Mantan Terindah

10.4K 698 0
                                    

Malam semakin larut, langit tertutup awan hitam di sertai gerimis hujan. Hari ini terasa begitu panjang bagi Prilly mengingat begitu banyak kejadian yang di alaminya seharian ini. Prilly terduduk sendiri di balkon kamarnya menatap rintik-rintik hujan yang turun, hati nya tak dapat mengelak bahwa dia masih begitu menyayangi Rafael meskipun telah terbukti bahwa Rafael menyakitinya. Selama 16 tahun ini baru Rafael lah yang mampu merebut hati nya dan inilah cinta pertama Prilly. Banyak orang bilang cinta pertama memang sulit di lupakan dan mungkin itu yang Prilly alami saat ini apalagi kejadian nya baru terjadi beberapa jam yang lalu.

Prilly memang sering menghabiskan waktu luang di balkon kamarnya apalagi ketika fikiran nya tengah kacau. Bisa seharian dia bertahan di balkon. Prilly memutuskan turun ke dapur dia ingin membuat secangkir mocachino favorite nya dia tak peduli bahwa minuman itu akan membuatnya melek semalaman.

"Eh Prill, belum tidur sayang?" tanya ayah saat Prilly turun dari anak tangga. Nampaknya ayah Prilly tengah asik menonton pertandingan bola, tak hanya sendiri ada Ali juga bunda yang menemaninya.

"Belum yah.. Prilly belum ngantuk mau bikin mocachino.." jawab Prilly, seulas senyum menghiasi wajah nya.

"Gak bisa tidur kok malah bikin moca sih Prill.. Kamu udah enakan sayang? Obatnya jangan lupa loh.." sahut bunda

"Prilly gak apa-apa kok bunda.. Ini lagi pengen moca aja bun.. Kan besok juga masih libur.. Gak apa dong Prilly begadang.. Lo mau gue bikinin juga Li?" tanya Prilly saat melihat Ali menengok ke arahnya.

"Ali doang yang di tawarin?" goda ayahnya

"Ayah kan ada bunda.. Mau gak Li? Diem mulu woy! Ngantuk lo?" teriak Prilly.

"Prilly udah malem ih malah teriak-teriak.." ujar bunda. Ali menganggukan kepalanya.

Selang beberapa menit Prilly kembali ke ruang tv dan mendapati Ali seorang diri. Sepertinya acara bolanya pun telah usai,saat ini nampak film The Ring di putar.

"Ayah sama bunda kemana? Kelar acara bolanya?" tanya Prilly

"Tidur.. Iya udah barca kalah.. Noh film horor sekarang.."

"Ah males.. Gue ke atas ya.. Mocachino nya kalo gak mau di minum sekarang taro kulkas ya Li biar buat gue besok. Haha.." ujar Prilly sambil mulai menaiki anak tangga. Namun ternyata Ali mengikutinya.

"Ngapain lo buntutin gue?"

"Kamar gue di atas juga kan Prill.. Lupa??" Ali menempati kamar tamu yang tepat berada di depan kamar Prilly. Prilly melanjutkan langkahnya menuju ke balkon dan duduk kembali di sana.

Mau di katakan apalagi..
Kita tak akan pernah satu..
Engkau disana aku disini meski hatiku memilihmu..
Raisa-Mantan Terindah

Sesekali Prilly bersenandung, tiba-tiba pintu kamar Ali yang menuju balkon yang sama terbuka dan munculah Ali dengan cangkir mocachino di tangan nya.

"Ngapain jam segini masih di luar?" tanya Ali

"Lo sendiri ngapain kesini?"

"Suara lo kedengeran sampe kamar gue.. Kirain apaan yang nyanyi disini.." Ali ikut duduk di samping Prilly.

"Ya kali ada hantu!! Keganggu? Sorry ya.." Prilly memeluk sendiri tubuhnya karna hawa dingin berhembus terasa menusuk tulangnya.

"Masuk sana.. Angin malem gak baik apalagi di tambah hujan gini.. Gak usah lebay mikirin mantan gitu dong dia juga belum tentu mikirin lo.." Ali dengan datarnya bicara seperti itu kepada Prilly.

"Enteng banget lo ngomong Li, kayak gak pernah gitu ngerasain yang namanya putus cinta aja." Prilly lalu meneguk habis mocachinonya.

"Emang gak pernah.. Gue gak pernah pacaran.. Naksir cewek sih pernah waktu kelas tiga SMP tapi ga pernah sampe nembak.." jelas Ali tangan nya merangkul pundak Prilly yang masih tampak kedinginan. Prilly diam menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.

"Jangan ngelamun, tar kesabet loh.. Cowok kayak Rafael masih banyak Prill bahkan yang lebih tega dari dia juga banyak kalo lo mau.." ledek Ali

"Aliii.." Prilly merengek manja "Gue bakal kangen Rafael Li, kangen ke perpus bareng kalo di sekolah, kangen pulang bareng dia, kangen ngobrol sama dia, kangen di marahin juga kalo gue ngerengek kayak anak kecil.. Dia cowok pertama gue Li, 11 bulan kita bareng dan bulan depan tanggal tiga itu aniv kita yang pertama.."

"Apa apa? Rafael marahin lo kalo lo ngerengek? Menurut gue malah itu yang bikin gue kangen sama lo Prill.. Hahaha" Ali mencolek hidung Prilly. Sebenarnya hati Ali ikut merasa sakit melihat Prilly nya saat ini namun ia tak menunjukan nya. Ali tak ingin Prilly menjauh jika tau bahwa selama ini yang ada di fikiran Ali hanya Prilly dan itu juga yang membuat Ali enggan berpacaran dengan cewek manapun, karena Ali merasa bahwa Prilly miliknya.

"Ngantuk ya? Masuk gih.. Mocachino ternyata gak ngaruh ya buat lo? Haha" ujar Ali saat Prilly menguap dan menyandarkan kepala nya di bahu Ali.

"Males ah, dikamar pasti keinget Rafael lagi.. Gue belom mau buang foto-foto dia sama gue tapi gue juga gak mau liat wajahnya.. Bingung kan lo?"

"Hmm.. Susah sih kalo gitu.. Coba minggir Prill gue mau ke kamar lo.." Prilly menegakan kepalanya dan membiar kan Ali masuk ke kamarnya yabg selalu di penuhi dengan pernak pernik doraemon.

"Sini Prill.." panggil Ali dan Prilly menghampirinya. Ternyata Ali membalikan letak bingkai di atas nakas Prilly. Prilly mengernyitkan dahinya.

"Kalo gini kan fotonya tetep di pajang dan lo gak liat muka Rafael lagi. Hahaha" tawa Ali.

"Makasih ya Li buat hari ini, gue gak tau harus cerita ke siapa soalnya kak Jessie udah pasti bakal ledek gue abis-abisan kalo tau gue galau.. Secara dia gak pernah galau karna kak Kevin type cowok setia.."

"My pleasure Prill, kapanpun lo butuh gue.. Jangan galau lagi ya. Kita kan masih muda Prill masih panjang jalan kita buat menuju kesana.. Santai aja dulu.. Kalo udah waktunya pasti bakal ada yang terbaik kok.." ujar Ali

"Sok bijak lo ah, geli gue dengernya.. Gue tidur duluan yaa.." Prilly merebahkan tubuhnya di ranjang dan Ali dengan sigap menyelimuti tubuhnya, lalu melangkah ke arah balkon untuk menutup pintu nya.

"Gue pengen ngenang masa kecil kita Li, dulu kan lo selalu nemenin gue ampe gue bener-bener tidur, gak jarang juga kan kita tidur bareng.. Gue kangen masa-masa kecil kita.." ucap Prilly yang belum memejamkan matanya. Ali duduk di lantai, di samping kasur Prilly dan mulai mengelus lembut kepala Prilly.

"Kangen banget ya lo sama gue? Haha"

"Emang lo gak kangen sama gue?" Prilly menaikan sebelah alisnya.

"Enggak lah,, pede banget lo.."

"Gak kangen tapi peluk-peluk.." ujar Prilly

"Kan lo nangis Prill ya gue peluk dong biar lo tenang.. Bukan pelukan kangen itu mah.."

"Aliii" Prilly bangkit dan menjauhkan tangan Ali dari kepalanya lalu memalingkan wajahnya.

"Hahaha iyaa iyaa gue kangen juga sama lo Prill.."

"Jangan pake ketawa bilang kangen nya.." rengek Prilly lagi.

"Gue kangen lo Prill.."

"Jangan gitu juga Aliiiii.. Itu serem.. Yang sweet dikit kek.."

"Iya iyaa.. Liat gue! Gue kangen sama lo Amanda Aprillya.." ujar Ali lembut.

"Aliiii.. Gue juga kangen lo.. Kenapa lo harus ikut bokap ke padang sih.. Kalo lo disini kan gue gak mungkin ngalamin yang namanya galau.."

"Yaelah di bahas lagi.. Udah tidur sana udah jam duabelas lebih tuh.." Prilly menggelengkan kepalanya.

"Lo tidur disini ya Li.. Gue masih pengen ngobrol sama lo.." Prilly menggeser tubuhnya mendekat ke dinding di samping ranjangnya

"Iya deh iya.. Tapi ngobrolnya besok lagi ya.. Sekarang lo tidur.." perintah Ali. "Gue sayang sama lo Prill, gue gak ngerti sama perasaan ini, cinta kah? Atau sekedar sayang sebagai saudara meskipun kita bukan saudara. Tapi gue janji bakal bikin lo bisa lupain Rafael.." batin Ali. Setelah memastikan Prilly sudah tertidur Ali akhirnya memejamkan matanya untuk segera menyusul Prilly ke alam mimpinya.

He Heals Me...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang