merasa lebih baik.

"Makan heh! Malah bengong.." ujar Ali saat melihat Prilly hanya menatap nasi yang ada di depan nya.

"Males ah.." selera makan Prilly hilang entah kemana.

"Mau gue suapin?" tanya Ali. Prilly menoleh dan mengangguk sambil menunjukan deretan gigi rapih nya. Salah satu kebiasaan Prilly yang Ali ingat sejak kecil, tiap kali Prilly hilang nafsu makan harus ada yang menyuapi nya baru nafsu makan nya akan kembali.

Ali menyuapi Prilly dengan tangan kosong tanpa sendok. Sesekali terdengar ledekan dari Jessie juga Qila yang sedang duduk di bangku taman. Namun Prilly dan Ali tak menghiraukan nya.

"Ternyata gue kangen juga sama lo Li.." ujar Prilly di sela aktifitas mengunyahnya.

"Cie... Kangen... Eh.. Jadi selama ini lo gak kangen sama gue? Tau deh yang punya Rafael.." ujar Ali.

"Apa sih Ali!" teriak Prilly. Sejenak Prilly melupakan urusan hatinya dengan Rafael. Ali tersenyum melihat Prilly kembali tertawa meskipun mata Prilly masih terlihat bengkak.

He Heals Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang